"Buat lo," ucap Raga dengan tangan mengulurkan kaleng minuman yang dia beli di sebuah minimarket, tidak jauh dari taman.Sera tersenyum dan menenggak minuman pemberian Raga. "Lo yang foto gue?" tanya Sera dengan bibir tersenyum memandang foto dirinya.
"Bukan, adik gue."
"Loh, hebat," gumam Sera, "Adik lo umur berapa? Belajar fotografi sejak kapan?"
Mendengar pertanyaan Sera, Raga langsung tertawa walau pelan, "Masih enam atau tujuh tahun gitu, ke foto nggak sengaja," aku Raga dengan sisa tawanya.
Sera terkejut namun hanya untuk sesaat karena setelahnya, Sera justru terkekeh geli. "Pintar, dia bisa motret tanpa belajar."
"Cantik."
"Siapa?"
"Cewek di kamera itu," tunjuk Raga pada kamera miliknya.
Menyadari kalimat lawan bicaranya, Sera langsung meninju pelan lengan Raga. Sera tidak melayang, sama sekali tidak. Sera justru nyaman dengan pujian yang dilontarkan oleh orang yang baru dia kenal ini.
Tidak terasa asing.
"Lo ngomong begitu, kayak memperjelas kalau HP mirip ponsel."
"Lo kan bukan ponsel. Lo masih berwujud manusia."
Sera meletakkan kamera milik Raga di atas bangku taman, di antara ke duanya. "Bukan," sanggah Sera, "gue malaikat yang tersesat di bumi lebih tepatnya."
Raga mengulurkan ponselnya membuat Sera mengernyit heran. "Pakai google maps biar bisa pulang ke surga. Kasihan orang baik di sana, kehilangan satu malaikat."
"Hahaha, betul."
Raga menolehkan kepalanya memandang Sera. "Lo sekolah di mana? Kelas berapa?"
Dahi Sera berkerut.
Tangan Raga terulur ke samping, menyebrangi jarak keduanya, "Gue di SMA Nusa Dua, kelas 12," ujar Raga yang mengerti kekhawatiran Sera.
"Gue nggak pernah tahu kalau takdir itu semenarik ini, berarti gue adik kelas lo. Kita satu sekolah," balas Sera menjabat uluran tangan Raga, "Besok hari Senin, kita sekolah. Bisa dibuktikan."
"Benar?"
"Apanya?"
"Sekolah lo, di SMA Nusa Dua?"
Sera tersenyum seraya meraih jaketnya yang basah dan tergeletak di atas bangku taman. "Jaket lo, gue pinjam, besok dibalikin di perpustakaan pas jam istirahat pertama. Bisa?"
"Bisa, gue tunggu di perpustakaan."
Sera tersenyum mengangkat kaleng minumannya. "Makasih buat ini sama jaketnya, gue pulang dulu. Selamat malam."
"Malam."
♣♣♣
"Kamu kemana semalam?" tanya Adnan yang datang memasuki area meja makan. "dan siapa yang izinin kamu sekolah hari ini?" tambah Adnan sesaat setelah menarik kursi.
Sera menghentikan kegiatannya mengoles selai kacang di atas roti tawar. "Aku ada ulangan hari ini,"
"Ulangan atau remedial?" tanya Adnan lagi.
"Ayah itu kenapa sih!?" seru Sera menyusul denting pisau selai. "dari awal aku udah bilang kalau aku nggak suka ada Rafa tapi Ayah nggak pernah mau dengar! Kapan terakhir kali Ayah marah sama aku sebelum ini?"
"Kamu minta Ayah supaya ngertiin kamu tapi kamu nggak ngertiin Ayah," ucap Adnan yang melembutkan nada bicaranya namun Sera sudah terlanjur marah.
Sera mengenakan tas sekolahnya dengan buru-buru lalu meninggalkan meja makan tanpa sepatah kata apapun. Gina memejamkan mata dengan helaan napas di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...