... sebelumnya ...
"Tidak boleh! Aku harus tegas! Aku tidak boleh mementingkan diriku sendiri! Ada Rantika di luar sana yang lebih berhak memiliki Ferdy! Aku harus menjelaskan semuanya pada Rantika dan mengakhiri semua ini. Biarlah perasaanku pada Ferdy dan kejadian selama ini menjadi kenangan di antara aku dan Ferdy .... Kuatkan aku, Bapa ...," bisik Lluvia dengan air mata mengalir.KEESOKAN harinya, sekitar pukul delapan pagi, Ferdy merasakan sebuah gerakan samar dalam genggaman tangannya. Ferdy berusaha membuka matanya yang masih terasa berat dan melihat kalau di depannya Lluvia sedang berusaha untuk membuka matanya juga.
"Lu-Lulu? Lulu?!" panggil Ferdy girang bercampur cemas sambil mempererat genggaman tangannya. Pak Abimanyu dan Bu Maria yang mendengar suara Ferdy itu langsung terbangun dan beranjak mendekati Ferdy.
"Ada apa, Fer? Ada apa?" tanya mereka berdua bersamaan dengan nada berharap dan cemas.
"Lu-Lluvia bergerak, Bunda, Om!" ujar Ferdy semangat. Tepat pada saat itu Lluvia membuka matanya dengan perlahan. Selama beberapa detik yang terasa sangat panjang, Lluvia memandang ketiga orang yang sedang menatapnya dengan cemas itu.
"A-Ayah? .... Bunda? .... Hah?! Fe-Ferdy?" tanya Lluvia akhirnya dengan suara serak.
"Lluvia ...! Lluvia sayang! Akhirnya kamu sadar juga!" seru Bu Maria sambil memeluk Lluvia, tanpa sengaja melepaskan genggaman tangan Ferdy pada tangan pada Lluvia. Ferdy pun mundur beberapa langkah untuk melihat pertemuan kembali keluarga inti itu dari kejauhan.
"Sadar? Memangnya aku kenapa, Bunda? Ini ... di mana?" tanya Lluvia bingung sambil melepaskan masker oksigen dari wajahnya.
"Kamu nggak tahu, sayang? Kamu koma sejak dua minggu yang lalu," jelas Pak Abimanyu sambil mengelus kepala putrinya.
"Koma? Dua minggu? Lama bener? Memangnya aku kenapa? Kok bisa koma?" tanya Lluvia heran. Pak Abimanyu dan Bu Maria saling bertatapan.
"Kamu tidak ingat, Lluvia?" tanya Pak Abimanyu yang dijawab dengan gelengan kepala dari Lluvia. "Benar?" tanya Pak Abimanyu lagi.
"Benar, Ayah," tegas Lluvia. Pak Abimanyu tersenyum lega.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Semuanya tidak penting, yang penting kamu sudah sadar kembali." Pak Abimanyu menenangkan putrinya itu.
Lluvia mengernyitkan dahinya. "Nggak penting? Kok gitu?" tanyanya setengah merajuk.
"Sudah ... yang penting kamu sudah sadar lagi. Bagaimana perasaanmu?" tanya Bu Maria. Lluvia memejamkan matanya untuk menganalisa keadaannya.
"Baik-baik aja, tapi lemes ...," jawab Lluvia pada akhirnya.
"Ya jelas lah ... kamu kan tidak bergerak selama dua minggu," kata Bu Maria sambil menepuk-nepuk lengan Lluvia yang tersenyum ke arah Bundanya itu. Mata Lluvia kemudian menangkap sosok Ferdy yang sedang menatapnya dari kejauhan. Lluvia tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lluvia [✓]
General FictionSemua orang pasti pernah merasakan kelelahan dalam hidupnya. Pernah merasa ingin melarikan diri dari semuanya. Bagaimana kalau hal itu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan? IA membawamu keluar dari kelelahanmu, membuatmu melupakan semuanya. Itulah yan...