Pt. 24

11.3K 1K 270
                                    

Warning :: Typo bertebaran

Happy reading


--o0o--

Bibi Lee memahami situasi yang terjadi saat ini. Sebagai adik kandung dari Lee Hongjae, tentu saja Juyi tahu apa yang sedang Sang Kakak lakukan padanya sekarang. "Karena hanya ada dua kamar-" belum selesai kalimat itu, Eunha sudah memotongnya cepat-cepat.

"Aku akan tidur dengan Bibi."

"Dan membiarkan suamimu tidur dengan temanmu?"

"Eoh?" Eunha terdiam. Tapi tidak lama setelah itu tatapannya berpindah menuju ke arah wajah Jungkook. Melihat ekspresi tenang yang laki-laki Jeon itu tanamkan. "Lebih baik kau pulang." Serunya bicara kepada Jungkook.

"Tidak bisa. Suami harus mengikuti ke mana pun istrinya pergi."

"Tidakkah itu terbalik, Tuan terhormat?" Bisik Yuna lirih dari arah samping Jungkook. Mereka berdua sedang berdiri sejajar.

Eunha memutar bola matanya malas. Masih ada cara lain untuk menolak fakta bahwa dirinya harus berbagi kamar dengan Jungkook hari ini. "Bibi, biarkan saja dia tidur di luar." Eunha melihat sekeliling. Mulai menyadari bahwa rumah milik Sang Bibi adalah jenis rumah tradisional. Tidak ada sofa, atau bahkan karpet gelaran untuk alas lantainya.

Juyi menimbang ide itu. Bibirnya kembali bergerak mengulas senyum sambil merespon Eunha. "Cuaca di malam hari sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari malam-malam musim dingin. Dan alat pemanas ruangan hanya ada di kamar. Lagi pula, apa salahnya suami istri tidur bersama di satu ruangan?"

"Tidak bisa!" Eunha menatap Jungkook dengan mata menyipit. Sorot matanya terlihat curiga. Seperti ada sesuatu yang sedang tidak dirinya ketahui. Atau mungkin hanya firasatnya yang mengatakan bahwa ayahnya sengaja merencanakan semua ini padanya.

Semua kebetulan ini membuatnya tidak tenang.

"Tidak apa, Bibi. Aku akan tidur di luar." Ucap Jungkook mantap. Tidak terlihat ragu bahkan tidak takut mati membeku.

Juyi melirik ke arah Eunha yang terlihat cukup terkejut dengan jawaban Jungkook. Senyum tipisnya terbit lagi, Juyi lalu menatap ke arah Yuna mencoba untuk bekerja sama.

"E-Eunha, kita bisa tidur bersama kalau kau mau." Seru Yuna agak ragu. Mengerti sinyal yang Juyi hantarkan lewat pandangan mata dari wanita baya itu.

"Aku yang akan tidur di luar kalau begitu. Jungkook bisa memakai kamarku untuk beristirahat selama di sini. Bagaimanapun aku sudah tua. Mati kedinginan tidak masalah asal bisa melindungi anak-anak muda seperti kalian."

Eunha terkejut, hembusan napas kasar terdengar. Tidak bisa membiarkan bibinya harus tidur di luar. Terlebih mengingat perkataan Juyi sebelumnya bahwa cuaca di malam hari sangat dingin.

Dengan terpaksa keputusan terakhir Eunha ungkapkan, jika obrolan terus berlanjut, tidak akan ada jalan keluarnya. "Baiklah. Aku akan tidur dengannya. Bibi bisa memakai kamar satunya lagi bersama Yuna." Setelah mengucapkan hal itu, Eunha melangkah menuju ruangan yang akan menjadi kamarnya untuk beberapa hari ke depan. Lebih tepatnya, ruang kamar yang akan ia tempati bersama dengan Jungkook.

"Aku tidak tahu apa sebenarnya masalah kalian berdua. Tapi karena Eunha bukan orang yang mudah memaafkan kesalahan yang besar. Kau harus lebih berusaha untuk mendapatkan hatinya kembali. Masuklah. Akan kupanggil jika makanan sudah siap." Juyi menggelengkan kepala merasa heran dengan sepasang suami istri yang masih saling mencintai, tapi dengan egonya masing-masing justru berperang dingin. Ia sudah pernah muda. Saat mendiang suaminya masih hidup, bahkan mungkin masalah yang lebih besar dari yang Eunha dan Jungkook hadapi sudah pernah ia lalui.

Shades Of GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang