Warning :: typo bertebaran
Happy reading
--o0o--
Eunha terbangun dari tidur yang menurutnya aneh. Ketika menyadari tubuh telah terikat dan didudukkan di sebuah kursi. Ia mengingat sesuatu berhasil membuat kepalanya pusing hingga kejadian berikutnya Eunha tidak tahu lagi.Kenapa ia berakhir dalam kondisi yang membingungkan? Eunha tidak sepenuhnya mengerti apa yang telah terjadi. Ia berusaha melihat area sekitar. Sebuah ruangan agak redup oleh cahaya karena tidak terdapat satu bolam lampu yang menyinari di sana, hanya ada lilin-lilin merah berukuran kecil yang menyala. Matanya menyipit saat berhasil menangkap sesuatu. Pandangan itu tertuju ke arah kanvas berjejer. Bukan kanvas polos, tapi sudah dipenuhi dengan coretan lukisan yang indah. Lukisan! Eunha sekarang bisa menyimpulkan sendiri keaadaan yang menimpanya saat ini.
"Sudah bangun?" Suara itu tidak bisa Eunha abaikan. Kepalanya menoleh ke samping kanan dan mendapati laki-laki bertubuh tinggi memiliki rambut sebahu yang dikuncir setengahnya. Dia adalah Mike. Si pelukis sekaligus teman Yuna di kota Aveiro ini.
Eunha bergidik ngeri mendapati tatapan itu kembali. Ya. Tatapan yang seolah bisa membunuhnya. Cara Mike menatapnya sungguh mengerikan. Ia melihat salah satu kanvas yang tidak mudah dilupakan. Lukisan wanita sempurna. Itu berada tak jauh dari ia duduk terikat di posisinya saat ini.
"Apa yang kau lakukan, Mike!" Tidak segan berteriak kuat. Eunha tahu Mike pintar menggunakan hangul. Dengan begini mereka bisa bicara seperti biasa seolah lupa bahwa Aveiro bukan tanah Korea.
Sekali lagi pandangan mata Eunha beredar. Mencari jawaban dari tempat yang sedang mengurungnya saat ini. Apakah ia berada di galeri yang sama dengan tempat lukisan Mike berada?
Mike berjalan mendekat ke arah Eunha. Tersenyum licik lalu menangkap dagu indah milik Eunha agar bisa mendongak untuk menatapnya lebih jelas. "Aku mengundangmu datang, karena sepasang matamu ini. Sungguh cantik seperti berlian." Mike bangga mendapati karya sempurnanya sebentar lagi akan selesai. Lebih sialan lagi, bukan hanya dua mata yang sangat cantik. Dagu milik Eunha bahkan luar biasa mempesona. Lalu bibir yang tebal, hidung mancung yang mungil, semua yang ada pada Eunha pantas disebut sempurna. "Ini adalah mata gadis cantik yang aku cari dengan susah payah." Bertahun-tahun, Mike membuat lukisan wanita sempurna secara terputus-putus, didasarkan pada bagian terindah dari para gadis cantik di Aveiro.
"Jadi, kau dalang di balik kematian banyak perempuan cantik selama ini?"
"Banyak?" Mike tertawa sinis. Melepaskan dagu Eunha dengan gerakan kasar. Ada bekas kemerahan tercetak jelas di kulit putih dagu itu. Apalagi kalau bukan karena cengkraman Mike di sana tadi.
Eunha sangat mengutuk laki-laki itu karena sudah menyentuhnya tanpa izin.
"Kenapa kau membunuh mereka?" Tebakan Eunha tidak salah. Ia sudah merasa bahawa Mike sangat aneh dengan lukisan wanita sempurna itu. Dan sekarang, Eunha tidak percaya dirinya yang harus menjadi target lukisan lelaki gila itu selanjutnya.
Mike kembali duduk di bangkunya sendiri. Kursi yang selalu dipakai ketika melukis sesuatu. Sekarang ia akan melukis kedua mata cantik yang harus menjadi milik karya sempurnanya. Ia akan menciptakan sesuatu yang paling sempurna. Hanya akan jadi miliknya saja.
"Yang paling menyakitkan di dunia ini adalah gadis cantik akan menua. Melihat sosok seindah mereka yang akan berubah seiring berjalannya waktu, itu menghancurkan kebahagiaanku untuk memilikinya. Dari pada harus menerima kenyataan semua itu, bukankah lebih bagus keindahan tersebut berhenti di waktu yang baik. Biarkan kecantikan itu hidup dalam lukisanku. Dengan begini, mereka akan abadi selamanya." Bukannya hebat, Mike justru terlihat sakit jiwa di mata Eunha. Orang yang terobsesi dengan kegilaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
FanfictionLee Eunha adalah putri cantik dari presiden Korea Selatan yang unik dan menggemaskan. Saat liburannya ke Roma, dalam perjalanan kapal pesiar sebuah bahaya datang membuatnya bertemu Jeon Jungkook, pria dingin yang memiliki kecerdasan luar biasa. Suat...