"Dys, gue suka sama lo. Gue udah lama nyimpen perasaan ini. Lo emang baru kenal sama gue, tapi gue udah tau lo dari lama."
Kalimat itu mengganggu Gladys. Apakah ia mendengarnya dalam mimpi?
"Ah ga mungkin. Itu pasti mimpi deh. Gue yakin," Gladys berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa kalimat itu berasal dari mimpinya. Ia berpikir, mungkin itu karena efek kebersamaannya dengan Kevin semalam.
Seperti biasa, kantin SMA Alfa selalu ramai. Gladys sudah memperkirakan itu, maka dia dan Kamila bersepakat untuk membawa bekal dari rumah agar tidak mengantre lagi. Walau sebenarnya Gladys tetap ingin memesan baso, tapi ia tidak melakukannya. Jika ia melakukannya, mau diapakan bekal yang ia bawa? Tidak mungkin ia membawanya pulang lagi. Maminya akan berkoar-koar bagai toa mesjid yang eror. Lagipula dengan membawa bekal, ia bisa menghemat uang jajan dan bisa menabung. Jadi tidak ada salahnya, kan?
"Lo bawa apaan, Dys? Tukeran lauk boleh kali," Kamila bertanya sembari memandangi kotak bekal berwarna hijau milik Gladys. Sebenarnya, Kamila sudah tahu apa yang Gladys bawa, secara mereka di SMP selalu membawa bekal dari rumah.
"Biasalah. Nasi, naget, sama sosis. Kesukaan lo tuh," Gladys menjawab pertanyaan Kamila sembari membuka kotak bekalnya. Saat kotak itu terbuka, tampaklah isi dari kotak bekal itu yang sungguh menggoda iman. Mata Kamila langsung membulat saat melihat sosis kesukaannya.
"Lo bawa apa?" Gladys bertanya penasaran. Sialnya, Kamila tidak menanggapi pertanyaan Gladys. Merasa diabaikan, Gladys mengambil kotak bekal Kamila yang berwarna merah muda. Tanpa peduli izin Kamila, Gladys membukanya. Saat kotak bekal itu terbuka, mata Gladys juga berbinar. Perkedel jagung dan telur dadar kesukaannya ada di dalam situ. Jadilah mereka saling mematung karena makanan yang mereka lihat. Jika ada orang yang melihat, mungkin mereka akan berpikir kalau mereka itu mempunyai kelainan. Sungguh! Itu bisa dijamin.
Tanpa memerlukan persetujuan dari masing-masing, mereka langsung menyantap bekal itu. Mereka bertukar. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka dari SMP.
Saat sedang asik menikmati bekal itu, Kevin datang membawa bekalnya juga. Jangan tanya mengapa Kevin ikut-ikutan membawa bekal. Itu sudah pasti perbuatan dari Kamila.
"Boleh gabung ga, nih?" tanya Kevin saat pantatnya baru saja menyentuh kursi panjang yang diduduki oleh Gladys dan Kamila.
"Bowleh," ucap Gladys tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan. Hal itu mengukir senyum di bibir Kevin.
Sepertinya, semakin Kevin dekat dengan Gladys, semakin besar pula cinta itu tumbuh. Jika diibaratkan sebuah tanaman, cinta yang dimiliki Kevin untuk Gladys bertumbuh dengan cepat bak kecambah yang ditanam dalam kapas seperti percobaan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.
Kevin tidak memakan bekalnya sama sekali. Ia hanya memandangi Gladys yang makan begitu lahap. Satu lagi fakta yang sangat disukai Kevin, Gladys tidak mementingkan berat badan yang sebagian besar perempuan akan sangat berhati-hati dalam menjaga pola makann jika sudah bersangkutan dengan hal yang berkaitan dengan berat badan.
Dari kejauhan, Adrian memperhatikan. Sungguh ia tidak suka melihat tatapan Kevin pada Gladys. Itu seperti tatapan keinginan untuk memiliki. Adrian tidak menyukai itu.
Karena ketidaksukaannya melihat tatapan Kevin, Adrian menghampiri mereka. Tanpa meminta izin, ia langsung duduk di samping Gladys. Posisi mereka saat ini mengapit Gladys. Di sebelah kiri dan kanan ada Adrian dan juga Kevin.
Kamila yang melihat itu hanya bisa memperhatikan.
Kehadiran Adrian sedikit mengganggu Gladys. Bukan hanya Gladys, tapi juga Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...