Bukan rahasia umum lagi bahwa Hari Minggu adalah hari terbaik yang selalu ditunggu seluruh siswa di Indonesia. Tapi minggu ini adalah hari minggu pertama yang tidak Sera harapkan.Bayangan bagaimana dia akan berpapasan dengan Gina seharian penuh, berhasil membuat Sera bergidik ngeri. Sera tidak akan siap, dia bahkan tidak mencoba untuk siap karena dia tahu dia tidak akan siap.
Pagi ini saja, saat Sera keluar dari kamar untuk sarapan, Gina tidak menunggunya. Wanita itu sudah sarapan terlebih dahulu dan saat Sera sarapan, Gina justru sibuk bermain dengan Rafa.
"Semalam, mas Rafa nggak nangis kan?" goda mbak Tina saat menaruh susu coklat di hadapan Sera.
"Mbak Tina udah deh! Jangan sampai Sera lapor sama Ayah,"
"Iya iya, sarapannya di habiskan kata Ibu,"
Sera melotot kesal pada asisten rumah tangga yang sudah Adnan pekerjakan sejak dia belum lahir. Bagaimana bisa Adnan tahan menghadapi ocehan mbak Tina ini?
"Udah, mbak Tina balik ke dapur!" usir Sera yang mendorong Mbak Tina pelan menjauh dari meja makan.
Hening, sesaat setelah Sera berhasil mengusir mbak Tina, suasana meja makan menjadi sangat hening. Entah hanya perasaan Sera saja atau memang begitu adanya, sepiring omelet yang tersaji di hadapan gadis itu terlihat tidak menarik.
Sera mendorong jauh piring sarapannya.
"Nda, Sera mau pancake," desah Sera pelan.
Merasa perutnya tak meminta makan, Sera berencana akan melewatkan sarapannya kali ini. Biar saja, Sera akan menunjukkan pada Gina bahwa dia benar-benar marah.
"Lho mbak, sarapannya--"
"Diam!" seru Sera memperingatkan, "Bilang aja aku udah sarapan," katanya yang kemudian kembali melangkah menuju kamar.
Kejadian seperti ini -perang dingin antara dirinya dan Gina bukan yang pertama kali terjadi. Dulu Sera tidak memiliki persiapan untuk menunjukan keteguhan hatinya tapi kali ini, dengan perang yang mungkin akan berlangsung cukup lama, Sera sudah mempersiapkan dana pelarian.
Sera tidak memiliki ATM, Gina juga Adnan tidak pernah mengizinkan Sera memiliki kartu sakti tersebut. Maka dari itu Sera sadar, dia butuh uang yang dia dapat tanpa sepengetahuan Gina juga Adnan.
"Waktu keluarga, Sera," seru Gina mengingatkan anaknya saat Sera berjalan melalui teras rumah dengan menyandang sebuah tas putih kecil, "Kembali ke kamar!" titah Gina dengan ke dua tangan mendekap tubuh Rafa.
Sera berhenti namun tidak menoleh, dia mendengarkan semua perkataan Gina namun Sera tidak mengindahkannya. Gadis itu kembali berjalan mendekati gerbang rumah.
"Sekali lagi kamu melangkah, Bunda bakal marah besar sama kamu Sera!" ancam Gina yang tetap tidak Sera tanggapi.
Saat tubuhnya berbalik untuk menutup gerbang, Sera terdiam beberapa saat lalu memandang Gina yang berdiri di ambang pintu rumah, "Sera kerja kelompok, Nda. Nanti sore pulang. Kalau macet, maaf, pulangnya bakal malam."
♣♣♣
"Makasih," kata Raga pada seorang penjual es krim.Cowok berkaos hitam tersebut berjalan mendekati bangku taman yang di isi oleh Aluna.
"Ini," ujarnya dengan tangan mengulurkan satu cup es krim vanilla.
"Kakak," panggil Aluna setelah menerima cup es krimnya, "Besok ke taman lagi yah?"
Raga mengernyit.
Salahnya sendiri yang mau repot memanjakan Aluna.
Ya, setelah adegan membanting buah ke atas meja, Raga yang notabenenya manusia baik, merasa bersalah. Mengusir rasa malas, Raga akhirnya keluar kamar dan menyerahkan sisa uang di dompetnya pada driver pizza.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...