Chapter 15

942 69 7
                                    

Kevin bingung dengan suasana yang ada diantara dia dan Gladys. Mengapa harus diam yang menyelimuti mereka? Kevin tahu suasana hati Gladys seperti apa, tapi ia tidak berpikir akan seperti ini.

"Ekhem," Kevin berdehem untuk memulai sebuah percakapan. Tapi Gladys sama sekali tidak meresponnya.

Pandangan Gladys terus tertuju ke bawah kakinya yang terus melangkah. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanyalah Adrian.

Gladys sangat kecewa terhadap cowok itu.

"Dys? lo gapapa, kan?" Kevin berhenti berjalan dan menghadap Gladys. Jaraknya sedikit jauh sebelum Gladys yang tidak memperhatikan langkahnya menabrak Kevin Kainan Alsaki.

"Eh...," ucap Gladys saat tubuh bagian depannya menabrak Kevin yang sedang berdiri sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sekolahnya yang berwarna putih. "Maaf," sambungnya.

"Gapapa. Lagi mikirin apa, sih?" Kevin bertanya dengan nada yang sengaja ia buat seperti penasaran. Faktanya, Kevin sudah tahu apa yang ada dalam pikiran Gladys.

"Gapapa. Gue lagi mikirin ulangan matematika gue aja," ucap Gladys berbohong.

Kevin tersenyum kecil menanggapinya.

Sebenarnya bukan ulangan yang memenuhi isi kepala Gladys, tetapi Adrian yang melupakan janjinya yang memenuhi kepalanya saat ini.

Mereka kembali berjalan-jalan. Kevin tidak mengajak Gladys pulang menggunakan motornya. Ia berniat mengajak Gladys jalan-jalan sambil menikmati angin sore yang penuh dengan polusi udara karena disebabkan oleh kendaraan. Walaupun Kevin tahu itu, ia hanya ingin menikmati momen seperti ini bersama Gladys.

Ya, hanya bersama Gladys.

"Dys, kita jalan-jalan yuk?" Kevin bertanya. Sebagai tanggapan, Gladys hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

Gladys benar-benar sedang tak ingin berbicara.

Dengan sendirinya, senyum terukir di bibir tipis Kevin. Untuk saat ini ia merasa mempunyai harapan.

Hanya untuk saat ini.

Walau Kevin tahu apa yang sesungguhnya Gladys inginkan, tapi ia tidak akan menyerah. Mungkin saja ada sebuah tempat kosong di hati kecil Gladys untuknya. Kevin tahu, sebagian besar hati Gladys sudah terisi dengan satu nama, yaitu Adrian. Tapi tidak mustahil jika Gladys menyisakan tempat untuknya, walau sangat sempit.

Senangnya Kevin membuat ia reflek menggenggam tangan Gladys. Gerakan itu membuat Gladys mendongakkan kepalanya dan memandangi Kevin. Posisi itu bertahan sembari mereka berjalan.

Dua orang anak SMA yang memiliki rasa yang berbeda. Berjalan di sebuah jalan yang sepi. Matahari sore menjadi saksi dimana Kevin menggenggam tangan mungil Gladys.

Gladys berhenti berjalan. Sontak tangannya yang tadi digenggam oleh Kevin terlepas. Karena itu, senyum yang tadi menghiasi wajah tampan Kevin perlahan tergantikan dengan senyum kebingungan. Senyum yang memiliki makna berbeda dari sebelumnya.

"Gladys?" ucap Kevin. Nadanya seperti bertanya. Saat mengucapkan nama itu, salah satu alisnya terangkat naik. Tipikal cowok jika sedang kebingungan.

Gladys tidak menjawab. Hal itu membuat Kevin bertanya-tanya dalam hati. Mungkinkah Gladys sedang kesal kepadanya?

Pikiran-pikiran negatif itu buyar ketika Kevin melihat senyum lebar mengembang di wajah oriental Gladys. Cewek itu tersenyum begitu mempesona dan meraih tangan Kevin yang berdiri mematung di depannya. Kevin tidak punya kuasa untuk menolak. Ia pasrah ditarik sepperti anak kecil oleh Gladys.

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang