07.2. Promise

225 17 4
                                    

... sebelumnya ...
"Gue ... gue khawatir sama dia, Loy ...," keluh Ferdy pelan sambil menundukkan kepalanya. Aloysius tidak berani berkomentar melihat kekalutan sahabatnya itu, ia hanya berani untuk mengelus punggung Ferdy dengan tetap diam.
"Dia ke mana, sih??!" bisik Ferdy antara kalut dan kesal.

"FERDY kayaknya sayang banget sama putri hujannya, ya?" tanya Lluvia saat mereka semua memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"FERDY kayaknya sayang banget sama putri hujannya, ya?" tanya Lluvia saat mereka semua memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aloysius mengangguk kecil.

"Aku nggak pernah liat dan nggak pernah kenal putri hujannya itu kayak gimana, nama aslinya pun aku nggak tau, tapi pasti dia orang yang baik, ya?"

"Maksudnya?" Aloysius mengangkat bahunya dengan ringan.

"Masih bisa mengusulkan permainan kakak-adik setelah dilepaskan oleh Ferdy? Wow ...." Lluvia mengangkat alisnya mendengar jawaban Aloysius itu.

"Jadi? Baiknya di sebelah mana?" tanyanya bingung.

"Ya ampun Lulu ... nggak nyangka, ternyata kamu itu lemot juga, ya?" goda Aloysius sambil memencet pelan ujung hidung Lluvia yang langsung disambut dengan protesan dari gadis itu.

"Aduh! Sakit, tau!" protes Lluvia sambil berusaha menepiskan tangan Aloysius dari hidungnya.

"Ya ... kalo aku pribadi, aku rasa aku bakal susah untuk menjalin hubungan sebagai kakak-adik setelah aku dilepaskan oleh orang yang aku sayang. Pasti berat banget kan mengganti haluan perasaan dari rasa suka sebagai cewek ke cowok jadi rasa suka sebagai adik ke kakak? Ferdy tadi juga mengaku kalo dia merasa agak kesulitan menempatkan diri sebagai kakak, kan?

"Tapi cewek ini ... si putri hujan ini ... masih bisa mengusulkan dan mau memainkan permainan itu, menempatkan diri sebagai adik di depan orang yang dia sayang ... yang dia sayang bukan sebagai kakaknya," jelas Aloysius yang membuat Lluvia terdiam untuk beberapa saat.

"Iya juga, ya. Berarti selain baik, si putri hujan ini juga pasti sayang banget sama Ferdy, ya? Sampai-sampai dia masih tetep mau jadi 'adiknya' Ferdy," responnya pada akhirnya. Aloysius mengangguk. "Tapi mereka kreatif juga ya, Go?"

"Maksudnya?" tanya Aloysius kurang mengerti.

"Kok kepikiran ya buat bikin perjanjian kayak gitu?"

"Perjanjian yang bakal bilang-bilang kalo mau ngilang itu?" Lluvia mengangguk. Aloysius tersenyum simpul. "Iya juga, ya ... mereka lucu juga." Aloysius terdiam sejenak dengan mimik berpikir.

"Eh, tau nggak? Aku pribadi ngerasa kalo Ferdy itu lebih 'hidup' waktu dia belum melepaskan si putri hujan. Tiada hari tanpa senyum, HP-nya pun kalo malem nggak pernah berhenti bunyi dan itu selalu dari si putri hujan. Ferdy juga nggak pernah absen untuk mengabsen si putri hujan itu. Si putri hujan juga nggak pernah lupa untuk laporan ke Ferdy tentang kegiatannya hari itu.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang