"Kenapa nggak di makan?" tanya Raga seraya menyeruput teh hangatnya.Sera menoleh, "Kenapa lo nggak pesen?"
"Klise, gue nggak suka bubur kecuali kalau lagi sakit"
Sera menghela napas lalu mendekatnya bibirnya pada telinga Raga, "Gue malah nggak pernah nyoba buat makan bubur ayam" bisik Sera pelan.
"Kenapa tadi pesan?"
"Umm karena gue pikir lo bakal pesen, ya gimana ya Ga, kalau gue diemin, kasian abangnya, kalau gue makan..."
Raga mengambil alih sendok di tangan Sera lalu menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutnya, "Enak kok, cobain" kata Raga mengacungkan sesendok bubur.
Kepala Sera menggeleng, "Jangan pura-pura doyan deh Ga"
"Nggak bikin diare Ra, aa..."
"Gue-- eemhhhh"
Dan ketika sendok itu berhasil menumpahkan bubur ke dalam mulut Sera, entah apa yang perlu Sera lakukan pertama kali. Memukul Raga atau memuntahkan benda lumer yang tengah memenuhi mulutnya.
"Enak?"
Glek
Sera menelan nasi encer itu tanpa perlu mengunyahnya, "Udah-udah, gue nggak mau makan. Abangnya nggak bakal ngambek juga kalau gue tinggalin tuh bubur utuh-utuh"
"Sayang Ra, ntar nasinya nangis"
"Hih, gue bukan bocah"
"Di makan dulu, baru balik" Raga kembali menyeruput teh hangatnya dan mengabaikan wajah Sera yang mulai kesal.
"Gue nggak doyan, kata lo kan enak, lo aja yang makan" keukeh Sera akan pendiriannya.
Raga terkekeh "Gue nelen tanpa ngunyah tadi" akunya jujur.
"Sama! Yaudah sih Ga, biar aja buburnya di tinggal. Udah jam delapan nih"
"Oke-oke, gue bayar dulu. Lo tunggu di mobil aja, nih kuncinya"
Sera menerima uluran kunci dari tangan Raga dan mulai melangkah meninggalkan kedai bubur ayam menuju tempat parkir. Sera bersenandung pelan, matanya terfokus pada ponsel membuat Sera tidak menyadari keberadaan... Tama.
"Jadi lo udah punya pacar" itu pernyataan karena Tama yakin, Sera tidak akan menjawab sebuah pertanyaan darinya.
Kepala Sera tetap tertunduk menatap ponsel namun langkahnya terhenti. Cukup dengarkan pecundang ini bicara hingga puas lalu pergi. Tidak perlu membalas.
"Bermobil, beliin sarapan, ngajak jalan, keliatannya dia cukup kaya buat.... Lo"
Kali ini Sera mengangkat kepalanya dan memasukan ponselnya ke dalam saku jeans. Ucapan Tama sedikit banyak membuat Sera tersinggung.
"Ya, terus kenapa? Lo juga berminat jadi pacar dia hah?" sentak Sera tidak terima.
Tama terkekeh, "Gue lebih kaya dari dia, Ra"
"So what? Gue lebih kaya dari lo!!"
Tama berjalan mendekat dan memeluk Sera, tepat saat Raga keluar dari kedai bubur ayam, "Ketika pacar lo liat gue meluk lo, gimana respon dia?"
Sera terdiam. Bukan karena takut, Sera diam karena terkejut. Entah bagian mana yang membuat tubuh Sera mendadak berhenti bekerja tapi hal itu justru memberikan keuntungan lebih bagi Tama untuk... Mengecup dahinya?
"Gue rasa pacar lo nggak terima ngeliat lo deket sama gue" kata Tama saat melihat Raga yang berlari mendekat, "See you when I see you" lalu dia berlari pergi seraya mengenakan hoodie.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...