30. Salah Mengatur Waktu

1.9K 146 5
                                    


"Lo mau kemana?"

Sera menggosok hidungnya yang makin memerah sejak pagi, "Ke perpus. Mau ketemu pacar. Kangen" ujarnya serak.

Ya, semalaman suntuk berada di dalam mobil dengan cuaca buruk ditambah tidur yang sangat amat tidak nyaman membuat stamina tubuh Sera menurun. Sera bahkan sudah di pinta untuk datang ke UKS oleh bu Aisa, wali kelasnya.

"Kok ke perpus? Lo di suruh ke UKS kan tadi. Ayo gue anterin" Aila menarik tangan Sera dengan bersemangat namun cewek itu menolak.

"Gue yang sakit, suka-suka gue lah mau ke UKS apa engga. Lagian lo tuh semangat banget anter gue ke UKS, bilang aja kalau lo nggak mau belajar"

Aila tersenyum lebar, "Sambil menyelam minum air kan Ra, abisan ini kita belajar Fisika, males banget gue. Ke UKS ya?"

Sera kembali menggosok hidungnya dan menganggukkan kepala, "Yaudah, lo ke UKS aja duluan atau lo mau ke kantin? Gue mau ke perpus dulu, bye" tangan Sera melambai sekilas sebelum tubuhnya di telan ramai siswa-siswi yang memenuhi koridor.

Jaket hitam putih yang Sera kenakan sama sekali tidak membantu menangani rasa dingin. Lapangan basket sudah basah dengan genangan air di setiap sudut. Hujan masih datang rintik-rintik menambah buruk hawa dingin yang Sera rasakan.

Gina sudah melarang Sera berangkat sekolah hari ini tapi rasa rindu yang tak mampu Sera tahan membuatnya keukeh ingin berangkat sekolah. Lagi pula Sera hanya flu, dia masih bisa menangani itu.

Ting!

Bel pintu perpustakaan berbunyi. Sepasang mata menatap Sera dari kursi perpustakaan. Sera menghampiri Raga dengan senyum lemahnya.

"Ciee nungguin, lama ya?" suara bindeng Sera menyita perhatian Raga. Sera menarik bangku di sebelah Raga lantas mendudukinya.

"Sakit?" Raga menyentuh dahi Sera, "Ke UKS gih, gue anterin"

Sera menggeleng, "Mau ngobrol sama lo, nanti ke UKS kok sama Aila. Di sini aja ya Ga?" pinta Sera memohon.

"Lo sakit"

"Ya emang, tapi gue bukan mau mati Ga"

Raga menjitak kepala Sera pelan, "Kalau ngomong yang bener"

"Lah gue ngomong bener tadi, gue cuma sakit bukan mau mati. Ntar ke UKS tapi sekarang maunya di sini aja sama lo" suara yang sedikit keras berhasil membuat mata ibu penjaga perpustakaan menatap keduanya.

Raga menghela napas, tangannya terulur untuk menarik kepala Sera agar bersandar pada bahunya, "Pulang sekolah minum obat, ke kafenya agak sore aja"

"Mau ganti jam berapa?"

"Abis maghrib aja. Biar nggak ninggalin sholat"

Sera tertawa, "Ciee yang rajin sholat, udah siap jadi imam buat gue ya? Bagus-bagus, soalnya gue nggak beriman Ga. Takut ih kalau tiba-tiba gue di panggil Yang Maha Kuasa. Nggak siap"

"Ck! Ngomong apa sih lo?"

"Kenapa? Takut gue tinggal mati ya? Enggak kok Ga, gue kan setia. Allah baik kok sama gue, Allah pasti bakal bikin kita pacaran lama."

Raga melirik Sera yang menyandar pada bahunya dengan dahi berkerut. Apa yang Jogja lakukan pada Sera?

"Harus gue aamiinin nggak?"

"Harus dong! Emang lo nggak mau pacaran sama gue lama-lama? Sekisah Chelsea Olivia sama Glen Alinski dong Ga. Pacaran sampai nikah. Lucu deh kalau seandainya nanti kita nikah terus dekorasinya monokrom gitu. Jangan larang ya, soalnya gue suka warna monokrom. Terus nanti wedding songnya lagu Beautiful in Whitenya Westlife. Lucu kan Ga?" Sera menarik kepalanya dari bahu Raga lalu bertanya dengan antusias.

SERAGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang