Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Bahkan terlalu nyaring hingga rasanya akan membuat kepalamu pecah seketika.
Namun, nyaringnya bel tak terhiraukan oleh Yoon-Ji dan Seul-Ji yang langsung bergegas meninggalkan kelas. Menyelinap di antara kerumunan yang membuat keduanya terlihat samar.
Setelah setengah mati menghindar jauh dari kemungkinan akan bertemu dengan pasangan mereka masing-masing dan sampai di depan gerbang, mereka segera menyetop taksi dan menaikinya tanpa ragu.
"Oh Tuhan! Aku seperti seorang narapidana yang akan ditembak mati jika tertangkap!" jerit Seul-Ji seraya mengibaskan tangannya ke wajah.
Yoon-Ji mencibir. Namun, segera bergerak cepat untuk meraih ponselnya dalam saku.
"Matikan ponselmu. Mereka mungkin akan melacak kita," titah Yoon-Ji.
Seul-Ji mengangguk. Tetapi, setelah ponsel sudah dalam genggaman, Seul-Ji bergerak gelisah.
"Yoon, aku gelisah. Perasaanku mendadak tidak enak," bisik Seul-Ji, menatap layar ponselnya yang menyala.
"Kenapa? Tae-Hyung?"
Seul-Ji terdiam. Bersamaan dengan disebutnya nama Tae-Hyung, ponsel Seul-Ji berbunyi. Menampilkan nama Tae-Hyung di layar.
Mata Seul-Ji mengerjap beberapa kali. Kemudian menatap Yoon-Ji seolah meminta bantuan.
"Jika kau memiliki perasaan tidak nyaman, angkat saja telfon darinya," jawab Yoon-Ji dengan senyum hangat.
Seul-Ji mengangguk. Gadis itu mengusap layar ponselnya dan segera menempelkan ponselnya ke telinga.
"Seul! Tae-Hyung, Seul! Tae-Hyung kecelakaan!"
Yoon-Ji yang mendengar jelas ucapan Ji-Min yang menelfon menggunakan ponsel Tae-Hyungㅡkarena sangat jelas Ji-Min menjerit kesetananㅡsegera menatap Seul-Ji yang pucat pasi.
"Aku ke sana!" jerit Seul-Ji yang segera menatap Yoon-Ji.
Yoon-Ji mengangguk. Seolah memperbolehkan Seul-Ji untuk memutar arah.
"Pak, kita putar arah ke Rumah Sakit XX! Cepat ya, Pak!" ucap Seul-Ji hampir menjerit.
***
Seul-Ji hampir maju mencakar wajah Tae-Hyung yang terlihat sangat senang. Dengan kaki yang terbalut perban tipis, Tae-Hyung terlihat sangat bahagia menatap wajah panik Seul-Ji.
"Apa yang kau lakukan hingga seperti ini, dasar bodoh?!" jerit Seul-Ji dengan wajah memerah kesal.
"Tadi tidak sengaja menabrak mobil," jawab Tae-Hyung, masih tersenyum.
"Menabrak kau bilang?! Kau ini bodoh atau apa sih?!"
"Aku memang bodoh. Ketika melihatmu sakit, aku ikut merasakan sakit. Tapi, aku tidak tau apakah kau merasakan hal yang sama atau tidak."
Seul-Ji terdiam. Menatap dalam Tae-Hyung yang masih tersenyum. Namun, tatapannya... tatapan Tae-Hyung terasa begitu sendu.
"Jika kau memang bukan untukku, untuk apa Tuhan mempertemukan kita? Tae-Tae, aku sedih melihatmu sakit. Aku juga sakit melihatnya," jelas Seul-Ji melembut.
Seul-Ji mendekat. Duduk di bangku yang ada di hadapan Tae-Hyung. Kaki Tae-Hyung yang terbalut perban menggantung bebas, begitu pula dengan kaki lainnya yang terdapat beberapa goresan panjang.
"Apa belakangan ini aku terlalu protektif padamu?" tanya Tae-Hyung seraya menunduk. Menatap dalam kedua mata Seul-Ji.
Seul-Ji menggigit bibirnya. Mengangguk sekali untuk menjawab pertanyaan Tae-Hyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Taehyung
FanfictionKarena penipuan penjual apartemen, Cha Seul-Ji terpaksa tinggal dengan pria yang baru belakangan ini ia kenal, Kim Tae-Hyung. Walaupun Tae-Hyung tampan, keren, dan pintar. Tetap saja, sekali ia mesum dan menyebalkan. Ia tetap mesum dan menyebalkan. ...