Chapter 26

514 29 10
                                    

Cukup lama suasana hening yang terjadi di dalam mobil Adrian. Hanya lagu What Makes You Beautiful dari One Direction yang terdengar dari radio yang terpasang selain suara hujan di luar sana.

"Jadi, dia adik lo?" untuk memecah keheningan, Adrian bertanya untuk sekedar basa-basi. Wajar saja, Adrian pergi sebelum Raihan ada. Mungkin juga Raihan belum direncanakan kehadirannya oleh papi dan mami Gladys.

"Siapa? Dia?" Gladys malah balik bertanya sembari menunjuk Raihan yang duduk di kursi belakang.

"Yaiyalah. Emang siapa lagi?"

"Kakel yang ganteng," kata Gladys. Perkataannya itu membuat Adrian menatapnya sejenak sebelum kembali fokus pada jalanan. "Dia itu lebih pantes disebut pesuruh gue," nada Gladys sedikit mengejek.

"Bukannya elo ya yang sering jadi pesuruh gue?" tiba-tiba saja Raihan menyahuti perkataan Gladys. Mendengar itu, Gladys berbalik menatap Raihan. Matanya tajam seperti elang saat menatap mata Raihan yang tak kalah tajam. Gladys kemudian menunjuk matanya dengan jari telunjuk dan jari tengah yang berbentuk seperti huruh V kemudian mengarahkannya ke mata Raihan setelahnya. Raihan memutar bola matanya berusaha mematuhi perktaan Gladys tadi.

Adrian tersenyum melihat Raihan dari kaca spion yang tergantung. Ia kemudian bertanya, "Kamu kelas berapa?"

Karena merasa dirinya ditanya, Raihan menyunggingkan senyum kemudian menjawab, "Kelas 8."

Suasana kembali hening. Tidak ada yang berbicara sesudahnya. Perjalanan pulang mereka hanya dihiasi bisingan suara hujan dan lagu yang berasal dari radio mobil Adrian.

Gladys melirik Adrian yang duduk menyetir di sampingnya. Adrian tampak gelisah Adrian. Memang ia fokus pada jalanan, tapi keringat yang terlihat di dahinya menunjukkan bahwa ia gelisah. Padahal hujan sedang deras-derasnya.

Tidak mau terlalu ambil pusing, Gladys mengabaikannya. Ia menatap lurus ke depan berusaha menikmati hujan. Walaupun ia takut dengan guntur, tapi entah kenapa ia merasa terlindungi berada di dekat Adrian. Hal itu membuat hatinya seolah berkata, "Semuanya akan baik-baik saja."

Semakin lama kegelisahan Adrian semakin tampak. Gladys yang menyadarinya juga tidak tahan lalu bertanya saking penasarannya. "Lo kenapa? Gue perhatiin dari tadi, lo kayaknya gelisah banget."

Adrian menatap Gladys. Bulir peluh menetes dari dahinya. Sungguh tidak wajar peluh itu muncul disaat udara dingin seperti ini.

"Hmm..," Adrian hanya bergumam. Tapi mimik wajahnya terlihat sungguh gelisah. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu.

Tak lama kemudian, merekapun tiba di depan rumah Gladys. Raihan yang sudah tidak sabar bertemu kasurnya, segera berucap terima kasih lalu berlari menembus hujan untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Thanks," kata Gladys dan berniat membuka pintu mobil. Sayangnya, Adrian menahan.

Gladys menatap lengannya yang dipegang oleh Adrian. Isyarat matanya seolah berkata, "Apa?" pada Adrian. Seperti mengerti dengan tatapan Gladys itu, Adrian berucap, "Gue pengen ngomong."

Adrian melepaskan tangannya dari lengan Gladys. Ia kemudian menarik nafas dalam-dalam.

"Lo mau ngomong apa? Kenapa ga daritadi?" kata Gladys. Pelan dan didalam perutnya ada sensa kupu-kupu beterbangan yang dia rasakan. Suara hujan deras memberikan suasana romantis untuk mereka berdua-jika saja mereka menyadari itu.

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang