28. Jogja dan Keistimewaannya

1.9K 152 4
                                    


"Makanan dataaang!" seru Dina menyambut senang kedatangan sang pramusaji.

Ini bukan restoran mewah. Dewa yang pertama kali mencetuskan ide untuk mengajak mereka mengakhiri jalan-jalan di sebuah warung makan pinggir jalan.

"Kalian sering ke sini?" Sera meminum teh hangatnya.

"Engga sering juga, kadang-kadang. Tapi kalau mas Dewa lagi main ke Jogja, wajib ke sini" kata Kaisar yang terlihat lahab memakan hidangan.

Sera menoleh pada Dewa, "Sering ke sini kamu?"

"Nggak sering juga, tapi dua bulan bisa tiga kali. Abang ku kuliah di Jogja, jadi bisa sekalian jenguk"

"Ohh" tangan Sera menyuap sendokan nasi pertama, "Kaisar tinggal dimana? Umur berapa?"

"Anak Jogja kok, tapi tinggal di Bandung. Satu komplek sama mas Dewa tapi aku jarang ke Jogja. Dan ngomong-ngomong soal umur, aku tujuh belas tahu bulan lalu"

Sera menahan tawanya, "Pantesan berani naksir sama Dina, udah tua ternyata"

"Hah?" Dina menahan suapan, "Siapa naksir aku?"

"Tuh si Kaisar" tunjuk Sera pada cowok yang sudah menatapnya tajam.

"Enggak!" Kaisar kembali menyuap nasi dan bersikap biasa seolah itu mampu menutupi salah tingkahnya.

"Engga salah lagi maksudnya" timpal Dewa meriuhkan suasana.

Sera tertawa kencang memandang wajah malu-malu Dina. Ini sangat menyenangkan bagi Sera, pengalaman baru pertamanya di Jogja yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Di iringi deru kendaraan dan langkah pejalan kaki di trotoar, Sera menikmati malamnya dengan istimewa. Sesuatu yang indah walau tanpa kamera.

Kemudian Sera tersadar dari lamunannya saat dering ponsel mengganggu.

"Angkat mbak, siapa tau penting" kata Dina.

Sera sudah siap meraih ponsel yang dia letakkan di atas meja namun Dewa menjauhkannya, "Lagi makan kok pegang HP Ra?" ujarnya protes.

Tapi Sera merasa Dewa tidak memiliki hak untuk menahannya jadi Sera tetap mendapatkan ponselnya kembali tepat saat panggilan selesai. Sera mendesah lesu, dia gagal mengangkat panggilan dari Raga.

Drrttt Drrttt

"Halo?" sapa Sera terlalu cepat saat panggilan kedua muncul, "Kenapa baru telpon sekarang sih Ga? WhatsApp gue di baca kan?"

Dina dan Kaisar saling pandang beberapa saat kemudian kompak berdeham bersamaan. Dewa melirik keduanya tajam dengan pandangan memperingatkan. Korban bully malam ini adalah Kaisar dan Dina, bukan dirinya.

"Iya di baca"

"Kenapa nggak di bales? Gue mau minta maaf soal yang kemarin-kemarin. Maaf udah marah nggak jelas"

"Di maafin"

"Makasih"

"Lo lagi sibuk?"

"Umm engga kok, lagi makan sama sepupu aja. Kenapa?"

Sera mendengar helaan napas di ujung sana. Sera mulai merasa was-was dengan kondisi apapun yang mungkin akan terjadi.

"Kalau udah sampai di hotel-"

"Gue nggak nginep di hotel, gue ada keluarga di sini"

"Kalau udah sampai di rumah, telpon gue. Ada yang mau di tanyain"

"Soal apa?"

Tak ada balasan dari Raga untuk beberapa saat dan itu semakin membuat Sera khawatir, "Soal kamera"

SERAGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang