Deon tidak mencegahnya sama sekali. Ia hanya tersenyum melihat kepergian Alia.
'Ini baru awalnya' gumam Deon.
—————
Alia menghempaskan tubuh mungilnya diatas kasur king size miliknya, sedari tadi sampai sekarang ia hanya mengoceh-ngoceh tak jelas. Entah mengapa mood nya hilang setelah bertemu Deon, ia tidak menyangka akan dipertemukan dengan Deon disituasi seperti ini.
'Apa yang harus aku lakukan?' Gumam Alia.
Ia bangkit dan pergi kedapur, ia membuka kulkas mencari sesuatu. Alia mengambil sekotak cemilan coklat kesukaannya. Tidak hanya itu, Alia mengambil ice cream dan sebotol soda. Ia membopong semua makanan itu keruang tamu. Ini saatnya untuk meredakan emosinya, yaitu dengan makan beberapa cemilan. Tidak tidak, bukan beberapa tapi banyak.
Alia menghidupkan televisi dan memutar film karton kesukaannya, ia mulai menikmati suasana. Ini baru pukul 2 siang, seharusnya dia tidak boleh pulang secepat ini, tapi karena keadaan yang memaksanya harus menghindar dari Deon.
Alia menghentikan aktivitasnya dan mengingat sekilas saat Deon menciumnnya.
'Aaaah shit!! Aku bisa gila' gumam Alia dan melempar bantal kecil yang ada disofa hingga berserakan dilantai.
Drrrrt drrrrt
Tiba-tiba ponsel putih milik Alia berdering, Alia mengambil dan menatap sekilas nomor tak dikenal lalu meletakkannya kembali.
Drrrrrt drrrrt
Ponsel Alia terus berdering, dan itu membuat Alia benar-benar kesal.
"Apa yang kau inginkan!" Bentak Alia.
"Apa yang ku inginkan katamu? Kau fikir disini kau yang menjadi bos nya hingga kau bisa datang dan pergi sesukamu!" Ucap Deon dingin dan membuat Alia hampir pingsan karena yang menelfon itu adalah Deon.
Alia terdiam sejenak, memikirkan betapa bodohnya dia karena memaki bosnya.
"Apa kau masih disana Ms.Larsson?" Suara dingin Deon membuat Alia bertambah takut.
"Iya aku masih disini, ada apa?" Tanya Alia spontan tidak sopan.
"Ada apa katamu? Kembali kesini dan selesaikan pekerjaanmu!" Ucap Deon.
"Apa?" Tanya Alia tak percaya.
"Jika kau tidak disini selama 15 menit, maka kau akan ku pecat!" Ucap Deon dan langsung memutuskan telvon itu.
"Biarkan saja! Pecat saja aku!" Alia melempar ponselnya kesofa dengan kesal.
Tiba-tiba Alia berfikir, jika dia dipecat maka ia harus kembali bekerja paruh waktu dan harus melamar kerja lagi ke beberapa tempat. Ini benar-benar cobaan, dilema.
Alia melirik jam, mengambil ponsel dan tas nya lalu berlari secepat mungkin menuju apartement Deon.
—————
"Cepat cepat" Ucap Alia pada supir taxi.
"Sabar nona, ini taxi bukan mobil sport" Ucap supir itu sedikit kesal.
"Kalau begitu kenapa kau tidak pakai mobil sport saja?" Ucap Alia asal.
"Jika aku punya mobil sport, aku tidak mungkin jadi seorang supir taxi" Kini supir taxi itu benar-benar kesal.
"Benar juga" Alia terkekeh geli tapi supir itu melotot pada Alia.
"Jangan melihatku begitu, fokus saja dan jalan lebih cepat. Boss ku baru saja keluar dari rumah sakit jiwa, aku bisa dipecat jika terlambat" Ucap Alia, si supir hanya menggeleng-geleng.
Taxi berhenti disalah satu gedung apartement elit, Alia memberikan uang dan berlari dengan cepat.
Saat sampai didepan pintu apartemen Deon, Alia merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.
'Lupakan kejadian tadi, dan fokuslah bekerja' batinnya.
Kemudian Alia menekan bell apartement Deon. Tidak butuh waktu lama Deon membuka pintu dan menatap Alia dengan tatapan dingin.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA
IG:TASYA_HTB

KAMU SEDANG MEMBACA
Holding Your Hand
Romansa"Dengar, jangan pernah menangis dan lupakan bajingan itu. Karna mulai detik ini kau sudah menjadi milikku" Ucap Deon lembut dan mencium kening Alia.