(29)

1.7K 201 16
                                    

♠♠♠

Pukul satu siang.

Terik matahari tak terlalu terasa walaupun sudah memasuki pertengahan Juni, akhir musim semi. Bunga-bunga masih bermekaran indah bilamana mata memandang taman kampus dari atapnya. Udara mulai terasa hangat.

Namun, suasana Gymnasium tidak berubah semejak kedatangan tim basket dari Universitas Kyoto untuk latih tanding tiga bulan yang lalu. Ramai, begitulah.

Mahasiswi yang biasanya tidak suka berada di Gym di jam-jam seperti ini, menjadi terbiasa untuk datang.

Entah untuk sekadar melihat latihan tim utama atau ada beberapa yang membantu. Mungkin mencoba mencuri perhatian Kisedain (kecuali Akashi).

Ah, tidaklah ada seorang gadis pun berani mendekati Akashi, bahkan untuk memanggilnya sekali pun.

Sebenarnya [St/n] tidak menjadikan masalah jikalau ada seorang gadis yang memang merasa butuh waktu berbicara dengan tunangannya.

Ya, anggap saja dirinya tidak mau menjadi terlalu overprotective terhadap Akashi. Memberikan sedikit space.

[St/n] menatap barisan bangku penonton. Semua kursi barisan tengah penuh oleh penonton. [St/n] menghela nafas malas untuk kesekian kalinya, jenuh.

Pluit terdengar, latihan selesai. Kisedai yang tadinya tengah bertanding empat lawan empat tertarik kepinggir lapangan, beristirahat. Serempak mereka mengambil minum dan handuknya masing-masing.

Kisedai (kecuali Akashi) termasuk Kagami dan Takao menatap [St/n]. Wajahnya lebih lesuh dari biasanya.

Dirinya yang biasanya ceria, sirna. Senyuman ceria pun semejak dua minggu terakhir jarang mereka lihat, terlebih lagi hari ini. Kawan-kawan pelanginya ini tentu merasa khawatir, toh ini seperti bukan dirinya yang biasa.

"Ne, [St/n]cchi, ada apa denganmu-ssu yo? Kau sedang sakit-ssu ka?" tanya Kise polos.

[St/n] membalas dengan gelengan kepala. Netranya terfokus pada game yang saat ini tengah ia mainkan.

"Kau benar-benar tidak apa-apa, [St/n]-san?" tanya juga Kuroko, meyakinkan.

[St/n] kembali menggelengkan kepalanya.

"Oi, Akashi. Ada apa dengan [St/n]-nano ka? Kenapa dia—" sebelum Midorima mengakhiri kalimatnya, dirinya sudah disikut terlebih dahulu oleh Takao. Mengisyaratkan agar ia tidak berkata lebih lanjut.

Beruntungnya [St/n] tidak mendengar dengan baik apa kalimat sebelumnya yang dilontarkan Midorima.

Memang kata-kata 'like father like son' itu benar. Sayangnya [St/n] seorang perempuan bukan laki-laki walaupun sifatnya lebih monoton dari sang ayah, lebih menonjol.

Ya, tentu. Sifatnya yang tidak bisa fokus dua arah misalnya seperti sekarang : dirinya tengah bermain game, sementara seseorang tengah berbicara dengannya.

Tentu hanya sebagian yang benar-benar gadis itu cerna perkataannya. Lebih buruknya ia tidak akan mendengarkannya sama sekali. Tentu seperti ayahnya.

"Oi, [St/n]. Kau bertanding one-on-one denganku sekarang," pinta Aomine.

[St/n] mengangkat kepalanya, menatap Aomine datar. "Sekarang?" tanyanya kemudian.

"Tentu saja, sudahlah kau ganti saja seragamu itu."

[St/n] beranjak berdiri, bangkit dari tempat duduknya. Game yang masih berada dalam genggamannya segera ia keluarkan, mesleep layar ponselnya kemudian diletakannyalah di atas bench yang sempat ia duduki.

✅️ [21+] Catch Me If You Can! 👑 Akashi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang