Prologue [Possess]

36.5K 2.3K 402
                                    

Tatapan Elang berkobar dengan api kebencian. Pria itu menarik pelatuk pada pistol dan hampir menembak kepala sosok gadis dengan tubuh basah kuyup sedang menggigil ketakutan dibuatnya. Mengetahui identitas yang mengejutkan, lantas Jungkook membanting pistolnya ke arah lantai dengan rasa kesal.

"Putri dari Presiden Korea Selatan, Lee Eunha. Dua puluh tiga tahun." Ujar pria bernama Seok---ada dua anggota memiliki nama Seok, dan yang berbicara saat ini adalah Hoseok. "Jika tim Blue House menemukan titik pijak kita. Selundupan yang selama ini kita dapat bisa menjadi senjata makan tuan. Kita terbunuh, atau mereka yang dibunuh."

Eunha mengawasi kumpulan pria berwajah tampan namun paras yang rupawan tidak bisa dia sepelekan. Nyawanya hampir saja melayang jika tidak terselamatkan oleh fakta bahwa dia adalah putri Presiden Lee Hongjae yang menjabat sebagai pemimpin Republik Korea Selatan saat ini.

Korea Selatan, negara itu menjadikan Eunha gadis yang amat rindu dengan tanah kelahirannya. Baru merencanakan niat berlibur ke Roma. Perjalanan kapal pesiarnya dari daerah bagian Eropa lain justru menyesatkan hidupnya. Sekarang, dia bukan lagi turis yang melancong, melainkan seorang sandera dari keanggotaan misterius yang masih ingin Eunha ketahui lebih jelas lagi.

"Tolong lepaskan aku. Dengan begitu, nyawa kalian semua akan aman. Anggap saja kita tidak pernah saling bertemu."

"Apa kau masih punya hak untuk bicara?" Pria Jeon itu menggunakan sepatu botnya untuk menjatuhkan sebuah guci besar berhias motif Etruskan. "Katakan dengan jujur apa yang membuatmu bisa sampai di pulau ini?!"

Eunha meringis saat pecahan guci itu membentur lantai, hancur berkeping-keping. Ia sekarang tahu bahwa mencaci maki pria Jeon itu hanyalah usaha sia-sia belaka. Dari ketujuh pria, sosok yang memiliki nama lengkap Jeon Jungkook tampak lebih bengis dibanding enam lelaki lainnya.

Sejak kecil Eunha diajarkan untuk mengenali tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa sudah saatnya untuk mundur secara taktis. Tapi ia tidak pernah belajar untuk menolerir membuang-buang barang yang didapat dengan susah payah dengan entengnya. Sekali lagi, Jungkook adalah sosok nyata iblis. Kejam, tidak kenal ampun dan bertempramen buruk.

"Hhh, aku harus jawab apalagi? Bukankah sudah ku jelaskan? Aku tercebur dari kapal pesiar saat sedang liburan. Lalu tubuhku terseret arus ombak hingga sampai ke pulau ini."

"Kemungkinan, apa yang dia katakan adalah kebenaran." Seokjin, nama Seok kedua yang ada dalam keanggotaan misterius ini angkat bicara. Memiliki bahu yang lebar adalah pesona pria bermarga Kim ini. Dan dalam mengambil keputusan, Seokjin tidak pernah asal-asalan.

"Jika dia sengaja untuk memancing penangkapan kita. Bisa saja trik seperti ini dijadikan alasannya." Kata Jungkook masih keras kepala pada pemikirannya.

Eunha merasa percuma mempertahankan pendapatnya. Setiap detik yang dihabiskannya untuk berargumen dengan Jungkook adalah waktu yang hilang yang bisa digunakan untuk hal lain. Gadis itu lalu beralih menatap pria berkulit seputih salju memiliki netra sipit layaknya bulan sabit. Sosok tersebut yakni Min Yoongi. Sekarang sedang memperlihatkan sebuah alat aneh yang Eunha sendiri tidak memahaminya dengan baik.

"Pencarian hilangnya Putri Presiden Lee sedang diam-diam dilakukan. Jika mereka tahu korban ada bersama kita. Maka semua akan berakhir." Kata Yoongi dengan penjiwaannya yang santai. Suaranya tegas serta pemikiran seorang ahli alat-alat deteksi memang cenderung luar biasa mudah dipahami.

"Kalau begitu biarkan saja dia pergi-"

"Tidak semudah itu, sial!" Jungkook mengumpat kasar ke arah Kim Taehyung. Tangannya lagi-lagi membanting beberapa guci lain di rumah megah berada di tengah-tengah pulau asing jauh dari negara lain.

