Balqis membuka matanya perlahan, menelisik setiap sudut ruangan yang sedang ia tempati.
'ruang kesehatan kah?' tanyanya sendiri
"udah sadar lu?" suara itu membuat bola mata Balqis tertuju kearah seseorang yang kini jalan mendekat ke arahnya.
"lu pingsan tadi, jadi gua bawa sini"lanjutnya
Tidak ada jawaban dari Balqis, dia hanya ingin diam, tak berminat menjawab atau bertanya tentang apa yang terjadi.
Semua berlalu begitu saja, membuat kepalanya berat, belum lagi skrip Ilham yang harus di revisi ulang.
Masih aja sempet mikirin Ilham, entah.....mungkin hatinya kini terlalu egois, ga mikirin logika, Balqis di butakan oleh cinta sesaatnya.
Matanya mulai menutup lagi seketika selimut mulai memenuhi bagian atas tubuhnya menyisakan kepalanya.
"istirahat ya, gua khawatir, walau gua tau percis lu ga akan pernah milih gua, tapi lu bisa senyum ke arah gua aja, dan nampakin wajah bahagia, gua ikut bahagia. Jangan pernah sakit lagi, semua orang sayang elu, masa lu mau egois demi cinta sesaat lu, lu rela jadi korban gini? Air mata lu terlalu berharga buat nangisin cowo br*ng**k, Gua tau cinta itu membuat orang buta, gua tau cinta itu ngebuat lu ngerasa bodoh, cinta juga egois, tapi gua juga ga bisa munafikin klo gua cinta sama lu"
Suara langkah menjauh, pintu terbuka lalu menutup lagi menandakan seseorang itu telah berlalu pergi, Balqis membuka matanya, kata kata tadi masih terngiang di pikirannya.
Jika bertanya kenapa pun, aku tidak tau jawabannya, egois?? Iya tau rasa kepada Ilham saat ini termasuk egois, apa cinta itu harus menyakitkan? Apa cinta itu membuat orang bodoh? Apa cinta itu membuat orang lain terluka? Kenapa harus ada kata yang sulit untuk di definisikan itu? Kenapa pula yang aku cinta Ilham, bukan orang yang telah mengutarakan perasaannya 2 kali itu? Apa hati ku sudah tidak dapat menulis nama orang lain lagi? Ya Allah maafkan aku yang sudah mulai menyukai hambamu melebih kecintaanku padamu, jika memang rasa ini baik untukku tolong beri kejelasan akan sebuah rasa ini namun jika bukan rasa yang baik tolong hapus ya Allah, tolong hilangkan dan tolong ikhlaskan ya Allah. Tetesan air mata mulai meluncur bebas membuat bantal yang di tidurinya basah.
===skip 😁===
Sebulan berlalu, aku sudah tidak bertemu ka Ilham, aku tau beberapa bulan lagi dia wisuda dan rasa pada ka Ilham masih belum hilang seluruhnya.
"hei..." ucap seseorang aku menengok ke arahnya dan melontarkan senyuman
"kenapa ngelamun aja?" lanjutnya. Aku menggelengkan kepala, dan langsung menunduk ke arah buku yang sedang aku baca.
Minuman kaleng ada di hadapanku, aku mendongakkan kepala ke atas. Namun kepalaku di paksa untuk menunduk.
"jangan liat keatas, tar silau sama popularitasku" ucapnya
Aku mendecak mendengar penuturannya, tapi memang sih dia itu jadi populer di kampusku karna suara mengaji dan azannya yang sangat merdu.
"nih" ucap dia menyodorkan minuman kaleng itu, aku menerimanya.
"makasih ya"ucapku
"semoga nanti kamu menjawab tanpa pikir panjang kaya nerima minuman kaleng ini ya" ucapnya lansung mendudukan badannya di sisi kiriku, karna di kananku ada indah.
"cie...."ucap Indah berbisik ke arah ku sambil menyenggol tanganku.
"apa sih Indah?" tanya ku
"kamu ngerti ga tadi dia ngomong apa?" tanya indah
"engga, lagian dia biasanya juga ngelindur sih jadi ga terlalu di dengerin" ucapku sambil dengan cengiran khasku.
"UH....SAKIT GUA, HAHA...." ucap seseorang yang baru datang membuat kami ber-3 kaget ga ke palang, ya kali datang langsung teriak teriak.
"gila kali ya"umpat Indah
"brisik tau ga?" kini Faris yang angkat bicara. Dan aku hanya tersenyum ke arah mereka yang kini sedang cekcok ga jelas dan kami pun akhirnya saling me minta maaf dan kembali belajar, karna kini kami sudah lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Dari Hati Yang Terpilih (tamat)
SpiritualHatiku telah memilihmu untuk menjadi penyempurna imanku, tapi hatimu telah memilihkannya untukku. Apa hati ku akan bisa menerimanya? Terlalu sulit untuk melupakan apa yang telah ku pilih untuk akhirnya ku tinggalkan