Clek.
Suara pintu kamar membuat senyum Zidny semakin mengembang.
"Dengan hitungan detik lo akan mati."
"Saatu.... Duuua...... Ti-"
"AAAAAAAAA."
Di balik tangga raut wajah Zidny seketika berubah menjadi tegang.
"YaAllah Baal."
Keringat Zidny bercucuran saat mendengar suara (namakamu) yang memanggil nama Iqbaal. Zidny keluar dari tempat persembunyian nya.
Betapa kaget nya Zidny melihat Iqbaal tergeletak di lantai dengan kepala yang berada di pangkuan mu. Terlihat banyak darah segar di paha dan lantai.
"Zidny?"
"(Namakamu) euu.. sumpah ini bukan gue." Zidny tergagap mencari alasan.
"Lo ngomong apa sih Zid, siapin mobil cepet."
"Oh iya." Zidny bergegas menuju mobil dengan senyum kemenangan, ternyata (namakamu) sangat bodoh dalam hal apapun.
*****
"Benturan nya tak terlalu parah, sebentar lagi dia akan siuman." Jelas dokter.
"Syukurlah kalau begitu dok." Kamu bernapas lega mendengar Iqbaal baik baik saja.
"Yasudah kalau gitu saya permisi."
Kamu mengangguk mempersilahkan dokter tersebut melanjutkan pekerjaannya.
Kamu melangkah mendekati brankar dimana Iqbaal terbaring, wajahnya sangat damai, perlahan bibirmu membentuk senyum kecil.
"Kadang aku gak mau kamu sadar baal, karena percuma kamu gak inget aku, tapi disisi lain aku gak bakal bisa liat kamu terus tidur kayak gini terus. Kapan kamu inget semuanya baal?" Kamu mengelus punggung tangan Iqbaal.
"Betapa beruntungnya aku bisa punya kamu baal, aku berterimakasih banget sama Tuhan udah kasih makhluk ciptaannya yang indah ini." kamu terus menatap Iqbaal sambil tersenyum.
"Nghh-"
Perlahan mata Iqbaal terbuka, terlihat matanya menyipit saat cahaya lampu ruangan menerobos masuk kedalam matanya.
"Iqbaal- euu.. Tunggu ya aku panggil dokter dulu." kamu keluar ruangan untuk memanggil dokter.
Iqbaal masih memperhatikan ruangan sekitar, ia bingung apa yang sebenarnya terjadi.
Tak lama empat orang dewasa memasuki ruangan rawat Iqbaal, tiga wanita dan satu laki laki paruh baya.
Samar-samar Iqbaal mengenal ketiga perempuan yang berdiri disamping brangkar rumah sakit, dan laki laki itu sudah dipastikan adalah seorang dokter.
"Baal kamu gak apa-apa?" Tanya zidny.
Iqbaal hanya diam tak menanggapi, kondisinya masih sangat lemah walaupun hanya berbicara. "Kondisinya masih sangat lemah, diharapkan Iqbaal mendapat istirahat yang cukup." Ucap dokter.
"Tapi Iqbaal gak apa-apa kan dok?" Kamu bertanya dengan raut wajah khawatir.
"Dia baik-baik saja, kalau gitu saya permisi."
Dokter itu keluar dari ruangan Iqbaal. Pandangan mu kembali kepada Iqbaal, wajah pucatnya yang membuat hati mu sakit.
"Kamu baik-baik aja kan baal?" Zidny mendekatkan wajahnya pada wajah Iqbaal, sambil mengelus pipi Iqbaal.
"Lo apa-apaan sih Zid," ucapan Iqbaal sukses membuat ketiga wanita itu tersentak kaget. "Lo ngapain disini?" lanjut Iqbaal.
Wajah Zidny mendadak pucat, ia yakin ingatan Iqbaal sudah kembali. "Kok kamu gitu sih baal?"
"Gitu gimana? Lo ngapain disini?"
"Aku jagain kamu dari orang asing ini." Zidny menunjuk dirimu dan ibumu.
"Jaga omongan lo ya, siapa yang lo maksud orang asing? Mereka itu keluarga gue, dan (namakamu) itu istri gue." Ucap Iqbaal parau.
Wajah mu berbinar, betapa senangnya ingatan Iqbaal sudah kembali.
"Mending sekarang lo pergi." Usir Iqbaal.
"Kamu ngusir aku? Kamu kok-"
"Iya gua ngusir lo, udah sana pergi!" Ucap Iqbaal dengan suara parau namun terdengar ketus.
Zidny menghentakkan kakinya lalu meninggalkan ruang rawat Iqbaal.
Zidny tak henti-hentinya menggerutu disepanjang jalan. "Gagal lagi gagal lagi, awas aja kalian gue gaakan nyerah gitu aja."
🍭🍭🍭
"(namakamu)." panggil Iqbaal.
Kamu hanya terdiam tak mengubris panggilan Iqbaal, ingatan mu berputar saat Iqbaal membentaknya hanya untuk membela Zidny, bagaimana saat Iqbaal mengatakan bahwa dirinya adalah orang asing.
"(namakamu)..." panggilnya lagi.
Karena panggilannya tak digubris, Iqbaal memutuskan untuk menghampiri (namakamu) namun saat hendak turun, "Awshh-" Iqbaal memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Eh- kamu gapapa baal." dengan gerak cepat kamu menghampiri Iqbaal.
"(namakamu) aku minta maaf." ucap Iqbaal seraya menatap matamu dalam-dalam.
Kamu menundukkan kepala, tak tahu harus menjawab apa.
Iqbaal menaikkan dagu mu sehingga mata mereka bertemu. "Kamu mau kan maafin aku dan balik lagi sama aku?"
Bukannya menjawab, kamu malah membuang muka, berusaha agar mata mereka tak bertemu, sungguh mata Iqbaal adalah kelemahan terbesarnya.
"Aku akan berubah (nam... Aku akan memperbaiki kesalahan aku, jadi aku mohon balik sama aku yaa." Pinta Iqbaal seraya menatap matamu.
Kamu menundukkan kepala. "Aku gatau baal."
"Bie aku mohon kasih aku kesempatan. Aku tau aku orang bego tolol yang udah milih dia daripada kamu, aku tau (namakamu)... Tapi aku mohon kasih aku kesempatan sekali lagi." Iqbaal mengeluarkan air mata disela-sela pembicaraan nya.
Dirimu sedikit kaget saat melihat Iqbaal menangis. "Udah kamu gausah nangis, aku kasih kamu kesempatan sekali lagi." kamu tersenyum menatap Iqbaal.
Senyum Iqbaal mengembang. "Maka-"
"Tapi kalau kamu ulangin kesalaham yang sama, ga ada kesempatan lagi baal."
Iqbaal memeluk mu erat, sangat erat. "Iya bie iyaa aku janji aku gak akan ulangin kesalahan yang sama, makasih yaa." nada bicara Iqbaal terdengar sangat riang.
"Aduh ba-al ak-ku gak bi-sa na-pas."
Sontak Iqbaal melepas pelukannya. "Ehehehe iya iya maaf." Iqbaal mengeluarkan cengiran bodohnya.
To be continue
Winasyaidaa.HALLO GENGS👏 HOPE YALL ENJOY W/ THIS CHAPTER. Kembali dengan cerita absurd saya, chapter ini detik detik mau tamat gengs. Maybe once or twice chapter again guys. Byebye see u in the next chapter👐
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Manja (Slow Update)
Fanfiction#65 in FANFICTION [12/04/17] Perjodohan yang akan di laksanakan antara seorang pria yang sangat manja 'Iqbaal Dhiafakhri' dengan (namakamu). Sikap Iqbaal yang sangat manja melebihi anak umur lima tahun membuat semua orang jengah akan tingkahnya. Aka...