18. Pagi Hingga Petang

2.4K 176 1
                                    


Sera pikir hari ini akan menjadi hari terbaiknya selama dia hidup. Semisal merayakan hari pertama menyandang status pacar Raga? Harusnya begitu namun kepala yang tiba-tiba terasa seperti di timpa baja dan suhu tubuh yang sudah seperti air panas membuat Gina menghalangi langkah Sera ke sekolah.

Iya! Sera bisa sakit.

Seharusnya Sera tidak perlu sakit jika saja Adnan tidak menghukum Sera untuk berada di luar rumah hingga jam dua pagi.

Jangan terkejut mengenai sikap Adnan yang satu ini. Sera sudah pernah mengalami yang lebih parah saat umurnya dua belas tahun. Tapi memang dasarnya Sera keras kepala, dia tetap meng-angin lalu kan sikap kejam Adnan yang satu ini.

"Kan sudah Oma bilang, jangan lawan Ayah kamu. Kenapa tiba-tiba jadi pemberani begini hm?" tanya Hana seraya memeras sapu tangan yang sudah dicelupkan ke dalam air dingin lalu meletakannya di dahi Sera.

"Nggak taulah Oma, terserah Ayah"

"Semalam hujan?"

Sera mengangguk.

"Oma nggak dengar hujan, nggak tahu kalau cucu Oma ke dinginan"

Sera tertawa pelan yang kemudian meringis merasakan sengatan di kepala, "Oma jangan bilang Bunda ya, sebenernya semalem Sera ujan-ujanan. Nggak lama kok, soalnya Sera pikir Ayah bakal buka pintu jam sebelas. Jadinya baju Sera kering sendiri"

"Nah itu, air dari baju kamu yang basah itu kemana? Ke badan kamu kan, makanya kamu jadi sakit begini"

"Hmm... gapapa, biar Ayah berhenti debat sama Sera dulu sebentar. Sera pusing bentak-bentakan sama Ayah"

Tangan Hana terulur mengusap rambut Sera lalu mengecup pelipisnya. "Jangan berantem terus, nggak baik. Ayah kan Ayah kamu, kalo nggak ada Ayah gimana? Sera mau hidup sama Bunda aja?"

"Ah udah lah, Sera pusing. Bunda ke sekolah? Ngajar?"

Hana mengangguk pelan dan kembali memasukkan sapu tangan di dahi Sera ke dalam baskom berisi air dingin. "Kamu memang lagi sakit, tapi Bunda tetap milih ninggalin satu anaknya yang manja ini dari pada puluhan murid yang harus dia ajar hari ini. Kalau Oma jadi Bunda, Oma bakal milih hal yang sama"

Sera menggesek hidungnya yang merah dengan dua jari, "Ah emang biasanya gitu, dari pertama Sera sakit juga Bunda tetep milih ngajar" ujar Sera sedikit sinis, "Oma kesini cuma setahun sekali, itu pun kalau benar-benar perlu. Coba kalau Oma datengnya dadakan, pasti lihat deh pas aku sama Ayah lagi berantem. Bunda nggak bakal ngelerai kalau masalahnya belum selesai"

"Em-em-em, jangan di biasain begitu. Bunda bukannya nggak mau melerai, Bunda mau kamu sadar sendiri dan ngalah. Coba deh sesekali ngalah dan nggak bantah Ayah" kata Hana menasihati.

"Hmm... Kapan-kapan Sera coba"

Suasana hening untuk beberapa saat, hening namun tidak mencekam, hening yang menyenangkan. Sera memilih untuk memejamkan matanya seraya menikmati elusan tangan Hana pada rambutnya.

Dulu, saat Sera baru lahir hingga berumur lima tahun. Gina sering menitipkan Sera pada Hana. Saat itu, Akbar, suami Hana masih hidup. Mereka selalu menjadi orang pertama yang menyaksikan perkembangan Sera.

Namun setelah kakek Lukman meninggal, Hana mengalami sedikit perubahan, tapi sedikit yang Sera maksud adalah banyak yang orang lain lihat. Menyadari itu, Gina mulai berhenti menitipkan Sera pada Hana dan menyewa seorang baby sitter.

Hal itu berlangsung cukup lama hingga Sera benar-benar bisa dipercaya untuk mengurus keperluannya sendiri.

Drrttt Drrttt

SERAGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang