Mandu

2K 289 27
                                    

By : imchoya

By : imchoya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


170803

Entah ini telah jadi suapan keberapa Sunhee memasukkan makanan berupa pangsit ke mulutnya. Anehnya, Yoongi tidak merasakan kebosanan saat dirinya hanya memperhatikan gadis yang tengah mengunyah makanan itu dengan lahap. Yoongi tahu Sunhee suka makan, tapi ia tidak menyangka bisa sebanyak ini. Selain itu Yoongi tidak keberatan sekalipun semua piring kosong di meja berakhir dengan struk pembayaran atas nama dirinya, sama sekali tidak. Yoongi bahkan akan senang hati jika gadis itu memang meminta.

"Ada apa?" Setelah sekian lama abai, Sunhee mendongak, menatap atensi Yoongi yang bergeming memperhatikannya dengan minat.

"Mau tambah?"

Pertanyaan Yoongi menyadarkan Sunhee pada apa yang sebenarnya menjadi bahan permasalahan. Sepertinya gadis itu sudah sadar sekarang, Yoongi tersenyum. Bukan maksud mengejek, senyumnya adalah keramahan. Dan Yoongi tengah berusaha membuat gadis itu nyaman.

"Makanan di piring belum habis." Sunhee sengaja menunduk, memperlihatkan beberapa buah—dua setengah mandu di piring.

"Kalau kau mau," Yoongi menggeser piring miliknya, "habiskan punyaku juga."

Tapi Sunhee menggeser lagi ke hadapan Yoongi, "Habiskan! Aku tidak suka orang yang membuang makanan."

"Aku tidak membuang. Aku hanya memberikannya padamu, Hee-ya."

"Tapi aku tidak mau. Itu punyamu, harus dihabiskan olehmu." Sunhee memiringkan sedikit kepalanya, meyakinkan Yoongi yang kemudian mengambil sumpit untuk makan lagi.

Yoongi jadi ragu Sunhee tersenyum padanya hanya karena ia menurutinya untuk makan. Jujur saja ia tidak merasa keberatan sama sekali menghabiskan makanannya, tadi ia hanya menawarkan saja tanpa berniat ingin membuang ataupun mengabaikan makanan. Tapi kenapa Yoongi jadi separno itu? Apa ini murni karena kesalah pahaman atau ia memang sedang belajar menurunkan tingkat egonya? Untuk Sunhee?

"Yoon?"

"Ya?"

Sunhee menelan untuk bicara. "Apa saja yang kau bicarakan dengan orangtuaku kemarin?"

Yoongi mendongak, masih mengunyah makanannya dengan tenang seolah tidak terpengaruh apa pun. "Kenapa pergi jika ingin tahu?"

Sumpit yang dipegang Sunhee melambat turun ke meja. Keduanya berada dalam keseriusan tatapan yang segaris sama. Saling mendalami pikiran antara yang terjadi saat ini dan beberapa waktu yang telah dilalui. Terlanjur pada ketidak pastikan tak berujung, Sunhee berdeham membuyarkan lamunan yang nyaris sama.

"Aku memang sengaja pergi." jawabnya kemudian.

"Kekanakkan."

Tanggapan Yoongi dibalas kesinisan, "tapi yang jelas bukan untuk menghindarmu. Kau tahu? Aku pindah apartemen."

"Kalau mau menolak katakan saja." Yoongi tak kalah sengit. Tak peduli dengan siapa dan statusnya sekarang, lawannya tak akan berubah dari si keras kepala dan tukang alibi. "Apalagi di depan orang tuamu," lanjutnya, memundurkan tubuh untuk bersandar dan memeluk tangan.

Raut kesal Sunhee tertunduk, dan Yoongi sangat tahu jika gadis itu sedang benar-benar menahan amarahnya. Entah alasan sedang di depan umum atau ia memang sengaja agar tak memancing keributan.

"Atau jangan-jangan kau pergi karena tidak bisa menolaku dan atau bingung memberi alibi pada orang tuamu untuk menolak lamaraku?" kekehan Yoongi menyelesaikan ucapannya.

Gadis Kim mengepalkan tangan, membuat gebrakan kecil di meja disusul dengusan sebal dan kepasrahan. "Min Yoongi, kau menyebalkan."

