Apa yang dikatakan Kamila saat itu membuat Gladys tidak percaya. Bagaimana mungkin Kevin mengambil fotonya secara diam-diam? Kata cantik saja Gladys tidak berhak mendapatkannya. Namun hal itu membuatnya tersenyum. Gladys merasa lucu dengan apa yang ia dengar dari Kamila.
Cowok itu yang motoin lo.
Jika Gladys mengingat kalimat itu, ada sesuatu yang beterbangan di dalam perutnya. Seperti kupu-kupu yang sedang mencari bunga untuk dihisap nektarnya.
Gladys meraih ponselnya kemudian membuka aplikasi pemutar musik. Ia mengambil earphone berwarna putih yang ada di atas nakas samping tempat tidur, lalu menyetel lagu favoritnya, One Last Time dari Ariana Grande yang selalu ia banggakan sebagai kembarannya.
Lama-kelamaan, mata Gladys terasa berat. Perlahan, matanya yang oriental menutup mengikuti rasa kantuknya. Ia cukup lelah dengan apa yang terjadi di sekolah. Tadi adalah hukuman pertama yang didapatkannya. Padahal ia berharap tidak mendapatkan itu. Ia ingin berubah, meninggalkan segala kenakalan yang ada di SMP.
Ya, dia ingin berubah.
* * * * *
Dua orang anak, yang satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Mereka bermain dengan gembira di bawah sebatang pohon yang rindang. Mereka asyik meniup gelembung yang mereka beli. Tawa lepas membahana ketika gelembung itu terbang dan meletus karena ranting pohon.
Saat itu, mereka belum tahu arti dari kata cinta. Mereka hanya tahu bermain bersama adalah sebuah hubungan yang menyenangkan.
Mereka tersenyum dalam diam memperhatikan gelembung besar yang berhasil dibuat oleh anak lelaki itu.
"Gladys, kalo kamu rindu sama aku, kamu buat balon gelembung aja ya," ucap anak lelaki berambut lurus yang duduk di hadapan bocah perempuan bernama Gladys.
"Kenapa harus gelembung?" Gladys kecil bertanya dengan polos.
Anak lelaki itu tersenyum lalu berlari meninggalkan Gladys kecil.
Gladys yang melihat anak lelaki itu berlari meninggalkannya, berusaha mengejar. Tapi apa daya, kakinya tidak sepanjang anak lelaki itu hingga sulit menyamai teman kecilnya tersebut.
Saking bersemangatnya Gladys mengejar anak lelaki itu, ia tidak melihat ada lubang kecil di hadapannya. Ia jatuh terjerembab.
"Adriaaannn!" Gladys berteriak memanggil bocah lelaki yang ternyata bernama Adrian.
Adrian berbalik menghadap Gladys. Ia berlari dengan segera ketika melihat Gladys terduduk di atas tanah.
"Aduh, kamu kenapa bisa jatuh, sih?" Adrian bertanya. Ia merasa bersalah. Karena dirinya berlari meninggalkan Gladys, temannya itu jatuh.
"Hiks...hiks...," Gladys menangis.
Adrian tidak tega melihat Gladys menangis seperti itu.
"Yasudah ...," ucap Adrian. "Ayo pulang." Adrian menjulurkan tangannya untuk Gladys. Tapi Gladys hanya menatap tangan yang ada di depannya.
"Kenapa?" tanya Adrian bingung.
"Sakit," ucap Gladys lirih.
Adrian tersenyum memdengarnya. Ia kemudian berjongkok di hadapan Gladys. Ia bermaksud menggendongnya sampai ke rumah.
"Ayo naik," perintahnya.
Gladys diam tidak menanggapi.
Adrian berbalik dan menatap Gladys dengan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...