(57)

1.3K 161 98
                                    

"Cicipilah tehnya. Buatan [Name]-chan nikmat, lho."

Wanita itu hanya tersenyum lalu mengangguk. Wajahnya yang terlihat lembut, melukiskan kharismanya yang tinggi.

Usai meneguk tehnya untuk sekali, Shinju melempar pandangannya ke depan. Sorot matanya menerawang jauh.

Melihat itu, Ume-obaa sama menggenggam tangan putrinya dan berkata, "bagaimana kabarmu dengan Masaomi?"

Wanita itu menoleh dan tersenyum. Awalnya wanita itu enggan untuk menjawab, tapi melihat sang Ibu terus menatapnya, akhirnya dia berkata, "aku baik-baik saja. Tampak normal."

"Aku ini Ibumu, jangan berbohong. Tolong ungkapkan perasaanmu padaku, tidak perlu bersikap terlalu berhati-hati."

Shinju menghela nafas pasrah. Saat helaan itu keluar, dadanya terasa sakit dan pelupuk matanya terasa berat. Sepertinya air mata itu akan segera keluar.

"Ya, Ibu." Shinju terdiam, wanita itu menggenggam kedua tangannya dan menatapnya. Saat pandangnya dialihkan ke sembarang arah, dia melanjutkan, "hidup sebagai selir, sangat menyakitkan walaupun sudah tidak lagi. Terkadang aku ingin berdebat dengannya, tapi kebiasaan menjadi sekretarisnya terus terbawa."

Wanita itu diam sejenak. Genggaman pada tangannya semakin menguat. Dadanya semakin berdebum kencang.

Setelah helaan sekali untuk mengatur dirinya, dia kembali melanjutkan, "seperti yang Ibu pernah katakan padaku. Seorang istri harus merawat suaminya dengan baik, tapi apa yang kudapatkan?"

Ume-obaa sama terdiam. Dia mengerti apa yang hendak putrinya tanyakan saat ini. Dia juga merasakannya, bahkan kadang kala melihatnya langsung.

Entah ketika menantunya—Masaomi—tengah menikmati minumannya sambil memandang keluar atau bahkan melihat foto lama itu.

"Aku tidak mendapatkan apa pun bahkan perasaannya padaku. Dia hanya seperti... menganggapku sebagai istrinya terdahulu."

"[Name]-chan juga pernah mengatakannya padaku seperti itu," tutur Ume-obaa sama. "Masaomi keteraluan. Dia bisa merawat perusahaannya tapi membuat dirimu merasakan kesepian seperti ini."

👑

Wanita itu memasuki ruangan besar di depannya, meletakkan nampan di atas meja yang berdiri kokoh dengan jendela besar di belakangnya.

Embusan angin meniup lembut helaian gorden di sana, membuat sinar biru rembulan bisa memasuki ruangan tersebut.

"Minumlah obat ini."

Laki-laki di depannya tersenyum tipis lantas menuruti. Usai meneguk air mineralnya, dia kembali pada pekerjaannya.

Saat hendak ingin kembali meraih nampan di atas meja itu, tetiba laki-laki itu memanggil, "Shinju, apa aku tidak pernah memperhatikanmu?"

Wanita itu terdiam sebelum akhirnya menjawab, "kau hanya sibuk dengan pekerjaanmu."

"Ibu bilang kalau aku hanya bisa merawat perusahaanku, tapi hanya membuatmu kesepian. Apa kau merasa kalau yang kuberikan padamu tidak cukup?"

Seandainya bisa, detik ini juga wanita itu ingin berteriak sesuatu pada suaminya. Namun saat ini fokusnya hanya pada fakta bahwa Masaomi mendengar semua percakapannya dengan sang Ibunda.

"Sejak Seijuuro menderita DID, yang kupikirkan hanya masalahku dan cara menyembuhkannya. Namun aku hanya membuatmu kesulitan. Katakan padaku, apa yang bisa kulakukan untukmu?" Masaomi menambahkan.

Shinju menitihkan air matanya tepat begitu Masaomi menggenggam kedua tangannya. Menyakitkan! Ini bahkan lebih menyakitkan dari sebelumnya!

Hanya hal sederhana dan Masaomi tidak menyadari hal itu?

✅️ [21+] Catch Me If You Can! 👑 Akashi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang