(Gaya bahasanya bakal sedikit berbeda dari Black Jeans book I. Harusnya saya revisi book I tapi saya malas, ehe. Waktu nulis juga makin berkurang sih. Please do comment. Kalau bisa spam, biar semangat update ChaeTae. Kan rame 1 part commentnya 1k. Pft. 🙈)
...
Chaeryong
Apa yang diharapkan pembaca terhadap komik favoritnya?
Of course, a good art with a good story in it. Para pembaca butuh wujud visualisasi dari cerita yang digambarkan oleh komikus.
Dan apa yang diharapkan sang komikus dari pembacanya? Sederhana. Mereka menyukai karyanya saja sudah cukup. Bahkan itu semua lebih dari cukup. Indeed, that's what I want.
Meskipun harus kuakui kalau hari ini aku benar-benar kelelahan karena harus menandatangani komik yang baru saja rilis minggu lalu, tapi senyuman yang mereka berikan padaku seakan jadi bayaran dari tangan yang terasa hampir patah ini.
Bukan hanya sekadar senyuman, tapi aku sendiri merasa ada sesuatu yang kudapatkan dari mereka.
Tak jarang beberapa dari mereka menanyakan sesuatu dan membuatku melakukan hal yang sama. Asking the same question to my other self.
Sejam yang lalu, ada seseorang yang menyodorkan komik yang dia beli padaku sebelum bertanya, "Menurut Kakak, what actually love means?"
Aku berpikir, mencoba mencari jawaban yang tepat untuk diberikan.
But crap is, I don't find it. Aku bahkan sudah lupa bagaimana cara mendeskripsikan kata yang satu itu. Tidak ada gambaran, tidak ada bayangan.
Blank. Just... nothing.
Mungkin arti kata itu sendiri sudah tenggelam saking sudah tidak lama mencintai dan dicintai. Kelihatan miris untuk seorang komikus komik romance.
Duh, Chae, meratapi nasib sekarang nggak guna.
"Masih siap satu baris lagi, Chae?"
"Please, enough. Gue bisa-bisa harus ke dokter saraf gara-gara saraf kejepit cuman buat megang pena seharian," keluhku selagi menekukkan leher.
Terdengar suara tawa di dekatku. Begitu aku menengadahkan kepalaku, bisa kulihat sosok Seulgi dengan tangannya yang menyodorkan sebotol air mineral ke arahku.
"Thanks, Seul."
Seulgi hanya tersenyum, seakan memberikanku kode untuk segera menghabiskan air minum yang dia berikan tadi.
"Habis ini lo ada acara?" tanya Seulgi yang kemudian duduk di pinggiran meja. Aku mengangguk.
"Gue kangen tempat tidur."
"Kangen tempat tidur apa orang yang nemenin tidur?"
I miss both, Seul. To be honest. Tapi sayangnya yang kedua sudah nggak bisa dikangenin lagi, sudah hilang dari tiga bulan yang lalu. Nggak ada lagi yang jadi bantal guling pengganti.
Aku hanya merespon ucapan Seulgi barusan dengan suara tawa sebelum menyanggah. "Kalau lo sih pasti kangennya sama Wonwoo."
"Kangen banget, udah kayak Bang Toyib jarang pulang," ujar Seulgi.
Ingin rasanya aku mengatakan hal yang sama. Tapi yang aku kangenin bukan Bang Toyib. He always there, at home. Tapi aku tahu hatinya nggak ada di sana.
Dan faktanya, akulah yang mencoba menjadi Bang Toyib. Sengaja pulang lama ke rumah supaya mengurangi waktu tatap muka dengan objek yang dihindari.
Seulgi menarik kursi yang ada di dekatku lalu duduk di kursi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Jeans (✓)
Fanfiction[Grammatical Error Ahead. Will be Revisioned Later.] [1st book: completed] [2nd book: discontinued] Jung Chaeryong pertama kali ketemu cowok black jeans itu di club, di malam hari. Tapi begitu bangun, Chaeryong justru terbaring di kamar hotel yang t...