Bagian 21 : Tell Me What Is Love

14.2K 1.8K 55
                                    

"Jangan menangis lagi," bisik Hyo-Jong di sela pelukannya.

Seul-Gi masih terisak dengan perasaan tak menentu dan tak mengerti apa yang masih harus ia tangisi. Walaupun tidak seratus persen ia menabrak Seul-Ji dengan sengaja, namun tetap ada kesengajaan yang menimbulkan penyesalan.

Bagaimana pun juga gadis itu pernah merasaan sakitnya melihat orang yang kita sayangi terluka.

"Aku akan berusaha menutupimu dari Eun-Woo semampuku," bisik Hyo-Jong sekali lagi.

Entah kenapa, sesak dalam dada Seul-Gi justru semakin menjadi. Pria yang sedang memeluknya ini... kenapa begitu penyayang? Kenapa begitu tulus? Kenapa terasa sangat bertolak belakang dengannya?

Seul-Gi yang pedendam. Seul-Gi yang egois. Seul-Gi yang dapat diibaratkan dengan api yang dapat melalap apapun sesukanya.

Sedangkan Hyo-Jong. Pria itu memiliki hati yang lembut. Hyo-Jong selalu mau untuk mengalah. Hyo-Jong yang dapat diibaratkan air yang dapat meredakan amarah api.

"Kenapa kau begitu baik? Aku ini bukan perempuan baik-baik. Kau bisa menemukan yang lebih baik daripada aku. Jangan membuang waktumu untukku. Aku hanya bisa memberimu luka."

Hyo-Jong terdiam. Membalas tatapan nanar Seul-Gi yang kini menatapnya dalam. Ada sesuatu yang menggelitik Hyo-Jong untuk tersenyum.

"Jangan merendah seperti itu. Kau terlihat tidak elegan seperti dirimu biasanya," ledek Hyo-Jong seraya menarik hidung Seul-Gi yang memerah.

"Aku sedang serius loh!" seru Seul-Gi menggebu lucu.

"Aku juga sedang serius loh," ucap Hyo-Jong lembut. Memberi belaian manis pada surai hitam panjang Seul-Gi.

"Ah, menyebalkan!" seru Seul-Gi.

Hyo-Jong tertawa renyah. Menatap gadisnya kini merajuk. Di antara semilir angin dingin yang ikut menggoda mereka untuk saling merapat, Hyo-Jong berbisik dalam hati.

Tuhan selalu memiliki takdir yang tidak dapat kita ketahui apa itu. Aku dan kau yang dipertemukan karena ego menggebu untuk mempertahankan apa yang seharusnya milikmu dan milikku. Justru kini kita berbaur menjadi satu.

"Bahkan jika kau hanya bisa memberiku luka. Aku akan tetap menganggap itu cinta."

Kedua mata Seul-Gi terbelalak. Menatap Hyo-Jong tak percaya yang tiba-tiba menanggapi ucapannya yang sudah berlalu beberapa saat yang lalu.

Pria itu... kenapa begitu tulus?


***



Seul-Ji melirik Eun-Woo di sudut kamar dengan takut-takut. Walaupun Yoon-Ji dan Ji-Min berada di ruangan ini dan terus mengoceh, Cha Eun-Woo seolah tetap memegang kendali akan suasana di ruangan kecil ini.


"Ada yang mau kopi?" tawar Tae-Hyung seraya bangkit dari duduknya, merasa gerah sendiri.

Ji-Min yang ikut merasakan hawa dingin dari Eun-Woo pun bangkit. "Kurasa Yoon-Ji mau," ucap Ji-Min tanpa aba-aba.

Yoon-Ji melirik tajam Ji-Min yang menciut. Sementara Seul-Ji terus memperhatikan Eun-Woo yang kini semakin menatap Tae-Hyung tak suka.

"Aku detektif. Ingat?" tanya Eun-Woo dengan nada tajam yang penuh arti.

Tae-Hyung menyerah. Akhirnya bersandar pada dinding dengan jarak yang cukup jauh dari Seul-Ji. Sementara Ji-Min justru semakin merapat pada Yoon-Ji yang duduk di sisi ranjang Seul-Ji.

Damn TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang