Cowok itu menoleh dan matanya melebar saat melihat Gladys. "Eh?" katanya kaget.
"Ngapain lo di sini?" tanya Gladys.
"Jalan lah. Ngapain lagi?"
"Eh tuyul arab sinting! Lo tuh masih kecil. Kalo diculik, kan, gue bisa bersyukur."
Mendengar kalimat itu, Kevin yang baru saja tiba di samping Gladys, terkikik geli. Sementara Tuyul Arab alias Raihan, memutar bola matanya tidak peduli dengan ucapan Gladys barusan.
"Ini siapa?" Melihat ada cewek yang kira-kira seumuran dengan Raihan, membuat rasa keingintahuan Gladys muncul.
Mendadak Raihan terlihat gugup saat Gladys menanyakan siapa cewek yang sedang jalan bersamanya.
"D-Dia," kata Raihan terbata. Di keningnya ada sebutir keringat yang menetes. Aneh, padahal malam ini tidak ada rasa gerah ataupun panas. Cuaca cenderung dingin tapi kenapa Raihan berkeringat?
"Oh pacar lo, ya?" kata Gladys menggoda Raihan. Semburat merah muncul di kedua pipi Raihan yang putih.
Gladys mengulurkan tangannya, bermaksud untuk berkenalan. "Kenalin, gue calon kakak ipar lo. Gladys yang cantik jelita."
Cewek yang bersama Raihan tersenyum mendengar ucapan perkenalan Gladys sebelum akhirnya ia menjabat tangan cewek berambut ekor kuda itu.
"Panggil aja Niar, kak."
Gladys tersenyum. Matanya melirik Raihan. Lirikan Gladys malah semakin membuat Raihan salah tingkah. Entahlah, dia seperti maling yang ketahuan sedang mencuri.
"Jadi ini alasannya si Tuyul Arab sering keluar toh. Ngerti deh gue," kata Gladys manggut-manggut sambil mengingat-ingat kebiasaan Raihan yang akhir-akhir ini sering pergi keluar rumah.
"Terserah gue dong. Emang lo, Jomblo! Masih mending jomblo, elo mah Jones!" Tanpa terduga Raihan mengatakan kalimat itu cukup keras. Setelah itu, Raihan menarik tangan Niar lalu pergi meninggalkan Kevin dan Gladys yang kesal karena ejekan Raihan.
Cerobong asap ditelinga Gladys terbuka. Mukanya memerah karena kesal dengan ejekan Raihan. Kalo dipikir-pikir lagi, perkataan Raihan ada benarnya. Tapi fakta itu tidak bisa diterima oleh Gladys.
"Awas lo Tuyul Arab! Ga bakalan gue bukain pintu lo!"
Raihan menoleh dan menjukurkan lidahnya. Ia kemudian berkata, "Ada mami!"
Kevin tertawa. Pemandangan itu menjadi sebuah hiburan gratis untuknya. Menurutnya, Gladys terlihat semakin cantik jika sedang merasa kesal. Dan yang membuatnya menyukai Gladys adalah, cewek itu bukanlah tipe orang yang jaim. Sesuatu yang langka untuk didapatkan dalam diri remaja perempuan zaman sekarang yang selalu menjaga image-nya di depan laki-laki.
"Ngapain kamu ketawa?" kata Gladys sengsi.
Kevin tertawa sembari menyeka air mata yang keluar karena tawanya, "Hahahaha."
"Ga lucu tau ga!"
"Lucu tau. Liat tuh, orang-orang pada liatin kamu."
Gladys menoleh dan melihat orang-orang yang tertawa tertahan. Sebenarnya orang-orang itu ingin tertawa lepas, hanya saja Gladys memandangi mereka dan membuat orang-orang itu tidak melepaskan tawanya.
Gladys menepuk jidatnya sendiri. Bodohnya, ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.
Malam itu mereka habiskan dengan canda tawa yang terus ada diantara mereka. Sesekali Gladys tertawa menggelegar karena lelucon yang dibuat Kevin. Begitu juga Kevin, ia akan tertawa lepas jika Gladys lagi dan lagi akan tersandung dan jatuh karena tawanya sendiri. Bayangkan saja, Gladys tertawa seperti orang kesetanan sehingga ia lupa bahwa ia sedang berjalan. Ia juga tidak memperhatikan langkahnya. Hasilnya? Ia selalu hampir terjatuh. Untung saja Kevin sigap menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...