05.3. Space and Vision

227 17 2
                                    

... sebelumnya ...
Go ... Algo ...!! ALGOOO!!! TOLONG AKUUU!!! jeritnya panik dalam hati karena tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan, sementara tatapan kedua orang itu seakan menghunjam sanubarinya.

!! ALGOOO!!! TOLONG AKUUU!!! jeritnya panik dalam hati karena tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan, sementara tatapan kedua orang itu seakan menghunjam sanubarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PADA saat yang sama beribu-ribu kilometer dari situ, Aloysius terbangun dari tidurnya karena ia merasakan suatu perasaan yang sangat tidak nyaman.

Bah! Jam dua ..., rutuknya dalam hati sambil menggosok-gosok matanya.

Tiba-tiba ia menghentikan gerakannya. "Lulu?" bisiknya pelan sambil bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang tamu tempat Lluvia tidur selama seminggu ini. Ia tidak mengerti kenapa ia langsung teringat dengan Lluvia, tapi perasaannya mengatakan bahwa Lluvia sedang tidak baik-baik saja. Ia melihat gadis itu tidur di sofa seperti biasanya, yang berbeda hanyalah ....

Lulu? Kenapa dia tampak transparan kayak gitu? Lu? Lulu? LULU! LLUVIA!! ALEXANDRA LLUVIA!!! ALGO MEMANGGIL LULU!!! panggil Aloysius panik dalam hati saat ia menemukan bahwa tubuh Lluvia terlihat transparan dan Lluvia pun tampak sangat gelisah dalam tidurnya.

Oh Jesus ... ada apa sih ini?! Kenapa dia jadi kayak mau menghilang gini? LULU!!!

Aloyius tidak mengerti kenapa ia merasa tidak rela jika Lluvia menghilang. Kedekatannya dengan gadis hantu itu selama seminggu terakhir menumbuhkan perasaan lain selain niat untuk membantu di hatinya. Dan ia merasa tidak rela jika Lluvia menghilang secepat itu.

• ❖ •

BEBERAPA detik kemudian—yang terasa bagai berabad-abad—Lluvia merasa belenggu yang menahannya mulai mengendur, digantikan dengan sensasi yang sama saat ia merasa akan ditarik ke dalam sebuah lubang.

Daniel dan Yolanda pun sepertinya menyadari bahwa belenggu yang melingkupi Lluvia mulai terlepas karena mereka berdua segera bergerak untuk mendekati Lluvia. Namun demikian, sebelum kedua orang itu berhasil mencapai tempatnya dan—mungkin—menyentuhnya, Lluvia sudah terlebih dahulu ditarik ke dalam lubang yang menantinya, walaupun ia sempat mendengar Daniel mengatakan sepatah kata dengan nada tegas dan memerintah, serta raut wajah keras,

"Pulang!"

• ❖ •

LULU!!! Lulu ... thanks God ... kamu kenapa? desis Aloysius lega dalam hati saat Lluvia membuka matanya.

"Algo? Algo ... Algo!!!" rengek Lluvia sambil memeluk Aloysius.

"Sssh ... cup cup cup ... tenang ... ada aku di sini," bisik Aloysius lirih sambil balik memeluk Lluvia dan mengelus kepala gadis yang sedang menangis di pelukannya itu. Satu hal yang disadari oleh Aloysius saat itu adalah bahwa ia juga bisa balik menyentuh Lluvia ketika gadis itu menyentuhnya.

"Takut, Algo ... aku takut .... Aku nggak bisa gerak, aku nggak bisa ngomong, aku takut ...," celoteh Lluvia di sela-sela isakannya. Aloysius mengernyitkan dahinya.

Ngomong apa sih nih cewek? pikir Aloysius bingung.

"Kenapa, Lu? Mimpi buruk?" tanya Aloysius masih dengan bisikannya. Lluvia mengangguk.

"Mimpi buruk yang menakutkan," tandas Lluvia dengan badan gemetar.

"Ya udah ... nggak usah nangis lagi, ada aku di sini .... Cup cup ... tenang, ya?" Aloysius menenangkan gadis itu sambil terus mengelus kepalanya.

"Kamu tidur di kamar aku aja, ya?" tawar Aloysius beberapa saat kemudian. Lluvia menarik tubuhnya ke belakang dan menatap Aloysius dengan matanya yang merah dan berkaca-kaca. Dan Aloysius pun tersentak sewaktu melihat sosok Lluvia saat itu.

Apa tiap cewek bakal keliatan cantik kalo mereka lagi nangis, ya? Sial ... dia cantik banget saat ini! ujar Aloysius dalam hati sambil menelan ludahnya dengan gugup. Tiba-tiba ia terbelalak saat melihat wajah Lluvia bersemu merah dengan mimik malu-malu.

"Astaga! Maaf, Lu ... aku lupa kalo kamu bisa denger suara hati aku. Maaf, ya. Aduh ... gimana, ya ...?" racau Aloysius panik. Lluvia tersenyum kecil sambil meletakkan telunjuknya di bibir Aloysius.

"Sst ... jangan keras-keras, nanti Ferdy bangun," bisiknya. Aloysius menatap jari telunjuk yang berada di bibirnya itu. "Aku beneran boleh tidur di kamar kamu?" tanya Lluvia yang berhasil membuat Aloysius mengalihkan pandangannya dari jari telunjuk Lluvia ke mata sembap gadis itu.

Aku yang menawarkan, bukan? jawab Aloysius dalam hati, bukan karena ia takut membangunkan Ferdy, tapi karena ia tahu bahwa suaranya akan terdengar serak dan bergetar pada saat ia berbicara. Dan itu semua karena pengaruh air mata Lluvia dan juga jari telunjuk gadis itu di bibirnya. Aloysius pun berdiri, merasa lebih cepat menjaga jarak aman dengan gadis itu akan semakin baik. Tapi—

"Boleh minta gendong?" tanya Lluvia tiba-tiba.

"Pardon?" tanya Aloysius terkejut, tidak percaya dengan pendengarannya, sampai-sampai ia lupa untuk berbicara dalam hati.

"Boleh minta gendong?" ulang Lluvia lagi. Aloysius mengangkat sebelah alisnya.

Halah ... udah dipersilakan tidur di kamar gue, sekarang lo ngelunjak minta digendong?! Dasar cewek nggak tau diri! goda Aloysius jenaka, lebih untuk menutupi kegugupannya sendiri. Lluvia tersenyum jail dengan matanya yang masih sedikit berkaca-kaca itu.

"Aku nggak punya sisa tenaga untuk jalan ataupun melayang, Go ...," lirihnya.

Iya ... iya ... nggak apa-apa, aku cuma bercanda, kok. Sini! Aloysius pun berjongkok di depan Lluvia. Gadis itu lalu naik ke punggung Aloysius.

"Gimana rasanya menggendong hantu?" bisik Lluvia di telinga Aloysius, yang membuat laki-laki itu sedikit merinding, sama sekali bukan karena takut.

Biasa aja. Kayak ngegendong adik aku waktu masih kecil, jawab Aloysius berlagak cuek. Lluvia pun tertawa.

Nah, sekarang kamu tidur, oke? Nggak usah takut, aku ada di sini, ujar Aloysius saat mereka sudah sampai di kamar dan bersiap-siap untuk tidur.

"Kamu nggak apa-apa tidur di karpet gitu?" tanya Aloysius saat melihat Lluvia sudah bersiap-siap untuk tidur di karpet. Lluvia menggeleng kecil.

"Nggak apa-apa, aku kan nggak punya tubuh nyata, jadi nggak akan sakit badan," jawab Lluvia tenang. Aloysius pun mengangguk kecil.

"Oke deh. Nite ...."

"Nite ...," jawab Lluvia yang tidak berapa lama kemudian sudah mendengkur halus.

Beuh ... sekarang gue yang nggak bisa tidur! gerutu Aloysius dalam hati sambil membalikkan badannya menghadap tembok, berusaha sangat keras untuk menutup kedua matanya tanpa memedulikan dengkuran halus yang berasal dari hantu—yang tetap saja berjenis kelamin perempuan walaupun hantu—yang sedang tidur dengan jarak hanya seuluran tangan dari tempat ia tidur.

 sekarang gue yang nggak bisa tidur! gerutu Aloysius dalam hati sambil membalikkan badannya menghadap tembok, berusaha sangat keras untuk menutup kedua matanya tanpa memedulikan dengkuran halus yang berasal dari hantu—yang tetap saja berjenis kela...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N :
Terima kasih sudah membaca sampai saat ini, ikuti terus Cerita Lluvia sampai selesai, ya ... 😉
Vote, kritik, saran, komentar tetap kutunggu lho hehehe ... 😜
Sampai bertemu di part selanjutnya 🤓

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang