"wa'alaikumsalam, kamu" aku terkaget dengan siapa yang datang, sementara dia hanya tersenyum ke arah ku, manis sekali.
"Balqis ada tamu ko ga di suruh masuk?" ucap bunda membuyarkan lamunanku
"silahkan masuk" ucapku pada mereka ya dia tidak sendiri tapi bersama orang tuanya.
Mereka semua duduk di ruang tamu ka Aziz sama ka Syifa juga disana, aku mengambilkan minum untuk semuanya dan ikut duduk di samping ka Syifa.
"jadi pa kedatangan kami kemari untuk melamar putri bapa, apa bapa setuju?"
Penuturan bapa itu membuatku tersentak, melamar? Aku kira kedatangannya untuk bisnis.
"saya sih terserah anak saya, bagaimana menurut mu Balqis?" tanya ayah
"eh...ah..em.." aku harus jawab apa, jantungku berdegup kencang.
"bismillah, saya terima pertunangan ini" lanjutku
"alhamdulillah" ucap semua orang yang ada di ruangan ini
Ka Syifa menyenggol lenganku, aku menengok ke arahnya dan melihat dia tersenyum ke arahku.
"saya ingin pernikahannya tidak di tunda" ucap mamah Fahri
"ya lebih cepat lebih baik"ucap bunda
"bagaimana jika 2 bulan lagi?" usul ka Aziz
"bolet tuh ka" jawab Fahri, aku menatap ke Fahri, dan Fahri melihat ke arahku dan aku buru buru menunduk lagi. Ah ini seperti sedang kucing kucingan.
Kami sudah memutuskan dan para orang tua sibuk dengan pembicaraan mereka soal upacara pernikahan, aku memilih keluar rumah, duduk di bagian halaman.
"bintangnya cantik" gumamku
"ya cantik" ucap seseorang yang sudah berada di sampingku.
"eh....sejak kapan?"
"baru saja"
Aku meng iya kan dan kembali menatap langit."cantik tapi tidak ada bulan"
"ya, karna aku telah mencurinya" jawabnya
"mencuri?"
"iya, kan bulan yang sangat cantik itu sedang berada di sebelahku"
Aku melongo mendengar penuturannya, dan beberapa detik kemudian aku menunduk tersipu.
"kenapa melihat kebawah? langit malam sedang cantik" ujarnya
Aku mendongak ke atas"ya sangat cantik, entahlah tapi aku merasa jika langit begitu cantik"
Kami berdua duduk sambil memandang ke arah langit, langit hari ini begitu indah, walau tidak ada bulan tapi begitu cantik, entah bagaimana menjelaskannya tapi keindahannya itu hanya bisa di rasakan tanpa perlu di jelaskan.
"aku ga nyangka kamu langsung memakainya" ujarnya lagi
"apa?"
"tuh cincin" ucapnya tanpa menatapku, aku menengok ke arahnya dan menunduk melihat cincin yang ku pakai.
"ya cincin yang cantik"
"seperti yang memakainya" ucapan itu membuat mukaku panas dan semakin menunduk
"pelayan memberikan ini padaku dia bilang darimu dan aku menyukainya" ucapku
"apa kamu menyukaiku?"
"tidak, aku menyukai cincinnya"
"lalu kenapa kamu menerima lamaranku?"
"karena..." aku tertunduk dan semakin tertunduk
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Dari Hati Yang Terpilih (tamat)
SpiritualHatiku telah memilihmu untuk menjadi penyempurna imanku, tapi hatimu telah memilihkannya untukku. Apa hati ku akan bisa menerimanya? Terlalu sulit untuk melupakan apa yang telah ku pilih untuk akhirnya ku tinggalkan