25. Melarikan Diri

2K 170 6
                                    


Raga: gue di perpus, lo dmn?

Send

Raga menyenderkan punggungnya pada tembok di samping pintu perpustakaan. Jam pertama istirahat pagi tadi, Raga tidak menemukan Sera di perpustakaan, jadi di jam istirahat kedua ini Raga berharap besar akan kedatangan gadis itu.

Raga ingin bertanya mengenai barang yang tengah di butuhkan oleh Sera. Raga melakukan itu karena dia tidak ingin kado yang akan dia berikan justru tidak bermanfaat untuk pacarnya.

Drrttt Drrttt

Sera: gue di dlm perpus

Raga memasukkan ponsel ke dalam saku seragam lalu membuka pintu perpustakaan. Benar, Sera sudah duduk di kursi perpustakaan paling ujung.

Raga menarik kursi di seberang Sera sedangkan gadis itu tak menoleh sedikit pun. Raga mengerti, mungkin Sera masih menyesal karena meminta putus darinya.

"Lo lagi butuh apa?" tanya Raga.

Sera membalik halaman novel yang tengah dia baca, "Nggak butuh apa-apa" jawab Sera.

"Jadi putus nggak?"

Mata Sera berhenti menjelajah kertas dan kepalanya bergerak menatap Raga, "Lo mau?"

Dan saat Sera melihat Raga mengangkat kedua bahunya acuh, gadis itu menutup novelnya dengan kesal.

"Lo serius nggak sih nembak gue waktu itu?" tanya Sera sungguh-sungguh, "Kayaknya kita gampang banget ngomong putus dari kemaren"

"Gue kan nanya sama lo Ra"

"Ya pertanyaan lo nggak bermutu tau nggak?"

Raga menghela napas, "Semalem Sean ngechatt gue, nanya tentang projek bikin kado buat lo. Dia nyuruh gue dateng tapi gue nggak mau. Gue kira semua chatt yang masuk itu dari dia, maaf kalo lo marah"

Sera memutar tubuhnya menghadap Raga, "Ultah gue tiga hari lagi. Nanti sore gue pergi ke Jogja, pulangnya pagi pas gue ultah. Gue pengen kita ketemu di kafe ini" kata Sera mengulurkan secarik kertas yang dia selipkan diantara halaman novel, "Gue nggak mau kita putus, gue..."

Dahi Raga berkerut, "Lo?"

Sera menggeleng cepat, "Nggak jadi" bertepatan dengan itu bel masuk berbunyi. Sera  bangkit berdiri dengan satu tangan memegang novel. "Gue duluan ke kelas ya Ga, jangan sampai ilang kertasnya"

Raga mengangguk dengan sebuah senyum tipis. Cukup lama cowok itu terdiam di perpustakaan hingga getar ponsel menyadarkannya.

Sera: gue bakal off sampai kita ketemu di kafe itu dan tadi gue mau bilang kalau gue nggak peduli semarah apapun gue, lo nggak boleh nurutin omongan gue. Kadang yang ngomong itu setan, bukan gue.

Raga tersenyum lebar.

Raga: gue tau.

♣♣♣

Lari dari masalah tidak akan mengakhiri apapun.

Sera sering mendengarnya. Semua penasihat mengatakan hal itu, mungkin ratusan juta kali kalimat yang sama di katakan oleh orang yang berbeda. Sera tidak peduli. Setidaknya, lari dari masalah bisa membuat Sera memiliki waktu lebih lama untuk bernapas.

Dia tahu itu cara yang salah untuk bertahan tapi hey! Jutaan orang masih berdiri tegak setelah lari dari masalah. Tak akan ada yang tahu jika seseorang telah lari dari masalah. Itu hanya sebuah ungkapan yang dapat dilihat secara berbeda dengan sudut pandang yang berbeda.

Sera mengakui bahwa lari dari masalah bukan jalan keluar tapi Sera pun sadar bahwa hanya itulah cara yang mampu dia lakukan.

Tak apa menjadi pengecut saat kau sadar bahwa dirimu bukan pejuang. Tak apa, takan ada yang tahu.

SERAGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang