Warning :: typo bertebaran
Happy reading
~o0o~
Hari kedua sejak kepergian Jungkook, Eunha memang merasa sangat bahagia dan melakukan semua yang dia mau tanpa harus mendapat amukan dari laki-laki pemarah itu. Namun di hari ketiga ini, rasanya ada yang membosankan hadir mengusik Eunha. Semua orang di rumah tidak terlihat batang hidungnya. Hanya dirinya yang sudah tak terhitung berapa kali jungkir balik di atas sofa ruang tengah ditemani layar LED yang menyala. Tontonan tidak menarik itu juga yang membuat Eunha bosan. Terlebih ia tidak mengerti dengan bahasa keseharian di Portugal.Matanya melirik jarum jam pada dinding. Masih pukul sepuluh pagi. Cuaca lebih lembab. Eunha ingin pergi keluar jalan-jalan. Tapi kendala lain gadis itu yakni, Eunha tidak memiliki uang dan kemampuan bahasa asing yang kurang bagus. Inilah penyesalan terbesarnya saat dulu masih duduk di bangku sekolah menengah karena tidak serius mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dengan baik.
"Auwoh!!! Wooo!!!" Teriaknya berisik. Membuat keributan agar rumah lebih hidup lagi.
Shin Yuna, gadis satu itu tiba-tiba mendapat pekerjaan penting dari kantor cabang di Roma dan harus pergi ke bank terdekat untuk keperluan bisnisnya.
Park Jimin, karena terlalu banyak makan tadi malam, rumah sakit menyuruhnya pergi ke sana untuk mendapatkan pengobatan lebih baik supaya rasa sakit pada perutnya hilang.
Dan Min Yoongi? Si tukang tidur yang tidak akan bangun jika belum ingin terjaga. Saat ini, Yoongi sibuk dengan alam mimpi di dalam kamarnya sendiri.
Tersisa Eunha, seperti gadis bodoh tidak punya teman untuk diajak bicara. Meja di ruangan televisi itu sudah di penuhi oleh banyak bungkus camilan yang kemarin dia borong dengan Yuna. Perutnya kekenyangan tetapi rasa bosan masih belum menghilang. Sambil menghembuskan napasnya agak panjang. Eunha berpikir apa lagi yang bisa ia lakukan agar tidak merasa bosan?
Eunha kesepian. Walau ia suka dengan suasana tenang seperti ini, tapi ia juga rindu dengan keributan yang kemarin-kemarin hadir memberi warna baru dalam hidupnya. Sekarang seperti ada yang kosong. Kepergian Jungkook ternyata bisa membuatnya semakin merasa menyedihkan.
Asik dengan dunianya sendiri. Eunha terjengit kaget saat mendapati telepon rumah berbunyi. Oh? Ternyata ada telepon seperti itu di rumah ini juga? Eunha baru menyadari hal ini sekarang. Tunggu? Hanya telepon rumah? Jangkauannya pasti tidak begitu luas. Eunha merengut sedih, percuma memiliki benda itu karena ia tidak akan bisa menghubungi Sang Ayah di Seoul.
Telepon rumah yang masih berbunyi cukup mengganggu. Dengan malas Eunha menjangkau gagang telepon itu dan menempelkannya di dekat telinga kiri. Eunha sudah bersiap memikirkan Bahasa Inggris salah sambung untuk menjawabnya tetapi suara yang sudah tidak asing itu menggagalkan niatnya menolak sambungan tersebut.
"Jungkook?"
"Ya. Ini aku, sayang. Bagaimana kabarmu?"
Eunha linglung dalam beberapa detik. Matanya berkedip lucu dan tatapannya kosong. Ia jelas sedang tidak bermimpi. Sosok laki-laki yang menyebalkan tengah menelepon dan bicara sangat lembut padanya. Satu hal yang paling penting! Jungkook memanggilnya dengan sebutan yang nyaris membuat napas Eunha tercekat. Ini bukan april mop atau sejenisnya. Tapi---kenapa Jungkook yang sedang berada di Spanyol sekarang begitu mempesona dibanding yang sebelumnya ia temui? Eunha bisa gila sungguhan jika harus seperti ini.
"Kenapa menelepon?" Berhasil mengatur rasa gugup. Eunha kembali bersuara dengan nada ketus. Ia tidak akan dengan mudah terbuai oleh laki-laki yang seperti bunglon itu---suka berubah-ubah sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades Of Grey
FanfictionLee Eunha adalah putri cantik dari presiden Korea Selatan yang unik dan menggemaskan. Saat liburannya ke Roma, dalam perjalanan kapal pesiar sebuah bahaya datang membuatnya bertemu Jeon Jungkook, pria dingin yang memiliki kecerdasan luar biasa. Suat...