Seul-Ji bergumam kecil. Bergerak mencari kenyamanan dalam tidurnya dan rasa hangat yangㅡtunggu.
Kedua mata gadis itu terbuka lebar seketika, menatap ranjang di sampingnya yang kosong dan tidak ada tanda-tanda ada orang yang menidurinya semalam.
Gadis itu menghela napas panjang. Memegangi kepalanya yang entah mengapa tiba-tiba terasa pening.
Jadi, semalam itu hanya mimpi?
Setelah terdiam untuk sejenak, Seul-Ji memutuskan untuk meminum segelas air untuk meredakan kepalanya yang terasa pening.
Bahkan ketika bersamamu hanyalah mimpi, itu tetaplah indah.
Seul-Ji mengambil gelas secara acak dan segera mengambil air dingin dari dalam lemari es. Kemudian, gadis itu menuang airnya dengan cepat dan meminumnya segera.
"Eh, sudah bangun?"
Seul-Ji tersedak begitu saja. Membuatnya terbatuk-batuk kencang hingga membuat pria yang sedang memegang dua kantung kecil yang berisi makanan langsung menghampiri Seul-Ji dan meninggalkan kantung makanan itu begitu saja karena panik.
"Astaga, pelan-pelan minumnya," omel Tae-Hyung lembut seraya menepuk pelan punggung Seul-Ji.
"Ka-uhuk kau ada di sini? Uhuk... uhuk... uhuk... ."
"Sudah-sudah, nanti saja bicaranya," ucap Tae-Hyung, masih menepuk punggung Seul-Ji yang masih terbatuk-batuk.
Tae-Hyung mendorong kursi dan mendudukan Seul-Ji di sana. Kemudian, memberi perintah agar Seul-Ji kembali meminum air di dalam gelasnya dengan isyarat.
Seul-Ji menurut. Setelah beberapa kali meneguk air dalam gelasnya, batuknya mereda. Namun, tidak dengan debaran jantungnya yang masih menggila.
Mata Seul-Ji menatap Tae-Hyung yang kini memungut dua kantung plastik yang tadi ia tinggal di lantai. Dengan cekatan, Tae-Hyung membuka satu per satu bungkusan di dalam kantung plastik.
"Jangan melihatku begitu, aku tau kalau aku ini tampan," celetuk Tae-Hyung yang membuat Seul-Ji hampir menyemburkan tawa.
Seul-Ji mengalihkan wajah, merasa salah tingkah. Kemudian, Tae-Hyung menoleh, mendapati gadis itu dengan pipi yang merona sungguh menggemaskan.
Tae-Hyung mendekat, menarik kedua pipi Seul-Ji yang merona pelan. Namun, tetap membuat Seul-Ji meringis lucu.
"Pacarku menggemaskan," bisik Tae-Hyung seraya membuat ekspresi kegemasan.
Walaupun ingin tersenyum salah tingkah, Seul-Ji mengernyit. "Pacar?"
Tae-Hyung terdiam. Menatap kedua mata bulat Seul-Ji. Kemudian, kembali menarik kedua pipi Seul-Ji yang masih merona.
"Kenapa? Tidak mau menjadi pacarku?" tanya Tae-Hyung dengan rengekan.
Seul-Ji gemas sendiri melihat Tae-Hyung bertingkah seperti itu. Kedua tangan Seul-Ji terangkat, ingin mencubit pipi Tae-Hyung gemas. Namun, pria itu lebih dulu melepaskan pipi Seul-Ji dan berjalan menjauh.
Oh, bagus. Pria itu merenggut padanya.
"Tae-Hyung," rengek Seul-Ji pelan. Namun, tidak ada jawaban. Pria itu justru menyibukan dirinya dengan makanan di depannya.
"Tae-Hyung... ."
"Tae-Tae," rengek Seul-Ji sekali lagi yang langsung membuat Tae-Hyung mendekat dan menarik kedua pipi Seul-Ji gemas.
"Diam. Kau terlalu menggemaskan. Aku sedang menyiapkan sarapan untuk kita, sayang," bisik Tae-Hyung seraya menarik-narik pipi Seul-Ji gemas.
Seul-Ji yang diperlakukan seperti itu merasa malu sendiri. Membuat kedua pipinya semakin merona dan semakin membuat Tae-Hyung gemas hingga menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Taehyung
FanfictionKarena penipuan penjual apartemen, Cha Seul-Ji terpaksa tinggal dengan pria yang baru belakangan ini ia kenal, Kim Tae-Hyung. Walaupun Tae-Hyung tampan, keren, dan pintar. Tetap saja, sekali ia mesum dan menyebalkan. Ia tetap mesum dan menyebalkan. ...