'Siapa lelaki angkuh itu? File apa yang dia minta? Dan kemana?' Gumamnya.
—————
Alia pergi keruangan Niwola untuk bertanya.
"Permisi" Ucap Alia.
"Oh Ms.Larsson, silahkan masuk." Ucap nya ramah.
"Ada apa?" Tanya Niwola.
"Begini, tadi seseorang meneleponku dari telepon kantor. Dia meminta file agar aku membawakannya padanya. Tapi aku tidak mengerti maksudnya" Ucap Alia polos.
"Apa? Sebaiknya kau bergegas, tunggu disini aku akan mengambil file nya" Niwola tampak khawatir, dan buru-buru mengambil berkas yang dimaksud.
Alia hanya mengangguk, apa yang sebenarnya terjadi dan siapa lelaki itu?
"Ini" Niwola memberikan berkas-berkas pada Alia.
Alia menerimanya, tapi masih tampak kebingungan.
"Yang meneleponmu itu adalah Mr.Bradley, sebaiknya kau cepat. Kau tidak akan tau apa yang terjadi jika dia marah" Ucap Niwola khawatir.
"Baik" Alia hendak lari, tapi langkahnya terhenti mengingat bahwa ruangan bos nya itu kosong.
"Dia tidak ada diruangannya" Ucap Alia pada Niwola.
"Aku lupa" Ucap Niwola dan segera menelepon seseorang.
"Pergilah, supir akan mengantarmu. Kau harus membawa file ini keapartementnya" Ucap Niwola.
Alia mengangguk dan bergegas pergi.
'Kenapa dia tidak ada dikantor, dan malah bersantai dirumah?' batin Alia.
—————
'Ini dia' gumam Alia saat memastikan nomor apartemen didepannya itu dengan alamat yang diberikan Niwola.
Alia menekan bell apartemen itu, tidak lama kemudian seseorang membukanya.
Alia terpaku melihat seseorang yang kini berdiri didepannya, jantungnya berdetak sangat cepat.
"Apa Niwola tidak memberitahu mu jika aku tidak suka keterlambatan?" Ucap Deon dingin.
'Apa yang terjadi? Kenapa pria gila ini ada disini? Dan kenapa dia mengenal Niwola?' Batin Alia yang masih terpaku.
"Apa kau tuli Ms.Larsson?" Tanya Deon lagi masih dengan wajah datarnya.
"Eh apa kau Mr.Bradley?" Tanya Alia ragu.
"Kau fikir apa yang ku lakukan disini?" Deon malah balik bertanya.
"Bukankah kau mengenal bos mu?" Tanya Deon lagi.
Alia benar-benar harus mencari sesuatu untuk menutupi wajahnya, ia mengingat kejadian hari itu yang ia katakan pada Deon. Malu adalah kata yang cocok untuk situasi yang Alia alami saat ini.
'Aku benar-benar akan dipecat' batin Alia.
Deon tersenyum sinis melihat ekspresi Alia yang seperti orang bodoh. Ia sudah menduga ini yang akan terjadi.
"Masuk" Ucap Deon sambil berjalan kedalam apartemennya.
"Apa?" Tanya Alia ragu.
"Apa kau akan berdiri disana dan menyelesaikan pekerjaanmu disana juga?" Tanya Deon.
Alia menggeleng cepat dan mengikuti Deon.
—————
Sepanjang waktu tidak ada percakapan antara Alia dan Deon. Deon sibuk dengan laptop dan berkas-berkas yang harus ia tanda tangani. Sedangkan Alia sibuk mengisi beberapa berkas, dan juga tidak berani untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Jika saja bukan Deon yang menjadi bos nya, Alia pasti akan bicara banyak. Tapi ini benar-benar berbeda.
"Tolong buatkan aku kopi" Ucap Deon.
"Apa?" Tanya Alia.
"Apa aku harus mengulang setiap perkataanku?" Tanya Deon.
"Eh baiklah" Alia bergegas kedapur untuk membuatkan kopi.
'Apa aku ini pembantunya? Kenapa sekarang aku membuatkan kopi untuknya?' Gumam Alia kesal sambil menyuduhkan air panas pada gelas.
"Ini" Alia memberikan secangkir kopi pada Deon.
"Taruh disitu" Ucap Deon tanpa melihat Alia.
—————
Ting nongg
"Bukakan pintu dan lihat siapa yang datang" Perintah Deon.
Alia hanya bisa menurut.
Seorang gadis dengan pakaian yang sangat seksi yang menjadi tamu, Alia sedikit bertanya-tanya siapa dia.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA
Ig:tasya_htb

KAMU SEDANG MEMBACA
Holding Your Hand
Romance"Dengar, jangan pernah menangis dan lupakan bajingan itu. Karna mulai detik ini kau sudah menjadi milikku" Ucap Deon lembut dan mencium kening Alia.