[II] Chapter 2: Re-Build

3.6K 628 312
                                    

(Yang nasih stannya ChaeTae, coba say hi dulu~)

...

Taehyung

Satu dari uncountable things dari istri gue yang sampai saat ini masih gue syukuri adalah, semarah-marahnya Chaeryong, dia masih jadi istri yang baik dengan memasakkan sarapan buat gue sekaligus mengetuk pintu kamar untuk mengingatkan gue bangun.

Kurang baik apa perempuan yang satu ini coba?

Ya, dia yang ketuk pintu kamar gue tapi yang kedengaran di telinga gue justru suara Gordon, anjing golden yang gue beli lima bulan yang lalu.

Sial. Padahal gue kangen suara Chaeryong yang bikin eargasm dalam hitungan detik itu.

Chae, aku kangen suara kamu. Sekali-kali coba gantian sama Gordon, please. I married not with our golden dog.

Too much to ask, I know. Karena istri yang baik macam Chaeryong mungkin merasa mulutnya terlalu bersih untuk mengucapkan nama laki-laki bajingan seperti gue.

But every bad guy needs a good woman. That’s what you said, didn't you, Kim Chaeryong?

Dalam hati gue tertawa. Gue penasaran apa Chaeryong masih mau memakai marga gue sebagai nama depannya setelah hubungan kita yang sudah sebegini berantakannya.

Seperti biasa, gue nggak langsung keluar setelah digonggongi Gordon. Gue diam sejenak, duduk di ranjang dan merenungi nasib.

Dan seperti biasa, setiap kali gue selesai merenung dan keluar dari kamar, Chaeryong sudah pergi.

“Ibu udah pergi duluan, Pak.” Begitu kalimat yang diucapkan Bibi Ong ke gue kalau gue bertanya ke beradaan istri gue yang satu itu.

Sounds wrong. Maksudnya istri satu-satunya.

Sebajingan dan sekurang ajarnya gue, gue bukan laki-laki yang suka dengan istilah “poligami”. Mantan boleh seribu, tapi istri itu cuman satu. Cukup satu untuk seumur hidup.

Setelah tiga bulan dan sering mengalami hal yang begini, gue berhenti untuk terus bertanya. Karena jawaban Bibi Ong nggak pernah berubah.

“Tadi Ibu masak apa aja, Bi?” gue bertanya saat melihat Bibi Ong tengah menyapu ruang tamu.

Dia menoleh ke arah gue lalu menjawab, “Nasi goreng sama kimchi, Pak.”

Gue hanya bergumam sebagai balasan.

“Oh, iya. Ibu ninggalin brownies di kulkas buat Bapak, katanya jangan lupa dimakan,” lanjut Bibi Ong lagi.

“Nanti saya keluarin dari kulkas.”

Istri gue baik banget kan? Tapi kenapa harus Bibi Ong yang ngomong dan nggak dia aja yang langsung ngomong ke gue, ya?

Kesannya justru gue malah menikah sama asisten rumah tangga gue sendiri, bukan sama Chaeryong.

Dipikir-pikir, baiknya istri gue secara nggak langsung bikin gue kelihatan miris.

Tapi gue berusaha tetap sabar. Kalau sabar disayang Tuhan dan istri kan, man?

People will say yes, actually. Tapi kenyataannya, gue ragu apa istri gue menyayangi gue sekarang.

Do you, Chae?

Damn it. Pagi begini Kim Taehyung ini sudah berubah jadi laki-laki melankolis yang meratapi nasib kurang belaian istri.

Di saat gue pindah ke meja makan, Gordon mendekat. Anjing itu duduk di dekat gue dan menengadahkan kepala, seakan dia juga ikut mengasihani gue dengan tatapannya itu.

Black Jeans (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang