11.1. His Dilemma

225 12 0
                                    

... sebelumnya ...

Di luar kamar, Pak Abimanyu menyandarkan tubuhnya di tembok dan menutup wajahnya dengan kedua tangan supaya tidak ada orang yang melihat air mata mengalir dari matanya, air mata yang sudah ia tahan sejak ia bertatap muka dengan putrinya. Dengan emosi yang bercampur aduk, ia berujar kepada Tuhan,
"Terima kasih, ya Bapa ...."

SEKITAR satu jam kemudian, pintu kamar rawat Lluvia diketuk dengan pelan dari luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEKITAR satu jam kemudian, pintu kamar rawat Lluvia diketuk dengan pelan dari luar. Daniel berdiri dari duduknya untuk membukakan pintu.

"Ferdy?" ujar Daniel terkejut. Lluvia tidak kalah terkejut waktu ia tahu siapa yang datang menjenguknya.

"Selamat malam, Om Daniel," sapa Ferdy canggung dan sedikit tegang.

"Kenapa kamu—"

"Suruh mereka masuk, Niel. Tadi Ferdy sudah telepon Mbak Maria dan mereka sudah mendapat izin untuk menjenguk Lluvia," potong Pak Abimanyu tenang.

"Benarkah, Yah?" tanya Lluvia kepada ayahnya yang hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Kalau begitu silakan masuk, Fer ... ehm ...."

"Perkenalkan, nama saya Aloysius, saya teman Ferdy," respon Aloysius sambil mengulurkan tangannya yang disambut dengan ramah oleh Daniel.

Jadi ini teman Ferdy yang sedang menjalin hubungan denganmu itu, Lu? goda Daniel dalam hati.

"Om Daniel ...," tukas Lluvia setengah geli setengah malu.

"Daniel. Saya omnya Lluvia." Daniel memperkenalkan diri tanpa menggubris komentar dari Lluvia itu.

"Yolanda. Tantenya Lluvia." Yolanda ikut memperkenalkan diri.

"Maria. Bundanya Lluvia. Kita sudah berkenalan via telepon tadi," ujar Bu Maria sambil tersenyum ramah.

"Abimanyu. Ayah Lluvia. Silakan masuk."

"Terima kasih," jawab Ferdy dan Aloysius bersamaan.

Ferdy melihat dengan tatapan nanar ke arah tempat tidur di mana Lluvia terbaring. Aloysius meletakkan tangannya di punggung Ferdy saat ia sadar bahwa tubuh sahabatnya itu agak limbung.

"Lu-Lulu," ucap Ferdy dengan suara serak.

"Kami keluar dulu," pamit Bu Maria sambil memberikan isyarat kepada semua yang ada di situ untuk keluar ruangan. Lluvia pun ikut keluar bersama mereka.

Kenapa kamu juga ikut keluar? Katanya kamu masih kangen sama Ferdy? goda Yolanda saat ia melihat Lluvia mengikuti mereka. Lluvia tersenyum sedih.

"Aku kangennya sama Ferdy yang ceria, bukan Ferdy yang lagi sedih. Aku nggak tega ngeliat Ferdy yang lagi sedih," jawabnya pelan.

Kalau begitu, kamu harus cepat kembali ke tubuhmu supaya kamu tidak lagi melihat Ferdy yang sedang bersedih, tukas Pak Abimanyu tanpa disangka-sangka. Lluvia menatap Pak Abimanyu dengan terbelalak.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang