Bagian 23 : Shine

12.7K 1.7K 146
                                    

Seul-Ji menatap Tae-Hyung yang kini sedang merapihkan meja nakas. Memasukan beberapa sampah bekas minuman dan beberapa bungkus makanan ringan ke dalam kantung plastik yang sedang digenggam olehnya.

Hati gadis itu berdesir hangat. Layaknya sinar matahari yang selalu menyapanya dengan hangat, Tae-Hyung berhasil membuatnya membuka hatinya bahkan setelah mengetahui masa lalu kelam gadis itu.

Tentang orangtuanya dan tentang keburukannya di masa lalu tidak membuat Tae-Hyung menjauh sedikit pun.

"Mau berapa kalipun kau melihatku, ketampananku tidak akan pernah luntur."

Seul-Ji mengangkat wajahnya dan mencebik menatap Tae-Hyung yang kini menatapnya seraya terkekeh geli.

Tae-Hyung berjalan mendekat, kemudian membawa Seul-Ji ke dalam pelukannya. Seul-Ji yang memeluk perut Tae-Hyung membuat perut pria itu seolah diaduk-aduk oleh garpu.

"Sebentar lagi masuk sekolah," bisik Seul-Ji.

Tae-Hyung yang sedang membelai surau hitam Seul-Ji dengan sayang terdiam. Kemudian, ia mengangguk.

"Benar. Kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi," ucap Tae-Hyung.

Seul-Ji mengernyit. "Sembunyi-sembunyi?"

"Hubungan kita."

Wajah Seul-Ji memanas dan senyuman terukir begitu saja di wajah cantiknya. Namun, mengingat Yoon-Ji yang sempat diserang beberapa kali membuat Seul-Ji menciut.

"Lebih baik kita tetap sembunyi-sembunyi," bisik Seul-Ji.

Tae-Hyung mengernyit. "Kenapa? Kau malu memiliki kekasih setampan diriku?"

Seul-Ji memukul pelan perut Tae-Hyung hingga pria itu terkikik geli melihat wajah jengkel Seul-Ji. Ah, andai saja ini di dapur, mungkin Seul-Ji akan melemparkan sendok pada Tae-Hyung.

"Bukan begitu. Hanya saja... aku masih ingin mencari rasa aman. Setidaknya sampai lulus sekolah."

Tae-Hyung menatap Seul-Ji yang tampak memohon. Tae-Hyung mengerucutkan bibirnya. "Ah, menyebalkan."

Menatap wajah bingung Seul-Ji, Tae-Hyung pun menggeleng cepat. "Bukan dirimu yang menyebalkan. Tetapi kepopuleranku dan wajahku yang terlalu bersinar ini memang terkadang malah menyusahkan."

Sekali lagi, mungkin kalau saat ini mereka sedang berada di dapur. Seul-Ji akan melempar sendok ke arah Tae-Hyung tanpa ragu. Kalau perlu Seul-Ji melempar pisau.

Eh, tidak jadi melempar pisau. Kalau Tae-Hyung tertusuk nanti Seul-Ji sedih.

"Tae-Tae, kenapa kau begitu menyebalkan?" tanya Seul-Ji secara halus.

"Karena aku mencintaimu."

Seul-Ji menatap Tae-Hyung yang kini mengerjap. Pipi keduanya merona saat mereka bertatapan, kemudian mereka saling mengalihkan pandangan.

"Ah, ruangan ini kotor sekali. Aku harus membersihkannya," ucap Tae-Hyung seraya kembali memungut kantung plastik yang ia gunakan untuk mengumpulkan sampah.

Seul-Ji tertunduk, sesekali melirik Tae-Hyung yang salah tingkah.

Terima kasih telah memberikannya kepadaku, Tuhan.

***


"Apa motifmu menabrak adikku?"

Aura santai di ruangan tenang itu kini mengkeruh. Tak ada rasa hangat, hanya tersisa hawa dingin yang begitu mengikat.

Damn TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang