Gladys memandang lurus ke depan. Kevin yang berbicara heboh di sampingnya tak ia pedulikan. Ia masih mengingat percakapannya semalam. Apa ia harus melakukannya?
Lo harus ngejauh dari gue.
Kata-kata Adrian terus terngiang dikepalanya.
Maksudnya apa menyuruh Gladys untuk menjauh? Apa salahnya? Apa yang telah Gladys lakukan sehingga Adrian begitu saja menyuruhnya menjauh? Seingat Gladys, dia tidak pernah melakukan sesuatu yang menurutnya salah atau yang bisa membuat Adrian menjauh darinya.
"Tapi kenapa?" tanya Gladys pada Adrian.
Adrian terdiam sedikit lama sebelum menjawab pertanyaan Gladys. "Bukan urusan lo!"
Gladys bingung dengan tingkah Adrian. Mulai dari saat ia disuapi oleh Anind, mengaku berpacaran dengan Anind dan mengabaikan Gladys, sekarang malah menyuruh Gladys menjauh darinya tanpa memberitahu apa yang terjadi dan apa alasannya. Adrian seperti angin yang susah ditebak darimana datangnya namun sering emberikan perasaan tak karuan. Seperti sekarang, Adrian seperti angin badai yang membuat orang ketakutan.
"Dys, ntar malem ke bioskop, yuk? Dilan udah rilis tuh," ajak Kevin antusias.
Gladys yang sedari tadi tidak mendengarkan dan memperhatikan, mengangguk tanpa tahu apa yang Kevin bicarakan.
"Oke. Gue jemput lo jam setengah tujuh." Kemudian Kevin pergi dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Seperti tersadar, Gladys berdiri dan berkata, "What?" sambil memandang Kevin yang sudah menjauh.
Gladys merutuki dirinya sendiri karena itu. Seharusnya dia mendengarkan saat Kevin berbicara. Jujur saja, dia sama sekali tidak mood untuk pergi menonton di bioskop. Terlalu banyak masalah yang harus dipikirkan daripada harus melihat kisah percintaan Dilan dan juga Milea yang romantis dan bisa membuat orang tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.
"Tapi ga ada salahnya juga, sih. Daripada gue di rumah bengong kayak orang habis diruqyah," katanya pelan lalu pergi menuju kelas.
*****
Sudah setengah tujuh, Gladys sudah siap dan menunggu Kevin di ruang tamu. Sebenarnya Gladys setengah hati pergi bersama orang yang berniat—berhasil—memisahkannya dengan Adrian. Tapi jika dipikir-pikir lagi, tidak ada salahnya untuk ikut. Toh Kevin tidak mungkin mencelakainya, kan?
Gladys memakai baju kemeja kotak-kotak dengan lengan panjang. Ia tidak mengancingnya melainkan memamerkan baju kaos berwarna cokelat yang bertuliskan A Girl Like Moi. Baju itu dipadukan dengan celana jeans biru yang terlihat cocok dengan sepatu New Balance berwarna hitamnya.
Tepat pukul tujuh, suara klakson motor milik Kevin terdengar dari luar. Gladys sekali lagi bercermin di cermin yang terletak di samping televisi. Dari pantulan dirinya di cermin, ia bisa menyombongkan diri kalau dia tidak terlalu buruk dalam berpenampilan. Dia terlihat cantik dengan setelan baju bercir remaja zaman sekarang yang dipakainya.
"Oke," katanya lalu melangkah dengan mantap untuk menemui Kevin.
Sebenarnya tidak peduli bagaimana penampilan Gladys. Toh dia setengah hati menuruti ajakan Kevin.
"Maaf lama," kata Gladys sesaat sebelum naik ke motor besar Kevin.
Kevin tersenyum ramah kemudian berucap, "Gapapa. Gue juga baru nyampe."
Gladys kesusahan naik ke atas motor Kevin. Faktor tubuhnya yang mungil yang membuatnya kesusahan. Apalagi motor Kevin adalah motor yang besar. Seperti Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Fiksi RemajaApa jadinya jika seseorang yang kau sayangi menghilang? Apa jadinya jika kau mengetahui bahwa ternyata orang itu ada di dekatmu tapi ia tidak berusaha menemuimu? Sakit hati! Benar, itu yang akan kau rasakan. Ini mungkin sedikit klise tapi ini adalah...