Kevin's Point Of View
Hujan. Aku sungguh berharap ada sesuatu yang menjadi hujan diantara aku dan Gladys. Biar aku yang menjadi bumi dan Gladys yang menjadi langit yang terus melemparkan hujan pada bumi yang bodoh sepertiku. Tapi taukah kalian? Disitulah hujan berperan. Dia menjadi penghubung antara langit dan bumi yang mustahil untuk bersatu.
Malam ini hujan rintik melanda Jakarta. Aku yang malas berbuat apa-apa hanya duduk di balkon menikmati dinginnya malam. Di meja yang terletak tepat di samping kursi kayu yang sedang aku duduki, terdapat secangkir kopi panas. Aku juga memainkan gitar tidak karuan karena memang aku tidak mengerti memainkannya.
Rambut yang ada disekujur tubuhku berdiri tatkala udara dingin menembus masuk ke dalam tulang-tulangku. Hal itu sontak membuatku meraih dan menyesap kopi panas yang tadi hanya menemaniku.
Bib..
Suara ponselku yang terletak di atas meja mengalihkan pandanganku. Lampu LED yang menyala hijau menandakan ada sebuah pesan singkat yang masuk. Buru-buru aku meraihnya dan memeriksa pesan tersebut.
Gairahku hilang seketika saat membaca nama Anind tertera di layar. Ada apa lagi dia menghubungiku? Sungguh, aku sudah tidak ingin terlibat lagi dengan rencana-rencana jahatnya untuk memisahkan Gladys dan Adrian. Bukannya aku mengalah, tapi aku ingin bersaing dengan Adrian secara sehat, tidak menggunakan cara kotor seperti yang Anind inginkan.
From: Anindya
Vin, gue butuh bantuan lo. Please lo ke kafe 4US sekarang.
Hanya kalimat itu yang ada di layar ponselku. Permintaan yang tak kuharapkan itu datang kepadaku.Aku mengabaikan pesan itu dan kembali menikmati hujan rintik yang entah kenapa aku suka menghirup aromanya. Percaya atau tidak, hujan memang memiliki aroma yang membuat seseorang tenang. Entah itu hujan deras atau hujan rintik sekalipun.
Bib...
Ponselku kembali berbunyi. Tapi karena aku malas, aku mengabaikannya. Namun sialnya, perempuan itu terus mengirimiku pesan.
From: Anindya
Kalo lo ga datang. Gue bakal ngasih tau Gladys siapa lo sebenarnya. Gue tunggu dalam 20 menit. Lo ga datang berarti lo setuju kalo gue ceritain semua kebusukan lo!
Sial! Siapa dia berani mengancamku seperti itu? Tapi jika dia menceritakan kebusukanku yang bekerja sama dengannya untuk memisahkan Gladys dan Adrian, bukan tidak mungkin jika Gladys menjauhiku dan mungkin tidak akan memaafkanku.
Dengan terpaksa aku beranjak dari posisiku yang sudah aku nikmati. Aku meraih jaket yang tergantung di belakang pintu kamarku lalu mengambil kunci mobil di atas nakas yang terletak di samping tempat tidur.
"Vin? Kamu mau kemana? Ini sudah malam dan hujan pula." Mama yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi menanyaiku.
Aku tersenyum sebelum menjawabnya, "Ada urusan sedikit ma. Aku Cuma ke 4US kok. Biasa ada tugas sekolah." Aku berbohong.
Sebenarnya aku tidak tega membohongi mama seperti itu. Dia adalah wanita yang sungguh baik terhadapku. Mencintaiku setulus hati. Tapi apa yang bisa aku perbuat? Tidak ada selain berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...