Pt. 28

13.5K 1K 280
                                    


Warning : Typo bertebaran

Happy reading

--o0o--

Sulit untuk bisa bertemu ayahnya sendiri walau berada di negara yang sama. Dan kali ini Eunha bersyukur karena Sang Ayah memiliki waktu di rumah tanpa sibuk dengan pekerjaannya sebagai pemimpin negara. Eunha datang berkunjung sendirian. Sengaja menemui ayahnya sebelum jadwal keberangkatan menuju Spanyol.

Ruang perpustakaan adalah favorit Tuan Lee Hongjae. Tempat yang dipenuhi oleh rak dan tumpukan buku. Banyak jenis bacaan di dalam ruangan ini. Bahkan semua koleksi buku cerita anak-anak yang Eunha miliki saat masih kecil tersimpan rapi di tempat ini. Seperti sekarang, salah satu judul bacaan cerita anak-anak sedang Eunha buka kembali. Senyumnya terbit manakala ingatan masa kecilnya dulu terputar lagi dalam kepalanya.

"Tiba-tiba sekali datang tanpa memberi kabar lebih dulu, ada sesuatu?" Hongjae melepas kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Mengalihkan pandangan dari buku bacaan ke arah wajah cantik putrinya.

Eunha menghela napas cukup panjang. "Saat kecil, ketika aku terbangun di tengah malam. Ayah selalu datang ke kamarku lalu memberikan kalimat penenang agar mimpi buruk bisa pergi." Eunha menutup buku cerita anak-anak. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Cukup terganggu dengan mimpi buruk yang akhir-akhir ini datang.

Pergi menemui ayahnya saat ini adalah jalan ninja Eunha meminta pertolongan. Ada mantra ajaib yang Hongjae miliki sehingga mampu meredam rasa cemas yang Eunha hadapi. Tentang mimpi buruk, jelas Eunha sangat ingin menyudahinya.

"Mimpi buruk?" Hongjae mengangkat alis keheranan. Sikapnya yang tenang berhasil membuat suasana di ruang baca tersebut lebih nyaman. "Hanya bunga tidur. Kenapa harus cemas?"

"Jika mimpi itu menjadi kenyataan."

"Tidak ada mimpi yang menjadi kenyataan. Semua yang terjadi adalah takdir. Jangan takut terhadap sesuatu yang belum pasti." Hongjae mengangkat gelas berisi teh hambar yang masih hangat. Menyeruputnya sedikit. Sudah menjadi minuman kebiasaan di tengah waktu bersantai.

Eunha membenarkan perkataan ayahnya. Mengapa harus secemas ini terhadap mimpi buruk? Ia bisa melewati apapun yang akan terjadi dalam hidupnya nanti. Seharusnya bisa lebih berhati-hati jika memang ada hal buruk yang akan datang padanya.

"Ayah pernah bermimpi buruk? Setiap hari?" Tanya Eunha. Tak lama ia bisa melihat ayahnya tersenyum. Menanggapi pertanyaannya dengan cukup geli.

"Manusia mana bisa terhindar dari mimpi buruk. Jika masih bermimpi buruk, pasti bisa bermimpi indah lagi nanti."

Tawa Eunha pecah karena kalimat tersebut. Benar adanya, jika sudah menceritakan hal sulit yang sedang dia alami pada Sang Ayah, maka rasa tenang bisa mendominasi. Sekarang Eunha tidak perlu mencemaskan tentang mimpi buruknya lagi. Jika memang harus mengalaminya, Eunha sudah pernah terjebak di tengah laut sebelumnya. Pengalaman yang mengerikan namun tidak memberi rasa trauma yang mendalam.

PLUK! Buku tebal yang tadi Eunha buka terjatuh dari atas meja. Selembar foto muncul dibalik halaman tengah buku tersebut. Eunha melihatnya dengan kebingungan. Setelah memastikannya, kali ini yang buka suara adalah Hongjae.

"Kau masih mengingat itu? Zeha, kakak pahlawan yang pernah menolongmu saat tersesat di rumah sakit hari itu." Foto bocah perempuan berusia lima tahun sudah jelas adalah Eunha. Dan foto bocah laki-laki yang berdiri di samping Eunha adalah Zeha. Itu adalah foto ketika Eunha di rawat di rumah sakit karena jatuh dari sepeda dan harus mendapat sembilan jahitan di bagian paha. Luka itu masih berbekas sampai saat ini, hanya mungkin tidak terlalu jelas karena sudah lama waktu setelah kejadian.

Shades Of GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang