"Hai Dys." Gladys terlonjak kaget saat mendengar sapaan itu. Ia duduk sendiri di dalam kelas dan memainkan ponselnya hingga Adrian datang dan mengagetkannya.
"Eh, Adrian?" kata Gladys sedikit heran. Sebenarnya Adrian sangat jarang ke kelasnya dan itu membuat Gladys sedikit agak aneh dengan kunjungan Adrian. "Ada apa?"
Adrian duduk di bangku sebelah Gladys sembari tersenyum ke arah cewek yang selalu mengikat rambutnya dengan model ekor kuda.
"kenapa? Gue ga boleh ke sini, ya?" tanya Adrian pura-pura berdiri dan hendak pergi.
"Eh bukan gitu." Gladys berusaha menahan Adrian yang sudah hendak berbalik meninggalkannya. "Maksud gue, lo tumben banget deh ke sini."
Adrian tersenyum kemudian kembali duduk. Tidak ada yang dia lakukan. Bahkan sekedar membalas ucapan Gladys pun ia hanya bergumam "Hm" untuk menanggapi. Ia hanya tersenyum memandangi Gladys yang juga memandanginya dengan tatapan aneh dan menyelidik.
"Dendy sama Mila kayaknya bakal jadian, deh," ucap Gladys. Tiba-tiba saja ia membahas Kamila dan Dendy yang semakin hari terlihat semakin dekat. Mudah saja untuk Gladys menebaknya, mengingat Kamila memang menyukai Dendy sejak cowok itu baru masuk. Dendy juga seperti merespon perasaan Kamila yang terlihat sangat jelas menyukainya. Ibaratnya, Dendy memberi Kamila sebuah lampu hijau.
"Lo kenapa?" Gladys heran melihat Adrian yang memandanginya terus sambil tersenyum-senyum.
"Apa?" bukannya menjawab, Adrian malah balik bertanya.
Gladys menyipitkan matanya. Ia benar-benar merasa aneh dengan tingkah Adrian ini.
"Lah, lo kok balik nanya, sih?" tanya Gladys. Ia masih menatap heran Adrian.
Karena lama menununggu jawaban yang tidak kunjung keluar dari mulut Adrian, Gladys kembalibertanya dengan gemas, "Lo kenapa, sih? Aneh banget deh hari ini." Ia menekan ucapannya di kata aneh.
Adrian tersenyum lagi. Ia memperbaiki posisi duduknya dan menatap papan tulis yang berisi coretan-coretan rumus fisika Ibu Masyitah yang belum dihapus. Gladys yang ada di sampingnya hanya memandangi Adrian dengan tatapan yang sungguh penasaran juga heran.
"Dys, gue mau nanya," katanya masih memandangi papan tulis. Suaranya itu pelan sehingga terdengar sangat lain dari nada bicaranya yang seperti biasa.
"...." Gladys tidak menanggapi tapi bukan berarti ia tidak mendengarkan.
"Lo pernah ga sih jatuh cinta sama orang? Dan lo pernah ga sih pertahanin cinta lo itu sampe sekarang?" tanya Adrian. Tidak ada senyum kali ini yang terukir di wajahnya. Hanya saja wajahnya itu terlihat tentram dan bahagia.
"Apa?" kata tanya itu keluar saat Adrian memandangnya. "Lo nanya gue?" sambungnya.
Senyum Adrian kembali terukir. Adrian kemudian mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Gladys.
Cewek itu menarik napas dulu kemudian ikut memandang papan tulis. Gladys diam sejenak saat ada murid lain yang masuk ke dalam kelasnya kemudian duduk. Murid itu sepertinya tidak terlalu mempedulikan keberadaan Adrian dan Gladys.
"Lo nanya gitu ke gue seolah-olah lo tau kalo gue pernah ngalamin," kata Gladys dengan senyum kecutnya. "Gue pernah ngalamin itu. Mungkin sampe sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...