"Namanya Aluna, dia adik kamu,"Raga menatap seorang anak perempuan yang bersembunyi di balik kaki Ardi Mahesa.
Perempuan, lemah, manja, decak Raga dalam hati.
"Dan ini Riana, Mama kamu," tambah Ardi seraya merangkul wanita paruh baya di sampingnya.
Masih dengan tas besar yang tersampir di bahu, Raga lebih memilih menerobos barisan 'keluarga baru' untuk melangkah menaiki tangga menuju kamar.
Dua tahun Raga habiskan waktunya untuk mendekam di sekolah asrama sedangkan Ardi? Berkelana mencari sosok pengganti.
Tentu saja Raga ada di asrama, karena dari sekian banyak penentang, Raga akan berdiri dibarisan terdepan untuk memporak-porandakan acara sakral Ardi dengan siapapun yang menggantikan sosok yang kini sudah menyatu dengan tanah.
Mereka menikah.
Ardi dengan Riana, mereka menikah tanpa sepengetahuan Raga yang kala itu tengah mendapat hukuman karena memasukan salah seorang murid asramanya ke UGD.
Semudah itu, mereka mengabaikan izin Raga?
Raga membuka pintu kamar yang dia tinggalkan selama dua tahun. Wangi kayu menguar memenuhi rongga paru Raga.
Dua tahun dia mendekam dalam penjara berkedok sekolah dengan musuh bertebaran lalu sekarang untuk pertama kalinya, setelah dua tahun, Raga merasa benar-benar pulang.
Memastikan pintu kamar sudah tertutup rapat, Raga menurunkan tas besarnya di atas ranjang. Wangi ini, wangi segar jeruk bercampur lembutnya melati masih saja tersisa.
Ceklek
"Adab manusia itu, mengetuk pintu sebelum membukanya," kata Raga saat Ardi membuka pintu kamar tanpa permisi.
Bapak satu anak itu tidak menghiraukan ucapan Raga, dia lebih memilih menghampiri anaknya dan duduk di sebelah bayi yang kini berevolusi menjadi pemuda tampan.
"Kalimat apa yang pantas Papa ucapin sekarang?" tanya Ardi memulai obrolan yang telah lama tidak terjalin.
Raga melepaskan jaket hitam yang membungkus tubuhnya lalu menjawab, "Dua tahun, selama itu aku mendekam di asrama yang Papa sebut akan mendidik aku dengan benar. Dua tahun Pah, dua tahun aku ngerasa kayak pendosa yang kejebak di sarang manusia suci. Apa pernah Papa noleh untuk sekedar nanya, apa aku nyaman di sana?"
Ardi menepuk bahu anak semata wayangnya "Kamu masih punya satu tahun Raga, kamu akan sekolah di SMA, semua akan kembali seperti semula," kata Ardi mencoba menghibur anaknya.
"Itu kan hobi Papa?" Raga menatap mata pria di sebelahnya, "Menarik ulur takdir supaya Papa aman dengan takdir yang Papa inginkan"
"Kalau kamu marah karena Papa menikah tanpa memberi tahu kamu, Papa minta maaf. Papa butuh sosok pengganti, Raga. Kamu tidak bisa menghalangi kebutuhan Papa" ujar pria 42 tahun itu seraya membelai kepala anaknya.
Raga menepis tangan Ardi "Aku mau tidur," kata Raga singkat sebagai kalimat usiran.
"Ya sudah, besok pagi kamu udah mulai bisa masuk sekolah baru. Seragamnya ada di lemari," ujar Ardi yang mengerti keengganan anaknya, "Langsung tidur, baju kamu biar di tata sama Mama besok pagi,"
"Nggak perlu," sela Raga. "Termasuk Papa, nggak ada yang boleh kesini. Apa lagi anak kecil itu,"
"Namanya Aluna,"
"Aku nggak peduli,"
♣♣♣
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...