Suasana di ruang tamu apartemen yang tidak terlalu besar itu terasa begitu dingin. Terutama bagi Seul-Ji.
Kepala Seul-Ji menunduk begitu saja ketika kedua mata wanita baruh baya yang duduk di hadapannya menatapnya. Ada perasaan tak suka yang jelas terpancar dari sana.
"Tae-Hyung, ibu mendidikmu untuk menjadi anak yang lebih baik. Bukan semakin buruk seperti ini hingga kau berani tinggal di apartemen dengan seorang perempuan!" tutur wanita paruh baya itu dengan kecewa, namun tetap terkesan angkuh.
Sekali lagi, wanita itu menatap Seul-Ji tak suka. Seul-Ji tidak dapat bekata-kata karena yang dihadapinya adalah orangtua. Mungkin jika yang kini Seul-Ji hadapi hanyalah kumpulan laki-laki dengan gaya sombong dan ditakuti, Seul-Ji akan melawan.
Tetapi, yang dihadapinya kini adalah orangtua dari Tae-Hyung.
Tuan Kim yang duduk di sisi Nyona Kim terus memberikan Seul-Ji tatapan datar yang benar-benar membuat Seul-Ji merinding. Berbeda dengan Hyo-Jong yang hanya diam dan menatap Tae-Hyung prihatin.
"Cukup satu saja yang hancur, yang lainnya tidak perlu bernasib sama," bisik Nyonya Kim seraya menghela napas panjang dan melirik Hyo-Jong yang seketika membeku.
"Ibu!" tegur Tae-Hyung sedikit membentak.
"Wah, kau berani membentakku?!" jerit Nyonya Kim.
"Ibu keterlaluan. Hyo-Jong Hyeong tidak seburuk itu. Dia hanya melakukan hal terbaiknya dengan cara yang berbeda! Tidak semua anak itu sama, Ibu!" ucap Tae-Hyung sekali lagi yang membuat Nyonya Kim menatapnya marah.
"Apa?! Memang apa yang bisa dia lakukan untukku?! Apa?! Tidak ada! Dia hanya merusak nama baik keluarga dan selalu bertingkah bodoh seperti orang mabuk!"
Tae-Hyung yang seketika tersulut emosinya pun segera terdiam ketika Hyo-Jong mulai buka suara.
"Ibu benar, Tae-Hyung. Ibu benar," bisiknya.
"Aku muak dengan pertengkaran tak berakhir ini. Anak pertamaku bermasalah dengan kejiwaan idiotnya, anak keduaku bermasalah dengan gaya hidup tololnya, dan anak terakhirku sekarat karena penyakit sialannya. Tuhan mengutuk keluarga kita, bukan?" tanya Tuan Kim yang pada akhirnya buka suara.
"Ya, sepertinya begitu. Ini terjadi karena kau berselingkuh terang-terangan di hadapanku dan justru melempariku dengan apapun yang ada di sekelilingmu dulu," jawab Nyonya Kim tajam.
Tae-Hyung menghela napas. Pria itu berdiri dan berusaha menahan emosinya yang berada di ambang batas.
"Tidak bisakah kalian keluar? Aku melarikan diri dari rumah karena kalian tidak ada hentinya bertengkar di hadapanku. Aku muak! Aku sangat muak! Jadi, aku sangat memohon kepada kalian dengan penuh rasa hormat karena kalian adalah orangtuaku. Tolong, pergilah," ucap Tae-Hyung dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Tuan dan Nyonya Kim terdiam. Menatap Tae-Hyung yang tampak sangat terluka. Begitupula dengan Hyo-Jong dan Seul-Ji yang masih menahan diri untuk bertindak, keduanya sama-sama terdiam setelah mendengar ucapan Tae-Hyung.
"Kumohon," bisik Tae-Hyung lemah. Seolah menunjukan bahwa dirinya benar-benar sudah sangat lelah dan terluka.
"Ayah, Ibu, ayo. Biar aku antar pulang," ucap Hyo-Jong ramah, namun Nyonya Kim menatapnya remeh.
"Tidak perlu. Aku tidak perlu bantuanmu."
Nyonya Kim pergi lebih dahulu. Tuan Kim menatap Hyo-Jong, Tae-Hyung, dan Seul-Ji bergantian dengan tatapan tak terbaca.
"Dunia memang bukan tempat yang tepat untuk hidup. Aku baru menyadarinya setelah melihat wajah kalian hari ini," ucap Tuan Kim sebelum pada akhirnya mengikuti kepergian Nyonya Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Taehyung
FanfictionKarena penipuan penjual apartemen, Cha Seul-Ji terpaksa tinggal dengan pria yang baru belakangan ini ia kenal, Kim Tae-Hyung. Walaupun Tae-Hyung tampan, keren, dan pintar. Tetap saja, sekali ia mesum dan menyebalkan. Ia tetap mesum dan menyebalkan. ...