Namun alih-alih tersinggung dengan lirihan dan penekanan kalimat itu, Yoongi malah tergelak sendiri tanpa peduli lirikan menyelidik dari beberapa orang. "Wah, wah, wah! Sekarang kau pintar menahan emosi dengan baik, ya. Apa ini bawaan dari little Min di perutmu?"

"Sial!" Sunhee mengumpat lagi.

"Benar, kan? Kau memang tidak berniat menolakku?"

Jangankan Sunhee, Yoongi pun merasa bingung dengan dirinya yang mulai suka menggoda gadis itu. Seolah otaknya telah terbentur kemudian berganti kepribadian menjadi sosok usil yang menyebalkan untuk siapapun. Atau mungkin inilah ekspresi kebahagiaan Min Yoongi yang baru saja mendapat kepastian tentang hasil cintanya?

"Tidak apa-apa jika kau mulai menyukaiku."

"Min ... berhentilah!"

"Hee, katakan saja."

"Katakan apa?"

"Menyukai Min Yoongi."

"Konyol."

Sunhee memasukkan mandu potongan besar ke mulut ketika Yoongi hanya tercengar-cengir memperhatikan tingkahnya.

"Kau punya alasan apa menerimaku?" Sekarang ia sedikit tenang. "Setelah lamanya aku mendapat menolakan dan akhirnya tanpa memohon lagi kau begitu saja memintaku menjadi milikmu."

Hening sesaat hingga keramaian tak lagi terdengar. Gadis dua puluh satu kemudian melirik, menjilat bibir yang terkena saus dan mendengus sebelum berkata, "Aku hamil dan kau yang menghamiliku."

Rasanya sepi itu benar-benar memeluk Yoongi, terasa hangat di bagian pipi, sejuk di bagian hati dan mendebarkan di bagian dada sebelah kiri. Semua itu terjadi serentak pada tubuhnya dan Yoongi merasakan ketidaknormalan ini muncul begitu saja. Aneh, kan? Padahal mereka tidak saling berdekatan, bersentuhan, melakukan kontak fisik lain atau segala hal yang aneh seperti di luar batas. Mereka hanya berhadapan, beratatapan, tanpa melakukan hal lainnya.

Perasaan itu terus menjalar hingga membuat ia bingung. Gadis itu tidak berbohong atau mengatakan sesuatu yang salah. Malah Yoongi merasa jika itu memang kebenaran paling jujur selama bicara padanya. Tapi kenapa Yoongi merasa malu sendiri menerima ucapannya?

Yoongi menghamilinya?

Seharusnya itu suatu hal yang membanggakan dan bukan memalukan, bukan?

"Omong-omong, Yoonmi ... apa kau—"

"Tidak," Yoongi mengerti arah pembicaraan ini. "Aku tidak berbicara apa pun tentangnya. Hanya mengatakan jika aku punya seorang anak perempuan berusia lima tahun, dan..." ia memperhatikan gadis itu, tampak menahan napas ketika mendengarnya bicara. "Aku tidak mengatakan apa-apa lagi. Orang tuamu juga diam tidak menanyai tentang Yoonmi, mereka terlihat bersimpati dan berusaha agar tidak membuatku tersinggung dan lebih rendah. Entah berpikir bahwa aku seorang single parent atau apa, yang jelas seandainya mereka bertanya aku tidak akan mengatakan apa pun sebelum kau berencana mengatakannya langsung atau mengizinkanku jujur."

"Kau tidak peduli pandangan mereka?"

"Kenapa harus? Jika akhirnya orang tuamu tidak menyukaiku karena ada Yoonmi juga tidak apa-apa, aku tidak akan keberatan sama sekali. Yoonmi putriku, dan aku tidak mungkin untuk tidak mengakuinya. Akan sangat bersyukur jika orang tuamu akhirnya menerimaku apa adanya, sebagai orang tua tunggal."

Sunhee menelan ludah yang terasa tersendat di kerongkongan. Entahlah, ia merasa penjelasan itu begitu menakjubkan diterima pikirannya. Min Yoongi, dengan segala sikap dingin dan keangkuhannya, merendahkan diri untuk mengenalkan Yoonmi di depan orang tuanya sebagai seorang Ayah. Sebagai seorang pria tanpa wanita yang membantu membesarkan putrinya. Seorang diri. Haruskah ia berbangga diri menyambut pria Min?


~fin


**Jangan lupa tinggalkan jejak 😉✌

[Suga X Sunhee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang