Bagian 8 : Bipolar

19.4K 2.5K 140
                                    

Kelopak mata Tae-Hyung mengerjap sebentar sebelum akhirnya ia berhasil membuka matanya sepenuhnya. Kepalanya berat, bagaikan sehabis ditimba benda tumpul.

Sekeras apapun Tae-Hyung mencoba mengangkat kepalanya, kepalanya justru semakin berat hingga akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk berbaring saja.

Tae-Hyung menarik tangannya untuk dijadikan bantal, namun ia malah menyentuh sesuatu yang halus seperti... rambut? Rambut seorang gadis yang tergerai di sisi ranjang.

Tae-Hyung melirik, menatap Seul-Ji yang tertidur dengan kepala di atas ranjang dan tubuh duduk di tepi ranjang. Tangan gadis itu melipat untuk dijadikan sebagai bantal. Rambut gadis itu tergerai berantakan hingga menutupi sebagian wajahnya, namun hal tersebut justru menambah kesan seksi pada gadis itu.

"Astaga, apa yang baru saja aku pikirkan!"

Tae-Hyung menarik tangannya. Namun, matanya seolah tak mau lepas dari gadis itu.

Gadis itu menjulurkan tangannya, ingin mengelus puncak kepala gadis itu. Pasti semalam ia sangat menyusahkan gadis itu.

Ah, benar. Bagaimana ia bisa berada di sini?

"Hhhng...."

Tae-Hyung segera menarik tangannya dan menjadikannya bantal kala mendengar erangan Seul-Ji.

"Sudah bangun?" tanya Tae-Hyung dengan suara yang dibuat angkuh. Kepalanya menoleh sebentar dan kembali menatap lurus ke depan.

Seul-Ji menerang dan merenggangkan ototnya yang tegang sebelum akhirnya menatap Tae-Hyung bingung.

"Apa?"

Tae-Hyung menatap pada Seul-Ji sepenuhnya dengan tatapan sombong.

"Aku bertanya, kau sudah bangun?" tanyanya sok angkuh.

Seul-Ji mendelik terang-terangan. "Kalau aku masih tidur ya aku tidak menjawabmu."

Rahang Tae-Hyung mengeras. Ia menatap Seul-Ji tak percaya.

"Yak! Aishㅡ"

Mendengar Tae-Hyung merintih, Seul-Ji segera bangkit dan memegang lengan Tae-Hyung yang kini memegang kepalanya dengan panik.

"Kau kenapa? Sakit?"

Dalam denyutan di kepalanya yang menyebabkan rasa sakit, ada denyutan lain yang justru membuatnya memerah. Tae-Hyung seketika merasa dirinya tak terkendali. Ada apa dengan dirinya?

"Ah, i-itu, kepalaku sakit," gumam Tae-Hyung pelan.

Seul-Ji berjalan menjauh, namun Tae-Hyung refleks menahannya.

Tae-Hyung mengerjap kala Seul-Ji menatapnya penuh tanya. Sementara Tae-Hyung kini meruntuki dirinya sendiri yang sangat bodoh.

"Kenapa?"

Pertanyaan dingin dari gadis itu membuat Tae-Hyung mendongak. Ia menatap mata Seul-Ji yang memang indah. Ia berusaha menemukan sesuatu di sana. Seperti kemarahan kepadanya. Namun, yang ia temukan di sana adalah luka dan kekecewaan.

Tetapi, kenapa?

"Ah, itu. M-mau ke mana?"

Seul-Ji menarik tangannya perlahan dan berjalan menuju pintu. Namun, sebelum ia benar-benar keluar, gadis itu bergumam pelan.

"Mengambil roti dan obat. Semalam kau mabuk berat, pasti menyedihkan ya ditolak seseorang yang kau cintai?"

Tae-Hyung terdiam menangkap sendiran halus dari gadis itu.

Damn TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang