Epilog

10.5K 1.2K 114
                                    

Kalian tau? Awal yang tidak menyenangkan bisa membuat akhir cerita terasa begitu menyakitkan.

Bisa jadi kau membenci seseorang ketika di awal, namun pada akhirnya, siapa yang tau?

Aku selalu bermimpi memiliki seorang suami tampan yang pengertian. Seseorang yang selalu mau menerima kekuranganku yang ada di balik segala kelebihanku.

Dan kini aku menemukannya.

Tae-Hyung tampak begitu fokus dengan kertas-kertas yang ada di tangannya. Tapi konyolnya, semua kertas itu adalah resep sup.

Iya, dia memegang sepuluh kertas yang berisi resep sup.

"Sayang, kau sedang apa?" tanyaku basa-basi, walaupun aku sudah tau dia akan memberikan aku kejutan dengan memasak sup.

Makanan pertama yang aku masakan untuknya di apartemen kami saat kami baru bertemu.

Tae-Hyung menatapku yang mendekat dengan panik dan berusaha menyembunyikan kertas-kertas itu dariku. Aku pura-pura tidak peduli meskipun aku ingin sekali tertawa.

"Ah, aku-aku... ah, Tae-Ji belum pulang?" tanya Tae-Hyung mengalihkan pembicaraan dengan bodoh.

"Dia baru saja berangkat sekolah, Tae-Hyung," jawabku yang membuat keningnya mengernyit.

"Benarkah?"

Tae-Hyung menatapku dengan tatapan tak percayanya. Kemudian, berlalu begitu saja.

Walaupun Tae-Hyung pergi dengan memunggungiku, aku tau kalau dia sedang meruntuki dirinya sendiri.

Ini tujuh tahun tepat setelah pernikahan kami. Hari dimana kami mengikat janji suci dan bercinta pertama kalinya.

Ah, membayangkannya membuat pipiku panas sendiri. Ingatan tentang bagaimana indahnya melihat tubuh Tae-Hyung yang begitu seksi ketika berkeringat dengan wajah yang memerah membuat darahku berdesir.

Walaupun sampai saat ini kami masih sering melakukannya, tapi Tae-Hyung tetap sama. Justru dia bertambah seksi setiap harinya.

Aku membuka kulkas dan menatap semua belanjaan Tae-Hyung untuk membuat sup dengan perasaan geli.

Karena sebelumnya Tae-Hyung menaruh semua belanjaannya itu di dalam sebuah koper, bersamaan dengan resep-resep sup itu.

Konyol, itulah dia. Salah satu sifatnya yang memang tidak bisa dibuang dan aku bisa menerimanya.

Karena Tae-Hyung juga mau menerima kekuranganku. Bukankah cinta itu memang begitu? Kita mencintai kelebihannya, kita juga harus menerima kekurangannya.

Aku berjalan ke arah ruang kerjanya yang pintunya terbuka lebar. Memperlihatkannya yang tampak begitu gelisah.

"Kau kenapa, sayang?" tanyaku lembut, kemudian mendekat.

Tae-Hyung menatapku jengkel. "Kau sudah tau rencanaku, kenapa masih berpura-pura, hm?"

Tae-Hyung mendekat, merangkul pinggangku dengan begitu posesif. Aku hampir terbahak kalau saja tidak benar-benar menyadari bahwa Tae-Hyung sedang ngambek.

"Aku menghargai usahamu untuk membuatku terkejut," ucapku ringan dan jujur.

"Lalu menertawakanku setelahnya?" sambung Tae-Hyung dengan wajah jengkel yang menggemaskan.

Aku tertawa pelan, membuat Tae-Hyung terbelalak berlebihan.

"Wah, kau benar-benar menertawakanku. Dasar nakal!"

Damn TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang