(16)

2.1K 251 29
                                    

♠♠♠

Saat membuka mata perlahan, [St/n] menatap jam digital yang terpasang tepat di samping tempat tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 6 kurang 15 menit. [St/n] kagum dengan dirinya yang bisa bangung lebih awal 1 jam 35 menit dari biasanya.

Ya, gadis ini biasanya tidur seusai pulang sekolah jika waktu masih sore—singkatnya, tidur sore—memang kebiasaan buruk, ayahnya sendiri pun sampai dengan jahatnya mengatakan, "jadi bego¹ kau, [St/n]." Dengan santainya.

Tapi, toh dia tidak peduli—dia lelah dengan semua tugasnya, dan berakhir dirinya tidur sore sampai jam makan malam—tepat pukul 8 malam—gadis itu akan mandi, kemudian mengubah dirinya menjadi seorang 'tuan putri' kaya raya.

Yang jelas, ini juga sebuah keajaiban ia bisa bangun sendiri tanpa bantuan jam beker. Biasanya, meskipun alarm entah dari ponselnya atau jam bekernya sudah berdering dia tidak akan bangun. Sekalinya ia terbangun, hanya untuk mematikan alarm bising miliknya itu kemudian kembali tidur.

"Jarang sekali aku bisa bangun cepat begini, harus pamer ke Takao, nih.”

Sambil memendam ambisi konyol miliknya, [St/n] bangkit dari tempat tidurnya dan mulai melangkahkan jenjang kaki kecil nan mulus miliknya ke ruang makan dalam keadaan masih mengenakan piama dengan pola polkadot putih di tambah warna [fv/c] peach miliknya. Tidak lupa ponsel pada genggamannya yang selalu ia bawa, bahkan ketika makan.

Ah, dia lupa. Pantas sedari tadi tidak ada notifikasi masuk, jadi selama di charger ponselnya mati.

Setelah bangkit dari tidurnya, [St/n] menuju ruang keluarga—ruangan dengan sofa yang tidak terlalu besar namun tampak mewah berwarna emas kekuningan dengan meja yang tidak terlalu tinggi di depannya. Karpet bermerk menjadi alasan di bawah sofa ruang tengah itu.

[St/n] duduk. Kemudian dengan cepat tangannya meraih remote di atas meja di depannya. Takao yang sedari tadi berada tak jauh di sofa tepat di sampingnya tampak bingung.

Dia terus-menerus menatapi tingkah sepupu sadisticnya itu. Mulai dari awal [St/n] memasuki ruang keluarga sampai dia mulai duduk dan menatap TV 60 inch di depannya.

Gadis itu tampak senang—terlihat di wajahnya yang tersenyum-senyum entah karena apa, tapi jelas itu bukan karena film anime yang saat ini ia tonton.

"[St/n], kenapa kau belum pergi?" tanya Takao datar.

"Hey! Kau mengusirku?!" balas [St/n] dengan nada tinggi. Senyuman yang sempat merekah itu langsung berubah menjadi raut wajah sebal.

Takao menghelakan nafasnya pelan. "Bukan itu maksudku," ucapnya terpotong. "Kau memangnya tidak pergi—menemui Akashi?"

"Oh, soal itu. Masih ada waktu lagi, 'kan?" balas gadis itu santai.

Takao menaikkan sebelah alisnya tak acuh. Mengabaikan perkataan sepupunya itu.

Oh, masih lama ya? Kukira… batin Takao. Takao mulai kembali menatap TV di depannya. Sampai akhirnya—

"Kau tidak kerepotan—maksudku kepanasan gitu saat tidur?"

—sadar akan sesuatu.

Pertanyaan aneh.

"Tidak, memangnya ada apa?" balas [St/n] singkat.

"Tadi siang ada pemadaman listrik bergilir, rumah kita mati selama sekitar 2 jam. Memangnya kau nggak sadar?”

[St/n] menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan. Mulut mungilnya masih sibuk mencerna secara mekanik snack yang ia makan saat ini.

“Nggak sadar.” Tapi bagaimana bisa Takao tahu sampai berapa lama pemadaman listrik itu terjadi. "Kok, kau bisa tahu sampai sedetail itu?”

✅️ [21+] Catch Me If You Can! 👑 Akashi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang