Kegiatan ber-make up ria yang Sera lakukan di mobil malam tadi adalah hal paling tak berguna sepanjang hidupnya. Tentu saja! Salahkan Gina yang tidak memberi tahu Sera bahwa acara pernikahan baru akan berlangsung pagi ini."Nda aku nggak mau pake kebaya!"
Satu lagi hal yang membuat Sera harus banyak-banyak mengelus dada pagi ini.
Kebaya.
Kedengarannya seperti dirimu harus menahan napas selama berjam-jam dengan baju berlapis kemben dan riasan wajah ala orang salon. Sera menyebutnya orang karena dia sendiri tidak tau, si tukang salon itu perempuan atau laki-laki.
"Harus Sera, udah jangan kebanyakan ngomel. Satu jam lagi acara di mulai. Pakai kebaya kamu terus ke kamar make up" titah Gina yang tengah mengobrak-abrik isi koper.
Sera berdecak, "Make up nya gantian? Ya ampun Bunda apa mereka nggak punya buget buat sewa orang make up lebih banyak?"
"Sera cukup, Bunda lagi nggak mau marah sama kamu hari ini. Pakai kebaya kamu dan turun secepatnya"
Dengan hati menggerutu Sera akhirnya mulai melepas kaos putih yang dia gunakan dan menggantinya dengan kebaya warna merah pemberian Gina.
"Warnanya norak Nda, merahnya kayak cabe. Sera mau pulang aja deh"
Gina menghentikan kesibukannya dengan koper dan menatap Sera tajam, "Pulang sama siapa? Kita masih nginap dua malam di sini. Lagian itu merah hati bukan merah cabai. Itu bahkan mendekati maroon Sera, kamu nggak buta warna kan?"
"Okay okay, aku nggak ada pilihan selain nurut Bunda tapi aku mau tanya satu hal. Ini pernikahan siapa?"
Gina kembali mencari barang yang mungkin terselip di koper, "Pernikahan anaknya kakak Bunda. Anaknya tante kamu. Kita sebagai pihak perempuan, jadi agak sedikit repot."
"Ouhh" Sera sedikit menarik kebayanya kebawah sebagai sentuhan akhir, ya tentu saja sentuhan akhir karena jika Sera melakukan lebih dari itu, mungkin kebaya nya akan cacat, "Aku udah selesai, make up nya di kamar mana?"
"Sebelah kamar kita"
"Bunda nyari apa sih?"
"Cincin nikah Ayah sama Bunda"
"Kenapa nyari di koper?"
Gina menatap Sera jengah, "Ayah sama Bunda nggak pernah pakai cincin nikah, Sera. Kita udah tua, nggak bakal ada yang ngira kalau Ayah atau pun Bunda masih lajang. Lagian sayang kalau cincin nikah sampai hilang."
Dahi Sera berkerut tapi dia tak peduli. Gina bilang satu jam lagi acara akan di mulai dan Sera sudah menguranginya selama sepuluh menit jadi dia harus bergegas.
"Seperti mencari jarum di tumpukan jerami ya Nda." ujar Sera yang kemudian menutup pintu dan berjalan seperti pinguin menuju kamar sebelah.
Tok tok tok
"Masuk"
Sera membuka pintu di hadapannya dan melihat beberapa perempuan seumurannya sedang duduk di atas ranjang.
Mungkin mengantri.
Dan kebaya yang mereka kenakan sama. Praduga sementara Sera, yang menyukai warna merah adalah pengantin perempuan.
"Sera tho? Anaknya Budhe Gina" tanya seorang perempuan yang mungkin saja lebih tua dari Sera.
"Iya, ini kamar make up kan?"
"Betul, lenggah rene. Antri" [lenggah rene = duduk sini]
Sera tak mengerti apa yang perempuan itu katakan tapi saat tangannya menepuk ruang kosong, Sera artikan itu sebagai ajakan untuk duduk bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...