Mengerikan. Eunha sampai menyentuh liontin perak yang dikenakannya di leher seperti yang biasa ia lakukan ketika saraf-sarafnya menegang.

"Jungkook benar. Jika kita melepaskannya. Dia bisa membawa info buruk tentang kita kepada tim Gedung Biru---Rumah Kepresidenan."

"Ah, tidak. Tentu saja jika kalian melepaskan aku. Tidak akan ada info aneh-aneh yang aku beberkan kepada para pengawal. Yang pasti, biarkan aku pergi sekarang." Eunha berusaha memohon pada sosok paling berwibawa diantara lainnya. Seseorang yang terlihat paling menonjol sebagai pemimpin kelompok apapun. Eunha yakin sekali, lelaki bernama Kim Namjoon itu adalah bos kelompok misterius ini.

"Kau ingin pergi?" Jungkook menoleh singkat, raut wajah dingin, dan geram. "Baiklah, ayo!" Menyeret tubuh basah Eunha agar mengikutinya. Tindakan yang kasar memancing pemberontakan dari Eunha. Gadis itu menepis cengkraman pada pergelangan tangannya. Menciptakan gurat kemarahan dari Jungkook yang kian membara.

Dengan jeritan penuh frustasi dan kekesalan, Eunha akhirnya memaki. "Bajingan! Kau ingin menyakitiku? Caramu terlalu kasar!!!" Adunya kesakitan. Demi dewa Alam Langit, tarikan dari Jungkook berhasil membuat kulitnya memerah. Betapa kuat tenaga lelaki itu yang dikerahkan untuk menariknya tadi.

"Kau ingin membawanya kemana, Kook?" Tanya Park Jimin. Pria ini sedari tadi sibuk dengan ponsel di tangan. Sekarang baru berseru setelah keributan panjang diabaikan.

Jungkook mengeluarkan secarik kertas yang dilipat dari kantong jaketnya. "Apa dia bisa menyangkal kalau pesan ini disembunyikan di salah satu saku celananya?"

Eunha memandang kertas terkutuk itu. Baru sesaat yang lalu ia melihat dengan terperangah ketika Jungkook menghancurkan sebuah guci Yunani yang indah. Sebuah pesan yang terlihat seperti laporan seorang penjahat kepada majikannya diselipkan ke dalam saku celana. Mengenai tentang tawar menawar yang berhasil dilakukan dengan bajak laut.

Eunha mengangkat dagunya. "Itu jelas bukan milikku. Mana mungkin aku terlibat hal aneh semacam itu-"

"Jangan banyak alasan. Jika kau mati hari ini, maka seluruh warga Korea Selatan akan ikut mati bersamamu. Jadi lebih baik ikut denganku untuk penyelesaiannya."

"K-Kau mau membawaku kemana?"

Jungkook memberi tatapan yang lebih tajam. Mungkin apapun bisa saja teriris jika ini benar-benar bilah sungguhan. "Ke altar. Kita menikah hari ini juga."

Mata Eunha melebar, jelas-jelas terkejut mendengar pengakuan yang menjengkelkan tersebut.

"Apa kau gila?!" Seru Eunha marah.

"Jungkook, kau yakin dengan ucapanmu?" Tanya Seokjin tak kalah kaget. Semua anggota di rumah mewah ini sama kagetnya.

"Jika dia menikah denganku. Tidak ada alasannya untuk kabur. Dengan begitu, masalah yang akan ditimbulkan setelahnya masih bisa kita atasi."

"Kau mengorbankan dirimu demi kita semua?"

Jungkook memperlihatkan raut wajah mengejek. Matanya melirik Hoseok setelah mendengar pertanyaan itu. "Apa diantara kalian ada yang ingin menggantikanku menikahinya?"

"Yha! Siapa yang mau menikah denganmu? Jangan sembarangan denganku! Ayahku adalah Presiden, kau akan mati jika bermain-main denganku!"

Jungkook agak merendahkan tubuhnya mensejajarkan wajahnya dihadapan wajah cantik milik Eunha. Senyumnya sama sekali tidak hangat. Jelas Jungkook bukan pria baik-baik yang penuh dengan kehangatan. "Lalu, apa ayahmu akan tetap membiarkanku mati jika pria di depanmu sekarang ini akan menjadi menantu orang nomor satu di Korea Selatan? Kau pikir aku bodoh? Kau bahkan bukan tipeku."

Eunha menegang. "Apa maksudmu?"

"Kau akan jadi milikku. Barang berhargaku."[]


Shades Of GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang