Seul-Ji bergerak gelisah, menatap jam dinding dan Tae-Hyung bergantian. Sudah hampir jam sepuluh malam dan Tae-Hyung belum juga pergi benar-benar membuat Seul-Ji hilang semangat.
Tujuan utama Seul-Ji datang ke kamar inap Da-Hyun adalah untuk menceritakan semua keluh-kesahnya yang selama ini ia pendam kepada Da-Hyun. Bukan justru memperhatikan Tae-Hyung dan Da-Hyun yang sedang bercanda dengan dunia mereka sendiri.
Deja vu.
Dada Seul-Ji berdesir. Teringat pada awal kali mengenal Da-Hyun. Gadis itu baik, polos, dan selalu jujur apa adanya.
Da-Hyun melirik Seul-Ji yang tampak mengantuk. Beberapa kali Seul-Ji menutup dan membuka matanya lebar-lebar, berusaha untuk tidak tertidur.
"Oppa, ini sudah malam. Kau tidak ingin pulang? Aku juga sudah mengantuk," bisik Da-Hyun.
Tae-Hyung menoleh pada jam dinding dan mengangguk. "Iya, kau benar. Ini sudah malam."
Mata Tae-Hyung menoleh pada Seul-Ji, membuat dada Tae-Hyung diam-diam berdesir hangat. Tae-Hyung rindu wajah Seul-Ji ketika gadis itu tertidur.
"Apa yang ingin dia lakukan hingga datang ke sini?" tanya Tae-Hyung, dengan harap yang kian meninggi.
Da-Hyun mengangkat bahu. "Tanyakan saja sendiri padanya."
Tae-Hyung menggeram gemas, sementara Da-Hyun terkekeh lucu.
"Pengecut. Kau sungguh pengecut karena selalu bersembunyi di balik topeng wajah datarmu itu. Jangan menyerah sebelum berperang," ujar Da-Hyun pelan.
Tae-Hyung mendelik. "Jung-Kook juga belum menyatakannya kepadamu, 'kan?"
Senyum Da-Hyun berangsur-angsur menghilang. "Dia tidak memiliki perasaan spesial seperti perasaanmu padanya. Mungkin hanya itu yang bisa aku katakan padamu."
Tae-Hyung terkejut. Kedua matanya melotot tak percaya. "Jung-Kook tidak memiliki perasaan spesial padamu?"
Da-Hyun tidak menjawab. Gadis itu justru memanggil nama Seul-Ji hingga membuat Seul-Ji terbangun dengan wajah kikuk yang lucu.
"Ya?" sahut Seul-Ji cepat. Masih dengan wajah khas baru bangun tidurnya yang Tae-Hyung rindukan.
"Sudah malam, bukan? Eonni tidak pulang? Tae-Hyung Oppa juga ingin pulang," ujar Da-Hyun yang membuat Seul-Ji menatap Tae-Hyung reflek.
Seul-Ji segera mengalihkan pandangannya begitu Tae-Hyung menatapnya. "A-ah, ya. Aku akan pulang sekarang."
Saat Seul-Ji hendak keluar pintu dan ingin pamit, Da-Hyun bertanya dengan wajah polosnya, "Kau tidak pulang dengan Tae-Hyung Oppa?"
Seul-Ji mengernyit untuk beberapa saat, kemudian bergerak salah tingkah. "K-kami sudah tidak tinggal di apartemen yang sama."
Dalam hati Seul-Ji memuji, Gadis itu pandai sekali berakting.
"Ah, maafkan aku," lirih Da-Hyun menyesal.
Seul-Ji tersenyum. "Sudahlah. Aku pulang duluan, ya?"
Sekali lagi, saat Seul-Ji hendak keluar, Da-Hyun kembali mengucapkan sesuatu yang berhasil membuat Seul-Ji mengeluh sendiri.
"Oppa, kau mau mengantar Seul-Ji Eonni, bukan? Ini sudah cukup larut."
Seul-Ji terdiam dan menoleh dengan wajah tak percaya. Matanya bertemu dengan mata Tae-Hyung saat pria itu sedang menghela napas beratnya panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Taehyung
FanfictionKarena penipuan penjual apartemen, Cha Seul-Ji terpaksa tinggal dengan pria yang baru belakangan ini ia kenal, Kim Tae-Hyung. Walaupun Tae-Hyung tampan, keren, dan pintar. Tetap saja, sekali ia mesum dan menyebalkan. Ia tetap mesum dan menyebalkan. ...