Sera: Ai, gue sakit. Izinin ke bu Ani. Gue tau ini telat bgt karena udh lewat jam 10 tpi gue baru bisa pegang hpSera: btw, lo punya kontak kak Raga?
Sera meletakan ponselnya di atas nakas dan kembali merebahkan tubuh. Sakit adalah hal yang paling Sera benci, -walau terkadang dia berharap ingin sakit, tapi untuk kali ini sakit sedang tidak dalam posisi menguntungkan.
Sakit saat bertengkar dengan Adnan, terlihat seperti kalah sebelum perang. Okay ini bukan contoh yang baik, namun Sera juga tidak bisa membenarkan kelakuan Gina dan Adnan. Sera juga tidak bisa dianggap benar disini.
Tok tok tok
Ceklek
"Mbak Sera, ini sarapannya," ujar mbak Tina yang meletakan nampan di atas paha Sera.
"Bunda mana?"
"Ya ke sekolah, masa kepala sekolah bolos. Kalau bapak lagi keluar kota."
Mata Sera menghunus mbak Tina. "Saya nggak nanya Ayah!" seru Sera yang entah dari mana mendapat kekuatan untuk berteriak. "Bocah kecil Ayah mana?"
"Oh dik Rafa, lagi tidur di kamar. Mau saya bawa ke sini?"
"Nggak nggak!!" jerit Sera cepat, "Udah mbak Tina pergi aja, bikin emosi tau nggak!?"
Mbak Tina menahan tawa melihat kelakuan anak majikannya. Mau tidak mau, mbak Tina pun berjalan keluar meninggalkan kamar Sera.
Drrttt Drrttt
Aila: sakit gk sakit gue bakal blng ke bu Ani klo lo sakit Ra! Gue tuh tmn yg baik, perlu di museum kan
Aila: dan gue gk tau kontak kak Raga, gue aja gk kenal siapa kak Raga yg lo maksud
Sera terkekeh pelan.
Sera: oke
Setelah menekan ikon send, Sera kembali meletakan ponsel nya di atas nakas dan mulai memakan sarapannya.
Drrttt Drrtt
Aila: tlpn ya
Dahi Sera berkerut lalu tak lama setelah itu sebuah panggilan masuk menghiasi layar datar ponsel Sera.
"Serius lo sakit Ra?"
"Halo juga Ai."
"Sakit apa? Kapan lo nggak sakit lagi?"
"Wah si bitch satu emang ya! Lo doain gue mati? I'll die but not now. Caelah Bahasa Inggris gue maju banget!"
Keduanya terkekeh bersamaan, Sera tidak lagi berselera dengan sarapannya. Sera meletakan nampan di atas nakas lalu berdiri untuk melangkah menuju meja belajar.
"Sok sok'an deh! Emang kak Raga yang lo maksud, anak mana?"
Sera menarik kursi belajar dan duduk di sana. "Anak sekolah kita, kelas dua belas."
"Ouh, cakep nggak?"
"Eits! Nggak ada tambahan calon!"
"Maksud lo?" Aila terkekeh pelan disebrang sana. "Wah puteri Sera sedang jatuh cinta tah?"
"Gue nggak bilang begitu, udahlah lupain. Btw lo nelpon gue kenapa? Nggak praktek? Pelajarannya Bu Ani kan? IPA."
"Gue dihukum. Lo tau sendiri gimana kejamnya Bu Ani sama anak yang nggak ngerjain PR."
"Emang ada PR?" tanya Sera dengan satu tangan membuka laptop.
"Ada, itu loh Ra, yang sebulan lalu dia minta kita bikin ilustrasi galaksi. Hadeh gue aja udah lupa, kok dia masih inget?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
أدب المراهقينPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...