Lost

2.2K 305 28
                                    

By : Imchoya 

By : Imchoya 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

170728


'Ayo bertemu.'


Sesingkat itu pesan yang baru saja Sunhee kirimkan untuk kontak dengan nama Min. Sunhee bukannya pengecut yang tidak berani mengajak langsung, hanya saja, terlalu canggung saat seminggu berlalu dan ia baru berani berinteraksi dengan pria itu. Ini pun sesudah ia berhibernasi mengurung diri di apartemennya yang baru. Termasuk menyalakan ponsel untuk yang pertama kali sejak kepindahannya. Padahal tidak ada masalah sama sekali. Batrenya penuh, sinyal terkoneksi dengan baik, bahkan nama kontaknya pun ada—deretan paling bawah.

Menerawang langit-langit kamar ditemani angin dingin dari jendela, Sunhee melamun. Tentang semuanya. Hingga ia pikir otaknya akan error mendadak karena terlalu banyak lamunan. Tapi tidak. Karena terlalu banyak diam dan tanpa pekerjaan yang berarti, justru otaknya berfungsi dengan baik. Mengingat, berandai, mengkhayal bahkan hingga merasakan banyak penyesalan. Heol! Sunhee seolah sedang bertaubat dan memikirkan semua dosanya.

Beberapa hari yang lalu ia memang sempat berpikir untuk keluar rumah. Tidak untuk berjalan-jalan biasa, tapi mengunjungi putrinya, Min Yoonmi. Entah kenapa akhir-akhir ini ia jadi memikirkan anak pertamanya itu. Ia sudah masuk taman kanak-kanak tahun ini. Pasti gadis kecilnya sedikit kecewa, mengingat tadinya Sunhee menjanjikan akan membawanya bersekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya sekarang. Sunhee juga tidak ingin ingkar, tapi keadaannya memang sedang tak memungkinkan. Ditambah minggu ini tubuhnya terasa semakin lemah karena tiba-tiba saja demam. Ia tidak ingin menulari putrinya yang sangat menyukai pelukan. Lagipula, mendatangi Yoonmi saat ini sangat beresiko.

Sesudah memijat kening yang terasa semakin berdenyut, Sunhee memeriksa ponselnya yang telah mengedip beberapa kali. Pesan masuk dari yang dikiriminya tadi. Tidak biasanya dibalas cepat.

'Di mana?'

Ah! Ia lupa mencantumkan tempat. Sepertinya karena banyak tidur otaknya jadi lambat. Dengan gesit tangannya cepat mengetik alamat tempat 'pertemuan' mereka. Min Yoongi 'kan orang sibuk, akan sangat menyebalkan jika pesan diterima dalam waktu yang lama.

Send.

Sunhee akan kembali tidur sampai waktu yang telah ditentukan pada Yoongi. Kepalanya yang berat menjadi alasan utama ia ingin melelapkan diri lagi. Daripada melamunkan yang tidak jelas dan berakhir dengan dirinya yang sulit mengambil keputusan, lebih baik ia tidur. Sunhee jadi si pemalas sekarang.

Saat menyelesaikan kancingnya dibulatan terakhir, Sunhee masih saja mereasa jika ia benar-benar malas. Sunhee sudah membersihkan diri dan mengenakan kemeja yang lumayan kusut—ini kemeja paling atas yang berada di koper—ia masih belum tergerak untuk membereskan barang-barangnya. Koper, kardus-kardus yangmenyimpan semua barang dan buku-bukunya masih tak tersentuh barang sedikit pun. Sama sekali bukan jiwa Sunhee yang suka sekali menumpuk barang.Terkadang jika ia sedang menikmati makanannya, ia akan di hadapkan dengan barang-barang menumpuk menunggu dirapikan. Memang berniat, tapi tidak pernah dilaksanakan.

Ia tidak pindah dengan cara mengendap-ngendap karena menghindari Yoongi. Sama sekali bukan dengan alasan itu. salah besar jika berpikir begitu. Lagipula keluarganya juga tahu kepindahannya. Meski ia sama sekali tidak mengatakan alamat lengkapnya pada siapa pun. Bahkan tidak pada Jungkook maupu Namjoon. Mereka hanya tahu dirinya menjadi sok sibuk untuk menghindari lamaran Yoongi.

Matahari mulai menggelap ketika Sunhee menyelesaikan acara makan sederhana hanya degan satu cup ramen dan secuil nasi dari sisa kemarin yang masih baik. Perutnya tidak makan dari... kemarin malam. Pantas saja ia hampir merasa mati. Beberapa rumah dilewati dan ia berhasil menghentikan taksi dengan tangan yang terulur. Terlambat sedikit bukan masalah, kan?

Di tempat pertemuan.

"Aku sudah memaafkanmu." Sunhee menatap sepatu putihnya dengan perasaan hampa. Tidak benar-benar memperhatikan, hanya sekedar menunduk kosong sebagai pengalihan dari atensi seseorang di sampingnya. "Well, sebenarnya kau juga tak perlu mengucapkan kata paling sulit itu omong-omong. Aku yang salah, mengganggu, dan memancingmu yang sedang fokus pada pekerjaan. Kupikir aku egois saat itu jika berharap kau akan mengucapkan hal lain yang mungkin sedikit... ya, mengenakkan, mungkin."

Gadis Kim telah berusaha memikirkan semua dengan jalan yang menurutnya baik. Sebenarnya, bukan karena masalah ataupun keributan malam di studio, bukan pula karena kekangan dari beberapa orang yang menyudutkannya. Ini murni karena pikiran dan ide barunya. Dan Sunhee sangat yakin tidak akan ada pihak mana pun yang dirugikan karena penyelesaian yang dibuatnya ini. Sunhee akan membesarkan anaknya sendiri dan Yoongi akan segemilang bintang hingga semakin terkenal. Ia mendapat banyak pelajaran perihal malam di studio itu. Yoongi sangat mencintai pekerjaannya dan akan sangat mengganggu jika ia begitu saja berada di kehidupan Yoongi. Sunhee juga begitu, ia tidak mungkin kehilangan biaya cuma-cuma kuliahnya hanya untuk seorang Yoongi. Ia sudah susah payah membangun jalan, paska kelahiran Yoonmi di pertengahan remajanya. Dan Sunhee tidak ingin menumbangkan cita-citanya hanya agar menjadi istri Min. Apalagi dengan kejadian yang sudah seperti ini. Ia harap bisa membungkam dunia seperti lima tahun silam.

"Aku jadi bingung kenapa kau jadi seceroboh ini memutuskan. Rasanya bukan Min Yoongi sekali. Hanya karena aku marah padamu kau bertindak gegabah begini. Kau berharap aku luluh dan menerimamu? Apakah kau pikir dengan membawa serta orang tuamu aku akan bersedia menjadi bagian keluarga Min? Begitukah?" Sunhee sarkastik. "Kupikir kau memang bodoh. Melamar seseorang di saat orang itu sedang kecewa padamu, kau kira itu waktu yang tepat?"

"Apa maumu?" Suara pertama dari Yoon Gi sejak mereka bertemu akhirnya terdengar.

Senyum tipi hadir di bibir Sunhee. "Baguslah. Seharusnya memang begitu. Kau tidak pernah menawariku sesuatu omong-omong."

"Jadi—"

"Tidak ada." Sunhee meliriknya. "Aku hanya ingin mengatakan... lupakan semua."

Yoongi meneguk ludah, diam.

"Aku hanya ingin itu. Semua tentang beberapa malam dan kebersamaan... aku mau kita bisa bertindak layaknya orang di masa lalu. Tak ada pertengkaran, percintaan ataupun cinta sepihak yang menyakitkan. Aku mau semua seperti semula. Kita musuh dan tetap akan seperti itu, tanpa malam panas lagi atau hal-hal yang menurutku cukup berlebihan untuk hubungan seperti ini. Itu tak perlu lagi kita lakukan. Kau akan mengabaikanku dan fokus pada pekerjaan musikmu. dan aku pun begitu, menyelesaikan kuliahku dengan baik. Dan ini akan sangat mudah."

Sunhee menyelesaikan ucapannya dengan tenang dan senyum kecil. Sangat terlihat jika ia berusaha mempengaruhi lawan bicaranya. Bersyukur selama kata yang diucapkan mengalir tanpa ada sendatan. Atau apa pun itu, ia sedikit lega Yoongi tak menyela sedikit pun. Sunhee yakin semua akan berjalan baik sesuai dengan yang dipikirkannya selama malam-malam terakhir ini.

Sunhee merasa tubuhnya hampir beku karena cuaca yang kian merangkak naik menjadi dingin. Sialnya ia lupa membawa jaket. Angin menggelitik permukaan kulit yang hanya ditutupi kemeja putih panjang yang terasa percuma. Ia harap Yoongi dapat segera mengiyakan ide pikirannya karena ini cukup menguntungkan bagi dua pihak, menurutnya.

"Kembali seperti semula?" Yoon Gi mengulang ucapan Sunhee.

"Ya." dibalik ketegasan jawabannya, Sunhee menyimpan lebih banyak rasa ragu. Bukan. Bukan karena ia tidak percaya lagi pada keputusannya. Ia tidak lagi labil seperti enam tahun lalu. "Kalau pun kau tidak berniat menjawab, aku anggap berarti kau menyetujuinya, Min. Aku hanya ingin mengatakannya. Itu saja. Siapa tahu kau tiba-tiba muncul, mencariku dan berniat menemuiku dengan tampang sok kenal. Kita tak akan pernah akrab, ingat?"


~fin


**Jangan lupa tinggalkan jejak :3

[Suga X Sunhee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang