"Aku sudah bilang bukan kalau oppa-ku itu menyebalkan?"
Seul-Ji menoleh pada Tae-Hyung yang tampak sangat tertekan. Dengan Ji-Min di sampingnya yang tampak meringis kecil.
"Eun-Woo Oppa itu sama sekali tidak menyebalkan kok. Dia sangat baik," ucap Yoon-Ji, membuat Ji-Min meliriknya tajam dengan cepat.
Yoon-Ji mengangkat bahunya menanggapi tatapan tajam Ji-Min. "Aku berkata jujur kok."
"Dia baik padamu? Tentu saja. Dia kanㅡah, tidak jadi," ucap Tae-Hyung begitu saja. Membuat Yoon-Ji, Ji-Min, bahkan Seul-Ji mengernyit.
Tae-Hyung yang mendapat tatapan menuntut mendelik tak suka. "Lupakan saja. Anggap saja aku tidak mengatakan apa-apa."
"Tidak kau, tidak Ji-Min, sama-sama menyebalkan. Selalu menggantung dan membuat orang penasaran," ujar Yoon-Ji mencibir.
"Kau dan Seul-Ji juga sama-sama tidak peka. Huh, dasar perempuan," cibir Tae-Hyung membalas, tak mau kalah.
"Hei, kau mau aku pukul, ya?" jerit Yoon-Ji tertahan.
Tae-Hyung menjulurkan lidah menantang. Namun, mendengar dehaman keras Seul-Ji membuat Tae-Hyung tidak kembali bertingkah.
"Temanmu itu perempuan jahat. Dia bahkan pernah sengaja menumpahkan es jeruk diseragam Ji-Min dan menendang aset berharga Ji-Min. Kau kok mau berteman dengannya sih?" tanya Tae-Hyung menyindir Yoon-Ji dengan keras, membuat Yoon-Ji langsung melirik tajam.
"Yoon-Ji itu memang buruk. Tetapi, tidak seburuk itu. Apa yang kalian lihat adalah apa yang ingin dia tunjukan kepada kalian. Mungkin dia terlihat apstis, tidak peduli keadaan sekitar, dan tidak menyukai kebahagiaan oranglain. Namun, Yoon-Ji tidak seburuk itu. Dia peduli, penyayang, bisa menjadi seorang Ibu untukku atau seorang kakak. Bahkan setelah mengetahui segala keburukanku, dia masih mau berteman denganku. Oleh karena itu, aku juga mau terus berteman dengannya saat dia mulai menunjukan keburukannya."
Tae-Hyung terdiam, menatap Yoon-Ji dan Seul-Ji yang justru saling bertatapan.
Hangat. Pertemanan mereka berdua sangatlah hangat. Tidak jauh berbeda dengan persahabatannya dengan Ji-Min.
Bahkan setelah Tae-Hyung mengetahui segala keburukan Ji-Min dan sebaliknya, mereka tetap berteman.
Pertemanan memang tidak pernah memandang seberapa buruk dirimu, melainkan seberapa nyaman aku saat bersamamu.
"Pertanyaanku satu, bagaimana kalian bisa sedekat ini padahal aku tidak pernah melihat kalian dekat saat di sekolah?" tanya Ji-Min, mewakili Yoon-Ji yang juga ingin menanyakan hal yang sama.
Tae-Hyung terdiam. Begitupula Seul-Ji yang justru melirik Tae-Hyung dengan wajah merona.
"Skandal one night stand?" tanya Ji-Min polos yang segera mendapat tinju kecil dari Yoon-Ji.
"Mana mungkin Seul-Ji seperti itu!" seru Yoon-Ji hampir meninggikan suaranya.
Ji-Min mengangkat bahunya acuh. "Kan aku hanya menebak, Yoon."
"Hampir mirip seperti one night stand, hanya saja kami terjebak," jelas Tae-Hyung.
Yoon-Ji melongo. Hampir maju dan menampar Tae-Hyung kalau saja Seul-Ji tidak menyela cepat.
"Bukan seperti yang kau pikirkan kok, Yoon. Jadi, maksud Tae-Hyung itu mirip one night stand karena kami sama-sama berbagi kamar. Aduh, bagaimana ya menjelaskannya?"
Seul-Ji panik sendiri karena Yoon-Ji semakin menatapnya dengan tajam.
Baru saja Yoon-Ji ingin membuka mulut, Tae-Hyung lebih dahulu menyela, "Kami ditipu oleh penjual apartemen. Karena kami juga sama-sama kehilangan arah dan bingung ingin melarikan diri ke mana, akhirnya kami memutuskan untuk hidup bersama. Salah satunya, berbagi kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Taehyung
FanfictionKarena penipuan penjual apartemen, Cha Seul-Ji terpaksa tinggal dengan pria yang baru belakangan ini ia kenal, Kim Tae-Hyung. Walaupun Tae-Hyung tampan, keren, dan pintar. Tetap saja, sekali ia mesum dan menyebalkan. Ia tetap mesum dan menyebalkan. ...