"Gladys!"
Suara teriakan yang memanggil nama Gladys tersebut membuat cewek berambut ekor kuda itu menghentikan langkah kakinya. Saat Gladys berbalik, ia melihat Kevin sedang melambai dengan semangat kepadanya. Wajahnya terlihat sangat senang dan bahagia ketika melihat Gladys. Ia sama sekali tidak menyadari kalau Gladys sudah tahu kebusukannya dengan Anind.
Gladys tersenyum tipis melihat Kevin. Tak ingin membuat Kevin berpikir tidak-tidak, Gladys membalas lambain tangan Kevin, kemudian cowok itu berlari kecil ke arah Gladys, masih dengan senyuman merekah di wajahnya.
"Mau kemana, Dys?" tanya Kevin seperti biasa. Nadanya sangat terdengar senang.
"Mau pulang lah. Lo kira gue mau kemana? Ngerumpi sama ibu-ibu komplek?" Gladys menjawab pertanyaan Kevin dengan candaan agar Kevin semakin tidak sadar dengan Gladys yang sudah tahu semuanya. Candaan Gladys terkesan garing, namun Kevin tetap tertawa. Seperti kata orang-orang dulu, kalau sudah menyukai dan mencintai seseorang, apapun yang keluar dari mulutnya, akan terasa sangat menyenanngkan.
"Yaudah kalo gitu, kita balik bareng aja. Gue mau jalan-jalan, nih. Lo mau ikut?"
Gladys berpikir sejenak, apakah ia harus menerima tawaran Kevin itu atau tidak? Ia ragu, mengingat Kevin berusaha menjauhkan dia dan Adrian.
"Hum... Gimana, ya?"
"Oh oke. Gapapa, gue ngerti kok," kata Kevin mengerti. Suaranya ia buat seperti seorang malaikat yang sayapnya patah karena ditolak cintanya.
Gladys tersenyum. Kemudian pemandangan di belakang Kevin membuat senyumnya hilang seketika bagai ditelan bumi. Anind dan Adrian, berjalan menuju mobil putih kepunyaan Adrian. Lengannya dipegang dengan erat dan mesra oleh Anind.
Ada rasa kesal dihati Gladys. Adrian sudah sembuh, dia juga sudah masuk sekolah tapi Gladys tidak tahu. Adrian sama sekali tidak memberitahunya. Adrian juga tidak menemuinya, apalagi memberitahu keberadaannya.
Gladys sedih. Ia berpikir bahwa Adrian sudah berubah semenjak ia sakit. Terkadang, orang bisa berubah tanpa ada sebab yang jelas dan perubahan itu bisa diterima. Tapi ini? Gladys sama sekali tidak menerimanya! Perubahan yang membuat hati Gladys terasa sakit. Perubahan yang membuat Gladys jatuh ke dalam jurang tak berdasar. Perubahan yang membuat Gladys merasa dicabik-cabikoleh iblis pemakan perasaan. Gladys seperti diselimuti oleh kabut hitam yang berusaha memberitahukan kesedihannya. Sayangnya, itu semua tidak terlihat.
"Kalo gitu, gue duluan ya, Dys," ucap Kevin terdengar tegar. Tapi itu semua hanyalah muslihat yang dibuatnya.
Kevin berbalik. Tidak terlihat kecewa. Wajahnya terlihat biasa-biasa saja. Rasanya jika Kevin mengikuti audisi untuk menjadi aktir, ia akan lolos dengan sangat mudah. Kemampuan beraktingnya sangat bagus, terlihat sangat natural.
Sebelum Kevin pergi terlalu jauh, Gladys memanggilnya. "Eh tunggu, Vin."
Kevin tersenyum saat ia menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Gladys. "Ya?" kata Kevin sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia terlihat bertanya-tanya, tapi sebenarnya ia tahu. Kevin sudah tahu maksudnya dan ia sudah memprediksi ini dengan sangat baik. Selain menjadi aktor, sepertinya Kevin punya bakat menjadi seorang Cenayang.
"Gue mau pulang bareng lo," jelas Gladys dan membuat senyum lebar terukir di wajah tampan Kevin.
Tampan tetapi licik.
"Ok-" Kevin tidak melanjutkan kalimatnya saat lengannya digaet oleh Gladys. Untuk kesekian kalinya, Kevin tersenyum.
Gladys menuntun Kevin ke arah parkiran. Di sana, masih ada Anind dan juga Adrian. Mereka terlihat berbincang-bincang. Santai dan sesekali terdengar suara tawa menjijikkan Anind.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...