14. Kurang Fokus

2.6K 203 0
                                    


Ini adalah makan malam dengan suasana teraneh yang pernah Sera alami. Dia terlihat seperti pengganggu di antara kegiatan keluarga Adnan. Iya! Sungguh! Orang tuanya terus-menerus tertawa dengan celoteh Rafa.

Seakan tidak ada Sera di sekitar mereka.

Ingin sekali Sera mengakhiri adegan dongeng ini, namun perutnya masih lapar. Kesalahan ada pada Rafa bukan Sera jadi tidak masalah bila Sera mengganggu kesenangan Rafa.

Toh, dulu itu semua milik Sera.

Ya, dulu.

"Udah selesai Ra?" tanya Adnan yang pertama kali menyadari gerakan Sera yang akan bangkit berdiri.

"Hmm" gumam Sera sekilas sebelum kemudian membawa piring bekas makan malamnya ke dapur dan mulai mencuci.

Mengenaskan sekali saat dirimu berada di dapur, mencuci piring dan telinga mu terganggu oleh suara yang tidak ingin kamu dengar. Tenang Sera, hanya tinggal membilas piring dan meletakannnya di rak lalu kamu bisa kembali memasuki kamar.

Tapi waktu terasa lama untuk itu, bahkan ketika Sera sudah menyelesaikan kegiatannya, dia tak kunjung melangkah meninggalkan dapur. Kaki Sera tidak sepemikiran dengan otaknya dan itu menyebalkan.

"Kenapa mbak?" tanya mbak Tina yang memasuki dapur.

"Gak, gak papa" balas Sera dengan tangan meraih cangkir di dalam lemari. Dia akan membuat teh.

"Habis makan kok minum teh mbak?"

"Biarin"

"Emm cemburu lagi sama mas Rafa?" pertanyaan yang mirip pernyataan itu dilontarkan oleh mbak Tina yang tengah mencuci piring, "Jangan begitu mbak, mas Rafa lucu, nggak cengeng-"

"Mbak Tina jangan pura-pura amnesia! Nilai Matematik aku merah gara-gara dia nangis ya mbak! Catat" sela Sera marah seraya menuang gula ke dalam cangkir.

"Namanya juga bayi"

"Ih mbak Tina aneh! Katanya nggak cengeng, giliran nangis dimaklumin. Jangan begitu mbak, dunia bisa kiamat dadakan kalo semua kesalahan dimaklumin"

Mbak Tina memilih diam tak menjawab. Suasana yang sudah tidak bagus ini akan memburuk jika dia terus menimpali, ingatlah, Sera adalah manusia yang tidak suka bantahan. Tipe anak tunggal.

Sera mendengus pelan dan membawa cangkir tehnya menuju kamar. Lupakan mbak Tina, malam ini Sera akan melanjutkan maraton filmnya dengan berbagai camilan di kamar.

Ceklek

Kedua mata ibu dan anak itu bertemu saat Sera membuka pintu kamar, terkunci untuk waktu yang cukup lama sebelum kemudian di putus oleh Sera. Ada apa lagi? Apa kesalahannya kali ini? Dan, sejak kapan Gina ada di kamarnya? Gerutu Sera dalam hati. Dia meletakan cangkir di atas meja dan duduk di kursi belajar, memandangi Gina yang tengah membenahi ranjangnya.

"Nggak usah di beresin, nanti juga berantakan lagi" ujar Sera seraya menyeruput tehnya.

Gina menghentikan kegiatannya untuk beberapa saat lalu memandang Sera dengan tajam, "Berhenti nyemil makanan nggak sehat Sera. Bunda masih mampu beliin kamu buah"

Sera kembali meminum tehnya, "Nggak ada sejarah nonton film sambil makan jeruk. Ribet Nda, harus ngupas dulu, bersihin seratnya dulu, buang bijinya dulu"

"Bukan berarti kamu boleh makan-makanan nggak sehat"

"Apa lagi?"

Gina mengernyit.

"Selain omelin aku karena nyimpe jajan nggak sehat di kamar, apa lagi alasan Bunda ke kamar aku? Mau bilang kalau Rafa udah bisa manggil Ayah? Yayaya aku tahu, dia cepat belajar"

SERAGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang